"Kekerasan bersenjata yang terjadi di Aceh selama ini dilakukan oleh tiga kelompok dan saat ini kelompok tersebut terus diburu," katanya kepada wartawan usai mengikuti pertemuan dengan Komisi I DPR Aceh di Banda Aceh, Rabu.
Ia menjelaskan kelompok bersenjata yang kerap melakukan tindak kekerasan di provinsi berpenduduk sekitar 4,5 juta jiwa itu dilatarbelakangi masalah ekonomi yakni melakukan pemerasan, penculikan dengan meminta tebusan, serta membuka lahan dan memasarkan ganja.
"Kami menduga kelompok pembunuh dua anggota TNI Kodim 0103 Aceh Utara itu dulunya melakukan kejatahan di Aceh Timur dan kini bergerak ke Aceh Utara," katanya.
Menurut dia, bergesernya kelompok yang awalnya di Aceh Timur itu kemungkinan di kawasan tersebut ada kelompok lainnya yang mungkin bersaing di sana atau bagaimana, sehingga bergeser lokasi.
"Selama ini, Polisi/TNI gencar membasmi ladang ganja dan barangkali mereka merasa terganggu. Termasuk yang di Pidie (kasus tewasnya Bripda Said Muhammad Reza) karena dia melakukan penangkapan ganja kering, semacam transaksi ganja, sehingga dilakukan penangkapan dan dilakukan perlawanan," katanya.
Ia mengatakan pihaknya terus melakukan pengejaran terhadap pelaku tindak kekerasan yang saat ini sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dari institusi tersebut.
Ia menambahkan saat ini personil polisi dan TNI masih ada di lapangan untuk memburu dan mengejar pelaku kekerasai di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.
Dalam pertemuan dengan Komisi I DPR Aceh itu turut hadir Panglima Kodam (Pangdam) Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto, Sekda Aceh Dermawan, Ketua DPRA Tgk Muharuddin, Ketua Komisi I Abdullah Saleh dan anggota DPR komisi tersebut.
Sementara itu Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto menyatakan pihaknya juga terus memburu pelaku penembak dua anggota TNI Kodim 0103 Aceh Utara dan dalam tugas tersebut pihaknya masih berada dibawah kendali Polda Aceh.