Banda Aceh, 14/7 (Antara) - Target nasional menjadikan Aceh sebagai "lumbung" kedelai nasional dinilai tepat, karena tidak hanya didukung lahan yang luas tapi kesuburan tanahnya juga menjadi pertimbangan utama.
Bahkan, Kementerian Pertanian RI menyebutkan tidak hanya mewujudkan Aceh sebagai "lumbung" tapi menjadikan daerah ini sebagai penghasil terbaik nasional untuk komoditas kacang kedelai.
Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (Akabi) Kementerian Pertanian Maman Suherman mengemukakan, upaya percepatan tanam kedelai seluas 26.000 hektare yang diberikan Pemerintah pusat itu merupakan target utama nasional 2014.
"Lahan di pulau Jawa sudah sempit. Kami terus berkoordinasi dan ternyata Aceh sangat potensial digalakkan kacang kedelai. Inilah dasar kebijakannya dan Aceh diharapkan menjadi daerah utama swasembada kedelai nasional," kata dia menjelaskan.
Kedelai di Indonesia pernah mengalami pasang surut karena menurunnya minat petani bercocok tanam disebabkan harga jualnya relatif rendah, dibandingkan padi dan tanaman lainnya.
Namun, Maman mengatakan melalui program "Bangkit Kedelai" yaitu program pemberian bantuan benih unggul, diyakini mampu menumbuhkan gairah dan semangat petani. Sejak 2010, produksi kedelai semakin meningkat.
Kementerian Pertanian, kata Maman, sudah mengeluarkan beberapa kebijakan baru, terkait pengembangan benih dan peraturan harga dasar kedelai.
Jadi, tidak ada lagi nantinya di tingkat petani, harga kacang kedelai sampai jatuh dibawah Rp7000 per kilogram. "Melalui kebijakan itu kita berharap dapat mempertahankan tanaman kedelai untuk kesejahteraan rakyat," kata Maman menambahkan.
Karenanya, kepada penyuluh dan tenaga lapangan agar bekerja dengan baik, dan mengawal sehingga petani memakai pupuk serta teknologi yang direkomendasikan pemerintah.
"Penyuluh harus ekstra, mengawal dengan baik agar produksi petani bisa terus meningkat sebagai upaya menuju kesejahteraan," katanya mengharapkan.
Selain itu, perlunya kerja sama antar instansi terkait lebih erat dan seiring sejalan sehingga mampu mewujudkan dan mensukseskan kegiatan Perluasan Areal Tanam (PAT) kedelai seluas 26.000 hektare itu.
Maman juga mengatakan, Aceh menjadi andalan nasional untuk menghasilkan kedelai berkualitas. Motivasi petani kedelai disini bagus sekali, ini harus dijaga dan dikembangkan, sehingga nantinya bisa menjadi kualitas terbaik nasional.
Data menyebutkan saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 ton/hektare dengan kisaran 0,6-2,0 ton/hektare ditingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7-3,2 ton/hektare.
Sementara kebutuhan kedelai di Indonesia sebanyak dua juta ton, sedangkan produksi di dalam negeri hanya berkisar 800-900 ribu ton, sehingga kekurangannya masih impor.
Pada Tahun 1992, Indonesia pernah swasembada kedelai dengan luas panen sekitar 1,7 juta hektare dengan produksi hingga di atas 1,7 juta ton.
Untuk mencapai swasembada kedelai tahun 2014, produksi kedelai harus ditingkatkan rata-rata 20,05 persen setiap tahun dari produksi tahun 2009 yang baru mencapai satu juta ton, menjadi 2,7 juta ton pada 2014.
Fokus kedelai
Sementara itu, gubernur Aceh Zaini Abdullah saat panen kedelai di Ranto Peureulak Kabupaten Aceh Timur, meminta Pemkab setempat agar memfokuskan pengembangan sektor tanaman kacang kedelai didaerah tersebut.
Sebab, selain kondisi tanah yang subur, Aceh Timur juga masih memiliki tanah yang luas dan terbesar dengan perluasan areal tanam 2014 seluas 24.210 hektare.
Kacang kedelai pernah menjadi primadona di Aceh Timur bahkan kualitasnya diakui terbagus di Indonesia.
"Kami berharap, dalam kurun waktu lima tahun ke depan, kedelai Aceh Timur bangkit kembali dan menjadi primadona seperti dulu, dan harus menjadi lumbung kedelai nasional," kata gubernur menambahkan.
Saat ini, kata Zaini Abdullah, Pemerintah sedang berupaya meningkatkan produksi kedelai guna memenuhi permintaan pengrajin lokal untuk memproduksi tahu dan tempe yang selama ini mengandalkan pasokan kedelai impor.
"Harus diingat bahwa penerapan teknologi spesifik lokasi juga harus optimal, apalagi dengan penetapan pemberlakuan harga pokok penjualan (HPP) di tingkat petani sebesar Rp7 ribu/kilogram," kata dia menjelaskan.
Sementara itu, Bupati Aceh Timur Hasballah M Thaib mengatakan, panen kedelai dan perluasan areal tanam (PAT) seluas 26.000 hektare merupakan awal yang baik dan diharapkan menjadi motivasi bagi petani lainnya di Aceh. Untuk mendukung program itu,
Pemkab Aceh Timur telah mengalokasikan bantuan untuk pemberdayaan penangkar seluas 1000 hektare yang tersebar di area potensi kedelai di tiga kecamatan, yaitu Peunaron, Serbajadi dan Pante Bidari.
Tahun 2014 ini, di Kecamatan Ranto Peureulak telah dialokasikan seluas 2.255 hektare kedelai dan realisasi tanamnya saat ini mencapai 750 hektare.
Hamparan yang dipanen ini adalah bagian keseluruhan lahan yang mencakup luas yakni mencapai sekitar 40 ribu hektare. "Terwujudnya panen hari ini tidak lepas dari peran petani yang penuh semangat dalam bekerja keras," kata bupati Hasballah M Thaib.
Ia juga menyebutkan, kawasan zona penyangga tanaman pangan yakni padi gogo, kedelai dan jagung di Aceh Timur tersebar di tiga kecamatan yaitu Indra Makmur, Sungai Raya dan Rantau Selamat.
Dijelaskannya, penanaman musim kemarau pertama pada April hingga Juni 2014 telah direalisasi penanaman seluas 6.149 hektare dengan kebutuhan benih 307 ton.
Hasil panen musim kemarau pertama ini diperkirakan memperoleh produksi benih sebesar 6.000 ton yang tersebar di berbagai kecamatan, yang nantinya juga akan menjadi sumber benih untuk penanaman pada September 2014.
Untuk mewujudkan Aceh menjadi "lumbung" kedelai nasional maka diperlukan peran semua pihak, terutama pemerintah daerah melalui program pembangunan yang benar-benar pro-petani.
Selain itu juga perlunya ditumbuhkembangkan kesadaran agar petani benar-benar mempersiapkan diri untuk menerima teknologi guna mendukung meningkatkan produktivitas pertaniannya.
Melalui peran semua pihak dengan dukungan areal luas dan lahan subur maka diyakini Aceh ke depan tidak hanya sebagai daerah "lumbung" kedelai tapi juga terwujudnya masyarakat sejahtera melalui kacang kedelai.
Penulis: Azhari
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014
Bahkan, Kementerian Pertanian RI menyebutkan tidak hanya mewujudkan Aceh sebagai "lumbung" tapi menjadikan daerah ini sebagai penghasil terbaik nasional untuk komoditas kacang kedelai.
Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi (Akabi) Kementerian Pertanian Maman Suherman mengemukakan, upaya percepatan tanam kedelai seluas 26.000 hektare yang diberikan Pemerintah pusat itu merupakan target utama nasional 2014.
"Lahan di pulau Jawa sudah sempit. Kami terus berkoordinasi dan ternyata Aceh sangat potensial digalakkan kacang kedelai. Inilah dasar kebijakannya dan Aceh diharapkan menjadi daerah utama swasembada kedelai nasional," kata dia menjelaskan.
Kedelai di Indonesia pernah mengalami pasang surut karena menurunnya minat petani bercocok tanam disebabkan harga jualnya relatif rendah, dibandingkan padi dan tanaman lainnya.
Namun, Maman mengatakan melalui program "Bangkit Kedelai" yaitu program pemberian bantuan benih unggul, diyakini mampu menumbuhkan gairah dan semangat petani. Sejak 2010, produksi kedelai semakin meningkat.
Kementerian Pertanian, kata Maman, sudah mengeluarkan beberapa kebijakan baru, terkait pengembangan benih dan peraturan harga dasar kedelai.
Jadi, tidak ada lagi nantinya di tingkat petani, harga kacang kedelai sampai jatuh dibawah Rp7000 per kilogram. "Melalui kebijakan itu kita berharap dapat mempertahankan tanaman kedelai untuk kesejahteraan rakyat," kata Maman menambahkan.
Karenanya, kepada penyuluh dan tenaga lapangan agar bekerja dengan baik, dan mengawal sehingga petani memakai pupuk serta teknologi yang direkomendasikan pemerintah.
"Penyuluh harus ekstra, mengawal dengan baik agar produksi petani bisa terus meningkat sebagai upaya menuju kesejahteraan," katanya mengharapkan.
Selain itu, perlunya kerja sama antar instansi terkait lebih erat dan seiring sejalan sehingga mampu mewujudkan dan mensukseskan kegiatan Perluasan Areal Tanam (PAT) kedelai seluas 26.000 hektare itu.
Maman juga mengatakan, Aceh menjadi andalan nasional untuk menghasilkan kedelai berkualitas. Motivasi petani kedelai disini bagus sekali, ini harus dijaga dan dikembangkan, sehingga nantinya bisa menjadi kualitas terbaik nasional.
Data menyebutkan saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 ton/hektare dengan kisaran 0,6-2,0 ton/hektare ditingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7-3,2 ton/hektare.
Sementara kebutuhan kedelai di Indonesia sebanyak dua juta ton, sedangkan produksi di dalam negeri hanya berkisar 800-900 ribu ton, sehingga kekurangannya masih impor.
Pada Tahun 1992, Indonesia pernah swasembada kedelai dengan luas panen sekitar 1,7 juta hektare dengan produksi hingga di atas 1,7 juta ton.
Untuk mencapai swasembada kedelai tahun 2014, produksi kedelai harus ditingkatkan rata-rata 20,05 persen setiap tahun dari produksi tahun 2009 yang baru mencapai satu juta ton, menjadi 2,7 juta ton pada 2014.
Fokus kedelai
Sementara itu, gubernur Aceh Zaini Abdullah saat panen kedelai di Ranto Peureulak Kabupaten Aceh Timur, meminta Pemkab setempat agar memfokuskan pengembangan sektor tanaman kacang kedelai didaerah tersebut.
Sebab, selain kondisi tanah yang subur, Aceh Timur juga masih memiliki tanah yang luas dan terbesar dengan perluasan areal tanam 2014 seluas 24.210 hektare.
Kacang kedelai pernah menjadi primadona di Aceh Timur bahkan kualitasnya diakui terbagus di Indonesia.
"Kami berharap, dalam kurun waktu lima tahun ke depan, kedelai Aceh Timur bangkit kembali dan menjadi primadona seperti dulu, dan harus menjadi lumbung kedelai nasional," kata gubernur menambahkan.
Saat ini, kata Zaini Abdullah, Pemerintah sedang berupaya meningkatkan produksi kedelai guna memenuhi permintaan pengrajin lokal untuk memproduksi tahu dan tempe yang selama ini mengandalkan pasokan kedelai impor.
"Harus diingat bahwa penerapan teknologi spesifik lokasi juga harus optimal, apalagi dengan penetapan pemberlakuan harga pokok penjualan (HPP) di tingkat petani sebesar Rp7 ribu/kilogram," kata dia menjelaskan.
Sementara itu, Bupati Aceh Timur Hasballah M Thaib mengatakan, panen kedelai dan perluasan areal tanam (PAT) seluas 26.000 hektare merupakan awal yang baik dan diharapkan menjadi motivasi bagi petani lainnya di Aceh. Untuk mendukung program itu,
Pemkab Aceh Timur telah mengalokasikan bantuan untuk pemberdayaan penangkar seluas 1000 hektare yang tersebar di area potensi kedelai di tiga kecamatan, yaitu Peunaron, Serbajadi dan Pante Bidari.
Tahun 2014 ini, di Kecamatan Ranto Peureulak telah dialokasikan seluas 2.255 hektare kedelai dan realisasi tanamnya saat ini mencapai 750 hektare.
Hamparan yang dipanen ini adalah bagian keseluruhan lahan yang mencakup luas yakni mencapai sekitar 40 ribu hektare. "Terwujudnya panen hari ini tidak lepas dari peran petani yang penuh semangat dalam bekerja keras," kata bupati Hasballah M Thaib.
Ia juga menyebutkan, kawasan zona penyangga tanaman pangan yakni padi gogo, kedelai dan jagung di Aceh Timur tersebar di tiga kecamatan yaitu Indra Makmur, Sungai Raya dan Rantau Selamat.
Dijelaskannya, penanaman musim kemarau pertama pada April hingga Juni 2014 telah direalisasi penanaman seluas 6.149 hektare dengan kebutuhan benih 307 ton.
Hasil panen musim kemarau pertama ini diperkirakan memperoleh produksi benih sebesar 6.000 ton yang tersebar di berbagai kecamatan, yang nantinya juga akan menjadi sumber benih untuk penanaman pada September 2014.
Untuk mewujudkan Aceh menjadi "lumbung" kedelai nasional maka diperlukan peran semua pihak, terutama pemerintah daerah melalui program pembangunan yang benar-benar pro-petani.
Selain itu juga perlunya ditumbuhkembangkan kesadaran agar petani benar-benar mempersiapkan diri untuk menerima teknologi guna mendukung meningkatkan produktivitas pertaniannya.
Melalui peran semua pihak dengan dukungan areal luas dan lahan subur maka diyakini Aceh ke depan tidak hanya sebagai daerah "lumbung" kedelai tapi juga terwujudnya masyarakat sejahtera melalui kacang kedelai.
Penulis: Azhari
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014