Meulaboh (Antaranews Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh terus mendorong nelayan untuk berproduksi lebih baik demi peningkatan kesejahteraan keluarga nelayan yang sebagian besar tinggal di kawasan pesisir pantai.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Barat, Mahli, di Meulaboh, Rabu, mengatakan, selama ini produksi nelayan rata - rata 15 ribu ton per tahun, jumlah itu masih kurang dibandingkan potensi yang tersedia.
"Kalau berbicara potensi perikanan, di wilayah lautan kita masih cukup besar dan nelayan - nelayan armada besar yang selama ini sudah membuktikan saat melaut berhasil membawa pulang tangkapan melimpah dan jenis ikan bernilai ekonomis," katanya.
DKP Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mencatat produksi rata raa sektor perikanan nelayan daerah setempat hanya 12 ribu ton hingga 15 ribu ton per tahunnya, jumlah itu belum dihitung dengan produksi perikanan budidaya di daratan.
Mahli, mengatakan, pada tahun 2018 Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Barat tidak memasang jumlah capaian target produksi untuk sektor perikanan tangkap karena pemda sadar masih sangat terbatas memberikan bantuan untuk nelayan.
"Kita tidak memasang target harus tercapai berapa puluh ribu ton karena kita sadar sarana prasarana nelayan daerah kita masih sangat terbatas. Bantuan kapal dan alat tangkap nelayan Aceh Barat paling berkisar 2 persen diberikan pemerintah," imbuhnya.
Meski pun demikian kata dia, produksi perikanan tangkap oleh ribuan nelayan daerah itu selama ini sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat serta industri pasar lokal, apalagi sering mendapat pasokan ikan dari daerah tetangga.
Mempertahankan produksi 12 - 15 ribu ton per tahun, menurut dia sudah ideal dengan kondisi serba keterbatasan armada dan alat penangkapan ikan, terlebih lagi mayoritas pekerjanya merupakan nelayan tradisional, belum ada industri berskala besar.
Kata Mahli, selama dengan jumlah produksi perikanan terbilang sedikit dengan jumlah penduduk Aceh Barat mencapai 200 ribu jiwa, tetapi jumlah itu masih dikategorikan aman dan tercukupi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat.
"Produksi segitu, menurut kami stabil karena tercukupi, Aceh Barat tidak pernah kehabisan stok ikan, malahan ada pengusaha di pasar bisa mengekspor ikan dan udang ke luar daerah, seperti ke Medan Sumatera Utara," jelas dia lagi.
Lebih lanjut dikatakan, terkait dengan fluktuatif harga ikan segar yang kerap terjadi selama ini harus diakui benar adanya, akan tetapi kondisi itu tidak semua karena terbatasnya pasokan, tapi lebih kepada pengaruh cuaca buruk hingga membuat nelayan tidak melaut.
Kondisi demikian, seperti sudah menjadi satu tradisi atau musiman, pada setiap musim tertentu terjadi perubahan arah angin laut akan berpengaruh pada kondisi cuaca ekstrem sehingga nelayan kecil tidak berani melaut, tetapi untuk produksi ikan tetap jalan.
Karena nelayan dengan armada yang lebih besar pasti ada yang tengah melaut dan ada yang tengah membongkar hasil tangkapan sampai beberapa hari, sehingga saat terjadi kekosongan stok, pasokan ikan segar tetap tersedia walau pun dengan jumlah terbatas.
"Jika kita melakukan intervensi target produksi tentunya harus seimbang dengan yang kita berikan untuk nelayan. Persoalan kenaikan harga kadang terjadi, itu karena faktor cuaca yang pasti terjadi setiap pergantian musim dalam setahun 2 - 3 kali,"pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018