Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat memastikan bahwa kabut asap yang menyelimuti berbagai wilayah di provinsi ini bukan berasal dari asap kiriman akibat peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berlangsung di wilayah Riau.
"Kita pastikan kabut yang tampak di pagi hari, bukan karena asap oleh adanya karhutla di Riau maupun di Aceh sendiri," tegas Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Aceh, Zakaria Ahmad di Banda Aceh, Senin.
Ia mengatakan, suhu udara di pagi hari relatif terasa dingin dengan suhu minimum berkisar antara 22 hingga 25 derajat Celsius dengan uap air di udara relatif tinggi 90 sampai 98 persen, sehingga mulai jam 10.00 WIB ke atas kabut mulai menghilang dan jarak pandang di atas delapan kilometer.
Ia menerangkan, asap kebakaran hutan dan lahan di wilayah Riau yang secara umum di Pulau Sumatera bertiup dari tenggara-barat daya menuju barat laut-timur Laut memiliki kecepatan angin lima knots hingga 15 knots.
Data BMKG yang dikeluarkan kemarin atau Ahad (15/9), menyebutkan terdeteksi adanya "transboundary haze" akibat dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera mengarah ke Selat Malaka, Singapura, dan Semenanjung Malaysia.
"Bila kita lihat dari peta sebaran asap yang dikeluarkan oleh BMKG pusat, memang belum sampai asap dari Pekanbaru atau Riau ke wilayah Aceh," terang dia.
Dalam sepekan terakhir, lanjutnya, tidak ada peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi secara signifikan diberbagai daerah dengan total 23 kabupaten/kota di provinsi paling barat Indonesia tersebut.
"Yang perlu kami sampaikan ke masyarakat bahwa Aceh secara umum sudah dalam masa transisi atau masa peralihan dari musim kemarau menuju musim penghujan," bebernya.
"Ini artinya Propinsi Aceh, kita perkirakan akan lebih banyak diguyur hujan. Walau dewasa ini cenderung terjadi hujan yang tidak merata di berbagai daerah di Aceh," kata Zakaria.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Kita pastikan kabut yang tampak di pagi hari, bukan karena asap oleh adanya karhutla di Riau maupun di Aceh sendiri," tegas Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Aceh, Zakaria Ahmad di Banda Aceh, Senin.
Ia mengatakan, suhu udara di pagi hari relatif terasa dingin dengan suhu minimum berkisar antara 22 hingga 25 derajat Celsius dengan uap air di udara relatif tinggi 90 sampai 98 persen, sehingga mulai jam 10.00 WIB ke atas kabut mulai menghilang dan jarak pandang di atas delapan kilometer.
Ia menerangkan, asap kebakaran hutan dan lahan di wilayah Riau yang secara umum di Pulau Sumatera bertiup dari tenggara-barat daya menuju barat laut-timur Laut memiliki kecepatan angin lima knots hingga 15 knots.
Data BMKG yang dikeluarkan kemarin atau Ahad (15/9), menyebutkan terdeteksi adanya "transboundary haze" akibat dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera mengarah ke Selat Malaka, Singapura, dan Semenanjung Malaysia.
"Bila kita lihat dari peta sebaran asap yang dikeluarkan oleh BMKG pusat, memang belum sampai asap dari Pekanbaru atau Riau ke wilayah Aceh," terang dia.
Dalam sepekan terakhir, lanjutnya, tidak ada peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi secara signifikan diberbagai daerah dengan total 23 kabupaten/kota di provinsi paling barat Indonesia tersebut.
"Yang perlu kami sampaikan ke masyarakat bahwa Aceh secara umum sudah dalam masa transisi atau masa peralihan dari musim kemarau menuju musim penghujan," bebernya.
"Ini artinya Propinsi Aceh, kita perkirakan akan lebih banyak diguyur hujan. Walau dewasa ini cenderung terjadi hujan yang tidak merata di berbagai daerah di Aceh," kata Zakaria.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019