PENYAIR 3/3 (Antaraaceh) - Sastri Bakry yang baru pertama kali  menginjak kakinya di Aceh, seperti tak percaya. Apakah benar, tanah rencong  yang sempat hancur diluluhlantak tsunami 2004 lalu, kini seperti tak berbekas. Atas kekaguman itu, Sastri yang juga seorang jurnalis langsung merekam suasana Aceh dalam bait-bait puisi yang mendalam tentang kebangkitan dan kebersamaan rakyat Aceh yang dahsyat.
“Ketika mendarat, saya seperti menemukan dunia yang hilang. Dunia dalam kenangan saya adalah dunia yang telah hancur diporak-porandakan tsunami.
Saya bahagia sekali, melihat perkembangan Banda Aceh sangat pesat,”tutur penyair yang kini bertugas sebagai Inspektur Khusus di Kementrian Depdagri Jakarta senang.
Sebelum meluncurkan buku antologi puisi karyanya dengan judul ‘Sastra Sastri dalam Puisi” di Banda Seafood Ulee Lheue Banda Aceh, beberapa  hari lalu, Sastri bersama rombongan dari Jakarta yang sedang melakukan pengawasan di Aceh sempat berkunjung ke Museum Tsunami.
Di depan bukti-bukti sejarah itu, dia tak mampu membendung air mata – Sastri tak mampu membayangkan ketika mayat tindih menindih mengampung di mana-mana. “Ya Rabb, Engkau Maha Kuasa” desahnya dalam renungan singkat.
Sastri tak bergeming, dia tertunduk. Satu-satu air mata menetes membasahi pipinya -  dengan jari jemarinya yang gemetar dia seka kepiluan itu perlahan. Dari gurat wajahnya, tersimpan kesedihan yang dalam. Namun, Sastri dengan semangat mengatakan kesedihan hampir 10 tahun lalu itu, tak perlu dipelihara harus disingkirkan jauh-jauh.
“Rakyat Aceh hebat, dengan cepat bangkit kembali untuk menata kehidupan yang lebih baik. Kini, tinggal bagaimana merawat kebersamaan itu menjadi tumpuan harapan bagi jutaan  generasi Aceh, sehingga Aceh ke depan hidup dalam kemakmuran, “ungkapnya.
Penyair yang memiliki nama lengkap Sastri Yunizarti Bakry ini, lahir 20 Juni 1958 lalu di Pariaman, Sumatera Barat, dari pasangan Zaidin Bakry (Kolonel TNI AD) yang juga seniman dengan Fatimah Noer, sangat terkesan dengan keramahtamahan warga Banda Aceh.
Meski hanya dua hari di Aceh, tapi kenangan bersama  sesama penyair di Banda Aceh sangat membekas , sehingga Sastri ingin kembali lagi ke Aceh dalam acara silahturrahmi yang lebih besar.
Tanah rencong baginya adalah sumber inspirasi.
Selama di Banda Aceh penulis novel, cerpen dan puisi ini ditemani sejumlah penyair Aceh, diantaranya LK Ara, D Kemalawati, Dr Harun al-Hasyid, Helmi Hass  dan sejumlah seniman Aceh lainnya.
Karyanya dalam antologi “Sastra Sastri dalam Puisi” ketika diluncurkan  diapresiasi dengan baik lewat pembacaan puisi di Banda Seafood.
D Kemalawati membaca puisi “Pemilu yang Pemalu” , LK Ara, Harun Al-Rasyid dan Helmi Has ikut baca puisi memeriahkan acara yang dipandu oleh penyair senior Aceh LK Ara.

Pewarta: Penyair : Sastri Bakry

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014