Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh menyatakan terdeteksi oleh satelit tiga titik panas, berada di provinsi bagian paling Barat di Indonesia.

"Ya, ada. Pagi ini, tiga titik panas muncul di Aceh," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Aceh, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Kamis.

Ia melanjutkan, hasil pantauan sensor modis dengan?menggunakan kedua satelit, yaitu Terra dan Aqua menyebut ketiga titik panas ini terkonsentrasi di dua kabupaten di Aceh.

Yakni Aceh Besar terdapat dua titik di antaranya yang terpantau satelit di satu kecamatan, tepatnya Masjid Yahya. Sedangkan sisanya satu titik lagi berada di Aceh Jaya, tepatnya di Kecamatan Setialuebakti.

"Ada dua titik di Masjid Yahya patut kita duga sebagai titik api, akibat kebakaran hutan dan lahan. Karena?memiliki tingkat kepercayaan kedua titik ini 80 persen," terang dia.

"Satu titik panas di Setialuebakti tidak mengkhawatirkan, akibat cuma memiliki tingkat kepercayaan 51 persen," jelas Zakaria.

Pemerintah di 2018 berkomitmen mengawal ketat wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.

"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api pada 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles B Panjaitan.

KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha pada 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.

"Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalau pun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujar Raffles.

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018