Banda Aceh, 12/8 (Antaraaceh) - Meski produksi pangan di Aceh masih surplus, kemarau panjang yang melanda delapan kabupaten/kota dikhawatirkan akan menurunnya produksi padi hingga dua persen, setara dengan 54.000 ton atau sekitar Rp20 miliar.
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh Razali Adami dan Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Aceh Hasanuddin Darjo pada konferensi pers di media center Biro Humas Pemerintah Aceh di Banda Aceh, Selasa mengatakan, akibat kemarau tersebut mengakibatkan 62.737 hektare lahan pertanian gersang.
Menurut Razali, ke delapan daerah yang mengalami kekeringan beberapa komoditas pangan, khususnya padi adalah Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Timur, Bireuen, dan Kota Langsa.
Kekeringan yang terjadi di Aceh ini, lanjut Adami terjadi karena tingginya pengurangan debit air di beberapa tempat. "Dalam sepuluh tahun terakhir pengurangan debit air sangat tinggi, di Krueng Meureudu mencapai 30 persen, tertinggi di Krueng Tiro sampai 40 persen," ungkapnya.
Untuk mengatasi meluasnya kekeringan tanaman pangan, Razali menjelaskan, pihaknya telah mendistribusikan bantuan 15 mesin pompa air ke delapan daerah tersebut. “Mesin ini sifatnya mobile, jadi bisa dibawa ke tengah-tengah lahan, tapi masalahnya ada lahan yang memang tidak ada lagi sumber air dalam salurannya, jadi kurang efektif,” jelas Adami.
Bila kekeringan ini tidak diatasi, jumlah tanaman pangan yang gagal panen lebih besar, kerugian dari kehilangan akibat gagal panen bisa mencapai Rp100 miliar.
“Jadi kita harus selamatkan ini, untuk jangka panjang memang kita butuh waduk penampungan air, sehingga air hujan yang turun bisa di tamping, untuk kemudian disalurkan ke lahan-lahan pertanian ketika kemarau,” lanjutnya.
Pemerintah Aceh akan membangun lima waduk di lima daerah, tapi sampai sekarang masih terkendala dengan persoalan pembebasan lahan. “Jadi kalau waduk ini sudah terbangun, persoalan kekeringan ini bisa diatasi,” pungkasnya.
Hal yang sama juga disampaikan Hasanuddin Darjo, katanya, kekeringan yang melanda sebagain wilayah di Aceh juga disebabkan oleh kebakaran hutan. Untuk itu Darjo mengharapkan adanya kesadaran masyarakat agar tidak sembarangan membakar lahan.
“Ada 3.000 penyuluh di seluruh Aceh, kita terus berupaya mensosilaisasikan hal-hal terkait ketahanan pangan kepada masyarakat,” katanya.
Sementara kepada masyarakat yang tanamannya mengalami kekeringan, Adami dan Darjo mengatakan, pihaknya telah mengusulkan kepada Pemerintah Aceh untuk membantu biaya pengolahan lahan dan pengadaan benih.
“Ini penting untuk menumbuhkan motivasi bagi petani untuk kembali bertani, jangan mereka putus asa karena gagal panen kali ini. Kami sudah laporkan persoalan ini kepada Bapak Gubernur,” tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014
Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh Razali Adami dan Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Aceh Hasanuddin Darjo pada konferensi pers di media center Biro Humas Pemerintah Aceh di Banda Aceh, Selasa mengatakan, akibat kemarau tersebut mengakibatkan 62.737 hektare lahan pertanian gersang.
Menurut Razali, ke delapan daerah yang mengalami kekeringan beberapa komoditas pangan, khususnya padi adalah Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Timur, Bireuen, dan Kota Langsa.
Kekeringan yang terjadi di Aceh ini, lanjut Adami terjadi karena tingginya pengurangan debit air di beberapa tempat. "Dalam sepuluh tahun terakhir pengurangan debit air sangat tinggi, di Krueng Meureudu mencapai 30 persen, tertinggi di Krueng Tiro sampai 40 persen," ungkapnya.
Untuk mengatasi meluasnya kekeringan tanaman pangan, Razali menjelaskan, pihaknya telah mendistribusikan bantuan 15 mesin pompa air ke delapan daerah tersebut. “Mesin ini sifatnya mobile, jadi bisa dibawa ke tengah-tengah lahan, tapi masalahnya ada lahan yang memang tidak ada lagi sumber air dalam salurannya, jadi kurang efektif,” jelas Adami.
Bila kekeringan ini tidak diatasi, jumlah tanaman pangan yang gagal panen lebih besar, kerugian dari kehilangan akibat gagal panen bisa mencapai Rp100 miliar.
“Jadi kita harus selamatkan ini, untuk jangka panjang memang kita butuh waduk penampungan air, sehingga air hujan yang turun bisa di tamping, untuk kemudian disalurkan ke lahan-lahan pertanian ketika kemarau,” lanjutnya.
Pemerintah Aceh akan membangun lima waduk di lima daerah, tapi sampai sekarang masih terkendala dengan persoalan pembebasan lahan. “Jadi kalau waduk ini sudah terbangun, persoalan kekeringan ini bisa diatasi,” pungkasnya.
Hal yang sama juga disampaikan Hasanuddin Darjo, katanya, kekeringan yang melanda sebagain wilayah di Aceh juga disebabkan oleh kebakaran hutan. Untuk itu Darjo mengharapkan adanya kesadaran masyarakat agar tidak sembarangan membakar lahan.
“Ada 3.000 penyuluh di seluruh Aceh, kita terus berupaya mensosilaisasikan hal-hal terkait ketahanan pangan kepada masyarakat,” katanya.
Sementara kepada masyarakat yang tanamannya mengalami kekeringan, Adami dan Darjo mengatakan, pihaknya telah mengusulkan kepada Pemerintah Aceh untuk membantu biaya pengolahan lahan dan pengadaan benih.
“Ini penting untuk menumbuhkan motivasi bagi petani untuk kembali bertani, jangan mereka putus asa karena gagal panen kali ini. Kami sudah laporkan persoalan ini kepada Bapak Gubernur,” tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014