Bogota, Kolombia (Antara/Reuters) - Kediktatoran Venezuela hanya seumur jagung, kata Presiden Kolombia Ivan Duque pada Jumat, menyerukan lebih banyak tekanan diplomatik terhadap pemimpin negara tersebut, Nicolas Maduro, untuk memfasilitasi kembalinya demokrasi ke negara produsen minyak tersebut.
  
Kolombia, yang menjadi bagian dari Kelompok Lima --yang beranggotakan 14 negara, telah mengakui pimpinan oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela.
    
"Hari ini pantas untuk memuji apa yang dilihat dunia dan bahwa itulah kediktatoran Venezuela tidak akan bertahan lama, karena terdapat rezim institusional baru yang dibentuk berkat usaha yang dilakukan Kolombia dan negara-negara lain," kata presiden.
    
Kendati Guaido memiliki dukungan dari Amerika Serikat dan sejumlah pemerintah Uni Eropa, Maduro terus memegang kekuasaan dengan dukungan kepemimpinan militer Venezuela, Rusia dan China.
    
"Saya berharap dalam beberapa hari ke depan kepungan diplomatik akan terus bergulir," kata Duque, yang menuntut pemilu yang bebas di Venezuela sebagai bagian dari proses peralihan.
    
Pada Mei 2018, Maduro kembali maju dalam pemilu melawan calon oposisi yang kurang terkenal di tengah rendahnya tingkat keikut-sertaan dan tuduhan pemerintah soal pembelian suara. Oposisi, Amerika Serikat dan Kelompok Lima mengatakan mereka tidak mengakui hasil pemilu tersebut.
    
Kolombia menjadi tujuan utama bagi tiga juta lebih warga Venezuela yang meninggalkan negara mereka, dan melarikan diri dari krisis politik, ekonomi dan sosial. Lebih dari satu juta warga Venezuela saat tinggal di Kolombia.

Pewarta: Reuters

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019