Meulaboh (Antaranews Aceh) - Seorang petani di Desa Cot Seulamat, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, menjual cabai merah keriting secara langsung ke pasar karena harga yang dipatok para tengkulak atau agen terlalu rendah.

"Hasil panen lumayan, tapi harga tampung agen yang datang ke sini hanya Rp13 ribu per kilogram, kalau jual sendiri mungkin bisa lebih dari itu," kata petani Desa Cot Seulamat, Reza, kepada wartawan di Meulaboh, Selasa.

Ia berkata, pada panen sebelumnya, para agen lokal bersedia membeli cabai dari kebunnya seharga Rp20.000 kg, bahkan ada yang siap menampung Rp25.000/kg karena saat itu terjadi krisis produksi cabai merah di daerah setempat.

Kemudian pada panen awal Desember 2018, harga tampung paling tinggi Rp15.000/kg, sehingga setelah diperhitungkan dengan biaya modal dan biaya perawatan dan pekerjaan, dengan harga tersebut dirinya akan rugi.

"Biasanya penampung membeli cabai dengan harga Rp20 ribu hingga Rp25 ribu/kg, berbeda dengan saat ini cabai segar yang baru dipetik hanya dibeli seharga Rp10 ribu hingga Rp 15 ribu/kg," imbuhnya.

Meskipun hasil panen cabai merah dalam dua pekan ini cukup berlimpah, namun harga yang murah membuat petani mengeluh, hasil yang didapatkan dikhawatirkan tidak mampu menutupi biaya modal yang dikeluarkan untuk perawatan kebun.

Kebun miliknya mampu menghasilkan cabai hingga 500 kilogram dalam sekali panen, tetapi ia khawatir kalau banyak memanen tidak ada penampung yang membeli semua produksinyau.

"Untuk 500 kilogram, sulit. Kalaupun ada agen yang bersedia menampung semua hasil panen, hargan ya sangat murah. Omzet saya diperkirakan turun hingga 40 persen dari panen sebelumnya," katanya.

Petani cabai muda ini, berharap pemerintah daerah punya solusi agar dapat mengendalikan harga cabai, meskipun harga ecerannya turun, akan tetapi jangan sampai anjlok ke level terendah hingga membuat petani cabai berhenti garap lahan.

Reza, juga sudah menghubungi rekan penampung di kabupaten tetangga, namun harganya tetap sama bahkan lebih murah, meskipun ada diantaranya yang menampung hingga Rp18.000/ kg, tetapi cukup jauh karena berada di Aceh Selatan.

"Ada yang bersedia menampung Rp18 ribu per kilo, tapi di Kabupaten Aceh Selatan, kalau dihitung biaya pengiriman, maka sama saja rugi. Lebih baik jual sendiri ke pasar pagi, jumlah disesuaikan, jangan sampai membusuk," ujarnyaa.

Pewarta: Anwar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018