Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Barat, Teungku Abdurrani Adian mengimbau kepada seluruh umat muslim di Aceh agar tidak menjadikan perbedaan rakaat ibadah shalat tarawih, sebagai perpecahan di kalangan masyarakat.

Seperti diketahui, selama ini masyarakat di Aceh melaksanakan ibadah shalat tarawih dengan dua versi yakni delapan rakaat ditambah tiga rakaat shalat witir.

Sedangkan sebagian masyarakat lainnya melaksanakan dengan 20 rakaat ditambah tiga rakaat shalat witir.

"Kalau menurut saya terpulang kepada masing-masing umat, yang penting jangan saling menuding, dalilnya sudah sangat jelas," kata Tgk Abdurrani kepada Antara, Senin (6/5) di Meulaboh.

Menurutnya, Allah SWT sudah memerintahkan hambanya untuk berbuat amalan sebanyak-banyaknya khususnya pada bulan suci Ramadhan, sebagai bulan yang penuh dengan ampunan, rahmat bagi seluruh penjuru alam semesta.

Apabila masyarakat melakukan amaliah (perbuatan amal) dengan sebanyak-banyaknya, maka hal itu akan lebih baik.

"Makin banyak kita beribadah, maka makin banyak pula pahala yang akan kita terima," kata Teungku Abdurrani Adian.

Ulama ini berharap masyarakat di Kabupaten Aceh Barat termasuk di Aceh harus kompak dan bersatu serta menghindari setiap perselisihan dengan sesama umat, dan senantiasa hidup rukun saling hormat menghormati satu sama lain, dan tidak terpecah belah.

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019