Masyarakat Gampong (Desa) Peunayong, Kota Banda Aceh memperindah wilayahnya dengan cara mewarnai dinding (Seni Mural) yang menampilkan sejarah provinsi paling ujung barat Indonesia tempo dulu seperti, perdagangan, keberagaman, tolak narkoba, serta kampanye kebersihan.
“Ini tujuan kita untuk mengangkat kembali Peunayong tempo dulu. Karena Peunayong merupakan daerah yang sangat komplit, dari segi budaya, suku, dan agama di Aceh,” kata Ketua Pelaksana Mural Deny Saputra di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan, Peunayong merupakan tempat yang penuh dengan transaksi perdagangan. Berbagai negara dari penjuru dunia merapat ke Aceh dengan transportasi laut ke kawasan tersebut untuk melakukan transaksi ekonomi pada masa itu.
Mural ini dipasang di 32 titik kawasan Peunayong. Melibatkan sebanyak 30 pemural, yang dikoordinasikan pelukis senior Aceh Zul MS.
Pembuatan moral ini dibagi di tiga zona, pertama terletak di kawasan kota dengan tema keberagaman, kemudian kedua di kawasan pinggiran kota kawasan Peunayong, serta ketiga di area bantaran sungai dengan tema tentang kampanye kebersihan.
Dalam membuat mural ini, kata Deny, mereka melibatkan berbagai pihak mulai dari mahasiswa hingga dosen sejarah dan arsitek dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Pembuat seni mural tersebut juga menerima masukan dari tokoh masyarakat, agama, budaya yang ada di Aceh dengan tujuan agar tidak ada benturan dari segi gambar mural.
“Jadi syariat Islam ini semua boleh masuk tapi jangan ada benturan. Dalam mengembalikan sejarah tempo dulu melalui mural ada tiga tema, keberagaman suku dan agama, kemudian zero narkoba serta kampanye kebersihan, karena disini kan kawasan pasar,” katanya menambahkan.
Pihaknya ingin Banda Aceh ini selain Masjid Raya Baiturrahman, Kapal Apung PLTD, Museum Tsunami, ada tempat lain yang ketika diunggah ke media sosial orang langsung tahu kalau itu sedang di Banda Aceh, demikian kata seniman tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
“Ini tujuan kita untuk mengangkat kembali Peunayong tempo dulu. Karena Peunayong merupakan daerah yang sangat komplit, dari segi budaya, suku, dan agama di Aceh,” kata Ketua Pelaksana Mural Deny Saputra di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan, Peunayong merupakan tempat yang penuh dengan transaksi perdagangan. Berbagai negara dari penjuru dunia merapat ke Aceh dengan transportasi laut ke kawasan tersebut untuk melakukan transaksi ekonomi pada masa itu.
Mural ini dipasang di 32 titik kawasan Peunayong. Melibatkan sebanyak 30 pemural, yang dikoordinasikan pelukis senior Aceh Zul MS.
Pembuatan moral ini dibagi di tiga zona, pertama terletak di kawasan kota dengan tema keberagaman, kemudian kedua di kawasan pinggiran kota kawasan Peunayong, serta ketiga di area bantaran sungai dengan tema tentang kampanye kebersihan.
Dalam membuat mural ini, kata Deny, mereka melibatkan berbagai pihak mulai dari mahasiswa hingga dosen sejarah dan arsitek dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Pembuat seni mural tersebut juga menerima masukan dari tokoh masyarakat, agama, budaya yang ada di Aceh dengan tujuan agar tidak ada benturan dari segi gambar mural.
“Jadi syariat Islam ini semua boleh masuk tapi jangan ada benturan. Dalam mengembalikan sejarah tempo dulu melalui mural ada tiga tema, keberagaman suku dan agama, kemudian zero narkoba serta kampanye kebersihan, karena disini kan kawasan pasar,” katanya menambahkan.
Pihaknya ingin Banda Aceh ini selain Masjid Raya Baiturrahman, Kapal Apung PLTD, Museum Tsunami, ada tempat lain yang ketika diunggah ke media sosial orang langsung tahu kalau itu sedang di Banda Aceh, demikian kata seniman tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019