Hampir separuh dari 228 kasus kematian pasien positif COVID-19 di Sumatera Selatan hingga 23 Agustus 2020 merupakan orang-orang dengan rentang usia 55 - 69 tahun yang mayoritas memiliki komorbid atau penyakit bawaan.

Berdasarkan data harian Satgas Penanganan COVID-19 Sumsel, Senin, total 228 kasus positif yang meninggal tersebut mencatatkan rasio 5,53 persen dari 4.125 total kasus konfirmasi positif, terbilang lebih tinggi dari rerata naisonal yang mencatatkan rasio 4,3 persen.

"Tapi Sumsel bukan yang paling tinggi dalam angka kematian di Indonesia, Sumsel ada di urutan ke sembilan perhari ini," kata Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sumsel, Yusri.

Menurut data satgas, kasus meninggal dan jumlahnya diurutkan berdasarkan rentang usia mulai dari kurang dari satu tahun (0 meninggal), usia 1 - 4 tahun (dua orang meninggal), 5 - 14 tahun (dua meninggal), 15 - 19 tahun (dua meninggal), 20 - 44 tahun (26 meninggal).

Kemudian usia 45 - 45 tahun (56 meninggal), 55 - 69 tahun (106 meninggal), lebih dari 70 tahun (26 meninggal) dan dalam proses verifikasi delapan orang.

Sedangkan menurut daftar komorbid, hipertensi menempati urutan pertama penyakit bawaan pada kasus positif yang meninggal yakni 55 kasus, lalu diabetes militus (39 kasus), tuborkolosis (14 kasus), jantung (13 kasus), asma (11 kasus), stroke (sembilan kasus), ginjal (enam kasus), gastritis (empat kasus), dan sisanya PPOK, tyfoid, hipertiroid, DBD serta HIV.

"Kasus meninggal banyak yang terlambat mendapat penanganan dan saat dirawat kondisi klinisnya sudah berat, sebab awalnya karena tidak menyadari terserang COVID-19," tambahnya.

Sementara pakar biomolekular dari Fakultas Kedokteran Unsri, Prof Yuwono, menambahkan bahwa orang dewasa dan manula harus menjadi fokus penanganan COVID-19 karena lebih rentan dibanding usia bayi serta anak-anak.

"Bayi 90 persen mendapat proteksi imunitas dari ASI, selain itu reseptor tempat COVID-19 menempel (ACE2) belum aktif sehingga probabilitas untuk positif kecil, kalaupun meninggal lebih besar disebabkan faktor infeksi bakteri," jelasnya.

Sebaliknya menurut dia pada orang dewasa dan lansia ACE2 yang befungsi mengatur tekanan darah sudah aktif, sehingga mudah bagi COVID-19 berkembang di dalam tubuh serta memperparah kodisi klinis jika terdapat penyakit bawaan.

Ia juga meminta orang dewasa dan lansia yang masuk dalam kategori suspek seperti baru pulang dari luar negeri, kontak erat dengan kasus positif dan terkena ISPA agar segera memeriksakan diri dengan uji swab sebagai deteksi dini COVID-19.

Terpisah, anggota tim ahli Penanganan COVID-19 Sumsel bidang epidemiologi, Dr. Iche Andriani Liberty, mengingatkan masyarakat yang mengalami gejala COVID-19 agar tidak termakan dengan stigma negatif COVID-19 karena hanya akan memperburuk kondisi klinis.

"Kebanyakan masyarakat baru ketahuan positif begitu kondisinya sudah parah karena takut memeriksakan diri di awal-awal," kata dia.

Pewarta: Aziz Munajar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020