Ankara (Antaranews Aceh) - Turki akan melanjutkan operasi militer untuk "membebaskan Suriah" agar pengungsi dari negara dilanda perang tujuh tahun itu bisa kembali, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pidato kemenangan pemilihan presiden pada Senin.
Di depan pendukungnya dari balkon kantor pusat Partai AKP di Ankara seusai pemilihan presiden dan anggota parlemen, Erdogan menegaskan bahwa Turki akan semakin tegas menindak berbagai organisasi teroris.
Lebih dari 3,5 juta pengungsi Suriah, yang melarikan diri dari perang di negaranya, tinggal di Turki. Kehadiran mereka menjadi perdebatan panas dalam pemilihan umum itu dan beberapa orang menganggap pengungsi sebagai beban ekonomi dan mengancam ketersediaan lapangan kerja.
Namun, upaya mengamankan wilayah luas di Suriah demi membantu pemulangan tiga juta lebih pengungsi akan menjadi tantangan besar bagi pemerintahan baru Turki. Selain itu, Turki juga harus berhadapan dengan kekuatan lain, yang dominan di Suriah, termasuk Iran dan Rusia.
Masalah pengungsi mulai hangat setelah kekerasan interkomunal antara warga Turki lokal dengan pengungsi Suriah naik tiga kali lipat pada semester kedua tahun lalu.
Di sejumlah kota besar kehadiran pengungsi menjadi penyebab rivalitas etnis, ketimpangan ekonomi dan kekerasan urban, demikian laporan dari lembaga International Crisis Group pada Januari lalu.
Turki membuka perbatasan bagi pendatang dari Suriah saat perang mulai terjadi pada 2011. Namun, sejak saat itu mereka berbalik sikap dengan membangun pagar di perbatasan sepanjang 911 kilometer.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Di depan pendukungnya dari balkon kantor pusat Partai AKP di Ankara seusai pemilihan presiden dan anggota parlemen, Erdogan menegaskan bahwa Turki akan semakin tegas menindak berbagai organisasi teroris.
Lebih dari 3,5 juta pengungsi Suriah, yang melarikan diri dari perang di negaranya, tinggal di Turki. Kehadiran mereka menjadi perdebatan panas dalam pemilihan umum itu dan beberapa orang menganggap pengungsi sebagai beban ekonomi dan mengancam ketersediaan lapangan kerja.
Namun, upaya mengamankan wilayah luas di Suriah demi membantu pemulangan tiga juta lebih pengungsi akan menjadi tantangan besar bagi pemerintahan baru Turki. Selain itu, Turki juga harus berhadapan dengan kekuatan lain, yang dominan di Suriah, termasuk Iran dan Rusia.
Masalah pengungsi mulai hangat setelah kekerasan interkomunal antara warga Turki lokal dengan pengungsi Suriah naik tiga kali lipat pada semester kedua tahun lalu.
Di sejumlah kota besar kehadiran pengungsi menjadi penyebab rivalitas etnis, ketimpangan ekonomi dan kekerasan urban, demikian laporan dari lembaga International Crisis Group pada Januari lalu.
Turki membuka perbatasan bagi pendatang dari Suriah saat perang mulai terjadi pada 2011. Namun, sejak saat itu mereka berbalik sikap dengan membangun pagar di perbatasan sepanjang 911 kilometer.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018