"Makan atau minum manis, kalau dia lebih, apalagi lebih dari 8 jam menempel di gigi, terjadi fermentasi asam, itu dia merusak email gigi," kata Usman Sumantri di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan gula sangat mempengaruhi pertumbuhan pada gigi anak di bawah usia 7 tahun. Kontaminasi gula berlebih bisa dengan cepat merusak gigi anak.
"Padahal gigi pertama permanen tumbuh itu 6 sampai 7 tahun, kalau itu sudah rusak, untuk gigi dewasa juga akan terpengaruh," katanya.
Usman mengatakan konsumsi gula pada masyarakat Indonesia cenderung tinggi, bukan hanya makanan dan minuman manis, tapi juga dipengaruhi konsumsi nasi dengan gizi pada lauk yang tidak berimbang.
"Walaupun minuman, gula tetap masuk dan tetap ada yang nyangkut juga. Bukan berarti orang tidak boleh minum teh manis. Tapi minum teh manis yang wajar," katanya.
Dikatakan Usman, indra pengecap manusia sangat dipengaruhi oleh pola kebiasaan. Paparan rasa yang cenderung terus menerus dan meningkat, membuat indra pengecap lebih kebal.
"Kekebalan orang terhadap manis, kalau dia minum manis, terus tambah manis. Tapi kalau dia sedikit saja, orang akan merasakan rasa manis itu ambangnya lebih tinggi," katanya.
Selain merusak gigi, kata Usman, gula juga menjadi pemicu kasus penderita diabetes yang cenderung tinggi di Indonesia. Kementerian Kesehatan melaporkan 13 persen penduduk Indonesia terdiagnosa Diabetes.
"Orang Indonesia diabetesnya tinggi. Bukan keturunan, tapi karena minuman dan makanannya," katanya.
Kadar konsumsi gula pada produk makanan yang direkomendasikan pihaknya berkisar maksimal 20 hingga 30 gram sehari.
"Kalau mau minum Teh Kotak, sekali minum sudah berapa glukosanya, sampai 18 gram, padahal kita bolehnya 20 hingga 30 gram sehari, satu jenis saja sudah hampir 20 gram, itu yang menyebabkan orang Indonesia banyak kena diabetes," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PDGI sarankan berkumur usai konsumsi bahan pemanis