Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Indrapuri, Aceh Besar, Suryanidar mengaku produksi gabah di wilayah itu turun dari sembilan ton menjadi tiga ton per hektare. 

"Produksi gabah di Indrapuri, Aceh Besar tahun lalu sembilan ton per hektare dan sekarang turun menjadi tiga ton, karena petani sangat sulit memperoleh pupuk," kata Suryanidar usai memanen padi perdana di sawah kawasan Indrapuri, Aceh Besar, Sabtu. 

Panen perdana gabah tersebut dibantu anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kodam Iskandar Muda Aceh dan personil Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) Polda Aceh. 

Koordinator BPP Indrapuri, Aceh Besar menyebutkan, biasanya produksi gabah berkisar dari, delapan hingga sembilan ton per hektare.

Namun, periode ini produksi gabah menurun drastis disebabkan kelangkaan pupuk. Hal ini tentu sangat merugikan masyarakat tani. 

Ia menjelaskan, sejumlah petani padi di kawasan Indrapuri, dan sekitarnya sangat sulit mendapatkan pupuk jenis, Urea, SP-36, KCL dan pupuk ZA. 

"Jika salah satu pupuk itu tidak digunakan untuk tamanan padi, maka berdampak pada hasil produksi," ujar Koordinator BPP Indrapuri, Aceh Besar. 

Salah seorang petani, Jamaluddin yang ikut memotong padi di sawah kawasan Indrapuri juga mengaku masyarakat tani sangat sulit mendapatkan pupuk. 

"Sering kali pupuk langka dan saya hanya menaburkan pupuk Urea dan SP-36. Pupuk KCL waktu itu tidak ada di pasar," akuinya. 

Lebih lanjut petani tradisional tersebut berharap, pemerintah menyediakan pupuk yang cukup agar masyarakat tani merugikan dan produksi gabah pun mencapai target. 
 

Pewarta: Irman Yusuf

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019