Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh Brigjen Pol Drs Faisal Abdul Naser menyatakan program pengalihan tanaman ganja atau alternatif development ke tanaman produktif lainnya menjadi perhatian dunia.

"Program alternatif development sekarang ini sudah menjadi perhatian seluruh negara di dunia," kata Brigjen Pol Faisal Abdul Naser dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Antara di Banda Aceh, Kamis.

Brigjen Pol Drs Faisal Abdul Naser hal tersebut ketika menghadiri sidang Komisi Narkotika Dunia atau Commision on Narcotic Drugs (CND) yang berlangsung di Wina, Austria.

Dalam sidang Komisi Narkotika, Brigjen Pol Faisal Abdul Naser hadiri bersama Kepala BNN Irjen Pol Heru Winarko dan delegasi Indonesia. Kegiatan tersebut berlangsung 12 hingga 16 Maret 2018.

Brigjen Pol Faisal Abdul Naser menyebutkan, negara-negara di dunia yang sedang memerangi narkoba seperti Amerika Latin, menyatakan komitmennya melaksanakan program pengalihan tanaman narkotika ke tanaman produktif lainnya.

"Seperti negara-negara di Amerika Latin, program alternative development ini sudah menjadi perhatian serius mereka. Seperti disampaikan Mr Gruleg berbicara atas nama negara-negara di Amerika Latin menyatakan komitmen mereka menerapkan program ini guna menekan produksi narkoba," kata dia.

Khusus untuk Aceh, kata dia, BNN sudah menetapkan Aceh sebagai daerah percontohan program alternative development. Program tersebut dijalankan di Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Bireuen, dan Kabupaten Aceh Besar.

"Tiga kabupaten itu dikenal sebagai produsen ganja. Melalui program ini petani ganja di Aceh akan beralih menanam tanaman produktif seperti jagung, kedelai, dan lainnya," kata Brigjen Pol Faisal Abdul Naser.

Brigjen Pol Faisal Abdul Naser menyebutkan, dalam sidang Komisi Narkotika tersebut, Kepala BNN Irjen Pol Heru Winarko menyatakan, narkoba menjadi masalah dan isu yang kompleks di dunia.

Menurut dia, permasalahan narkoba perlu ditangani secara terpadu dan komprehensif oleh seluruh negara-negara di dunia.

"Begitu juga dengan Indonesia, terus berupaya memerangi narkoba. Perang narkoba tidak hanya penegakan hukum, tetapi juga mencegah dengan pemberdayaan masyarakat," kata dia.

Irjen Pol Heru Winarko menyebutkan, aktivitas perdagangan narkoba melibatkan individu dan kelompok kriminal terorganisir di Indonesia ternyata semakin mengkhawatirkan.

Berdasarkan jumlah bukti dan obat yang disita semakin banyak. Penyeludupan narkotika di Indonesia sudah berubah, dulunya menggunakan bandara sebagai titik masuk dan keluar, kini dengan penggunaan batas laut dan darat.

"Modus perdagangan baru juga telah ditemukan, yaitu melalui pengiriman barang. Beberapa menggunakan internet, sementara yang lain menggunakan alamat seseorang tanpa sepengetahuan mereka," ungkap dia.

Selain itu, Brigjen Pol Faisal Abdul Naser mengatakan, Deputi Rehabilitasi BNN Diah Setia Utami juga memaparkan proyek percontohan program rehabilitasi pada sidang Komisi Narkotika tersebut.

Dalam pemaparannya, kata dia, BNN melakukan standarisasi program rehabilitasi oleh masyarakat yang berbasis tradisional dan agama. Ada delapan tempat rehabilitasi berbasis tradisional dan agama di Indonesia.

"Program rehabilitasi berbasis tradisional dan agama menunjukkan kemajuan signifikan. Diharapkan program tersebut bisa diterapkan di seluruh tempat rehabilitasi mantan pemakai narkoba di Indonesia," kata Brigjen Pol Faisal Abdul Naser mengutip pernyataan Diah Setia Utami.

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018