Takengon (Antaranews Aceh) - Warga Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, kini mendapat mata pencaharian baru dengan menambang emas di aliran Sungai Kala Ili.
Salah seorang penambang emas, Aman Soherman di Kampung Kala Ili, Kecamatan Linge, kepada wartawan, Kamis mengatakan, usaha tersebut sangat menguntungkan karena dalam waktu singkat sudah bisa mengumpukkan puluhan gram biji emas.
Bebatuan dan pasir dari aliran sungai tersebut mengandung banyak serpihan biji emas yang bisa ditambang secara tradisional dan pastinya sangat menguntungkan secara ekonomi.
Warga di sini awalnya melakukan penambangan dengan cara memecah bebatuan yang dianggap mengandung serpihan biji emas.
Namun, dua tahun belakangan metode penambangan pun beralih dengan cara menyedot pasir dari dalam sungai dengan alat mesin penyedot sederhana, kemudian barulah serpihan biji emas dipisahkan dari material pasir, katanya.
Areal penambangan tersebar mulai dari aliran sungai di kawasan Kampung Lumut, Kampung Kala Ili, Kampung Owaq, hingga ke alirian sungai wilayah Kemukiman Wih Ni Disun Jamat, Kecamatan Linge.
Kini, Aman Soherman, sudah memiliki tiga unit mesin penyedot pasir yang dipergunakan untuk mendulang biji emas dari aliran sungai di wilayah Kampung Kala Ili.
Penambang lainnya, Aman Elpi, juga mengaku hasil dari penambangan biji emas disana sangat membantu ekonomi warga.
Dia sendiri mengaku baru memulai aktifitasnya melakukan penambangan sejak dua minggu terakhir, namun sudah bisa mengumpulkan sebanyak 90 gram biji emas dengan kadar emasnya mencapai 95 persen.
Saat ini, kata Aman Elpi, ada 17 warga disana yang aktif melakukan penambangan yang dilakukan dengan cara sederhana hingga dipastikan tidak merusak lingkungan.
"Yang kami lakukan hanyalah menyedot pasir, disaring, kemudian didulang. Emas di sini terlepas dari bebatuan, jadi sangat mudah untuk memisahkan pasir dan serpihan emasnya," tutur Aman Elpi.
Tokoh pemuda Linge, Serta Lia Gali mengatakan wilayah Linge sejak dulu memang memiliki sumber daya alam melimpah yang ikut berkontribusi menyumbang pendapatan asli daerah (PAD).
Namun dia menyayangkan pembangunan di wilayah terpencil itu kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, seperti pembangunan jalan dan sarana publik lainnya yang dibutuhkan masyarakat setempat.
"Selama ini pembangunan ke daerah pelosok Linge tidak dipedulikan, lantaran sudut pandang yang menjadi pertimbangan Pemda adalah kurangnya hasil bumi dari daerah ini. Mana buktinya, hutan pinus disini saja dalam sebulan menghasilkan ribuan ton getah pinus yang menyumbang PAD mencapai Rp1,845 miliar," tutur Serta Lia Gali.
Menurutnya, kawasan Linge juga pernah megah sebagai kawasan penghasil batu mulia seperti jenis giok, idocrase, dan nephrite jade, hingga wilayah itu dikenal oleh para penggemar batu mulia di Indonesia pada beberapa tahun lalu, saat boming batu mulia melanda tanah air.
"Inilah Linge, satu-satunya kawasan peternakan sapi juga ada disini. Situs sejarah Kerajaan Linge juga disini, tapi pembangunan wilayahnya ditelantarkan. Sekarang muncul lagi potensi alam di sini berupa emas yang bisa ditambang dengan sangat mudah. Kalau kita teliti di sini kekayaan alamnya sangat melimpah," tutur Serta Lia Gali.
Dengan munculnya sumber daya alam baru berupa potensi emas di aliran sungai sepanjang wilayah Kecamatan Linge, Serta Lia, berharap hal itu tetap menjadi berkah bagi warga disana untuk bisa menunjang pendapatan ekonomi mereka.
"Apa yang dilakoni masyarakat saat ini jangan kemudian dicekoki oleh kepentingan serakah dari investor yang akan melirik potensi ini untuk kepentingan bisnisnya," kata Serta Lia.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Salah seorang penambang emas, Aman Soherman di Kampung Kala Ili, Kecamatan Linge, kepada wartawan, Kamis mengatakan, usaha tersebut sangat menguntungkan karena dalam waktu singkat sudah bisa mengumpukkan puluhan gram biji emas.
Bebatuan dan pasir dari aliran sungai tersebut mengandung banyak serpihan biji emas yang bisa ditambang secara tradisional dan pastinya sangat menguntungkan secara ekonomi.
Warga di sini awalnya melakukan penambangan dengan cara memecah bebatuan yang dianggap mengandung serpihan biji emas.
Namun, dua tahun belakangan metode penambangan pun beralih dengan cara menyedot pasir dari dalam sungai dengan alat mesin penyedot sederhana, kemudian barulah serpihan biji emas dipisahkan dari material pasir, katanya.
Areal penambangan tersebar mulai dari aliran sungai di kawasan Kampung Lumut, Kampung Kala Ili, Kampung Owaq, hingga ke alirian sungai wilayah Kemukiman Wih Ni Disun Jamat, Kecamatan Linge.
Kini, Aman Soherman, sudah memiliki tiga unit mesin penyedot pasir yang dipergunakan untuk mendulang biji emas dari aliran sungai di wilayah Kampung Kala Ili.
Penambang lainnya, Aman Elpi, juga mengaku hasil dari penambangan biji emas disana sangat membantu ekonomi warga.
Dia sendiri mengaku baru memulai aktifitasnya melakukan penambangan sejak dua minggu terakhir, namun sudah bisa mengumpulkan sebanyak 90 gram biji emas dengan kadar emasnya mencapai 95 persen.
Saat ini, kata Aman Elpi, ada 17 warga disana yang aktif melakukan penambangan yang dilakukan dengan cara sederhana hingga dipastikan tidak merusak lingkungan.
"Yang kami lakukan hanyalah menyedot pasir, disaring, kemudian didulang. Emas di sini terlepas dari bebatuan, jadi sangat mudah untuk memisahkan pasir dan serpihan emasnya," tutur Aman Elpi.
Tokoh pemuda Linge, Serta Lia Gali mengatakan wilayah Linge sejak dulu memang memiliki sumber daya alam melimpah yang ikut berkontribusi menyumbang pendapatan asli daerah (PAD).
Namun dia menyayangkan pembangunan di wilayah terpencil itu kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, seperti pembangunan jalan dan sarana publik lainnya yang dibutuhkan masyarakat setempat.
"Selama ini pembangunan ke daerah pelosok Linge tidak dipedulikan, lantaran sudut pandang yang menjadi pertimbangan Pemda adalah kurangnya hasil bumi dari daerah ini. Mana buktinya, hutan pinus disini saja dalam sebulan menghasilkan ribuan ton getah pinus yang menyumbang PAD mencapai Rp1,845 miliar," tutur Serta Lia Gali.
Menurutnya, kawasan Linge juga pernah megah sebagai kawasan penghasil batu mulia seperti jenis giok, idocrase, dan nephrite jade, hingga wilayah itu dikenal oleh para penggemar batu mulia di Indonesia pada beberapa tahun lalu, saat boming batu mulia melanda tanah air.
"Inilah Linge, satu-satunya kawasan peternakan sapi juga ada disini. Situs sejarah Kerajaan Linge juga disini, tapi pembangunan wilayahnya ditelantarkan. Sekarang muncul lagi potensi alam di sini berupa emas yang bisa ditambang dengan sangat mudah. Kalau kita teliti di sini kekayaan alamnya sangat melimpah," tutur Serta Lia Gali.
Dengan munculnya sumber daya alam baru berupa potensi emas di aliran sungai sepanjang wilayah Kecamatan Linge, Serta Lia, berharap hal itu tetap menjadi berkah bagi warga disana untuk bisa menunjang pendapatan ekonomi mereka.
"Apa yang dilakoni masyarakat saat ini jangan kemudian dicekoki oleh kepentingan serakah dari investor yang akan melirik potensi ini untuk kepentingan bisnisnya," kata Serta Lia.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018