Banda Aceh, 27/9 (Antaraaceh) - Budayawan asal Kabupaten Gayo Lues Buniyamin mengharapkan Pemerintah Provinsi Aceh agar lebih gencar lagi mempromosikan Tari Saman, sehingga tarian tradisional yang telah mendapat sertifikat dari Unesco lebih dikenal di dunia internasional.
"Kami berharap Pemerintah Aceh lebih serius lagi untuk membina dan mempromosikan Tari Saman yang bersal dari Gayo Lues ini, sehingga bisa lebih dikenal ke seluruh manca negara," katanya saat dihubungi dari Banda Aceh, Sabtu.
Dikatakan, sebagai masyarakat "Gayo", dirinya sangat bangga, karena Tari Saman sudah ditetapkan sebagai warisan dunia tak benda, sehingga perlu perhatian dari Pemerintah Aceh, sehingga bisa mendunia.
"Dengan adanya penghargaan dari badan dunia itu membuka mata bagi Pemerintah Aceh untuk lebih serius lagi membina dan mempromosikan Tari Saman, tidak hanya di tingkat nasional tapi juga internasional," kata Buniyamin yang telah menulis buku "Pilar-pilar Kebudayaan Gayo Lues".
Ia juga mengharapkan adanya pihak ketiga, seperti yayasan untuk membina Tari Saman ini, karena pengelolaannya tidak bisa dilakukan oleh satuan kerja pemerintah provinsi atau kabupaten.
Dengan adanya Yayasan Saman, maka pembinaan dan pelestarian tarian ini lebih fokus dan terarah, sehingga siap "dijual" ke mana saja, kata inisiator terbentuknya Komunitas Gayo Serumpun ini.
Ia menyebutkan, Tari Saman memiliki keunikan tersendiri, karena tarian ini hanya bisa dilakukan oleh orang Gayo, sedangkan selain itu tidak bisa, kalaupun bisa tapi ada perbedaan.
"Jadi, pada Tari Saman ini ada gerakan-gerakan khusus yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain selain dari suku Gayo. Inilah yang menjadi keunikan dari tarian ini," ujarnya.
Oleh karenanya, hampir semua orang Gayo bisa menampilkan tarian ini, meskipun tidak perlu latihan, karena memang sudah mendarah daging bagi mereka, ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Aceh Zaini Abdullah menerima penghargaan sertifikat Tari Saman dari Unesco di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Kamis (24/9). Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh Murthalamuddin mengatakan, penyerahan penghargaan Unesco kepada Gubernur Aceh merupakan bagian dari serangkaian acara pameran warisan budaya dunia.
Kegiatan ini digelar Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 25 hingga 29 September 2014 di Jakarta.
Tari Saman sejatinya berasal dari Gayo Lues, yang telah ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan dunia tak benda pada 24 November 2011 di Bali. Penetapan ini dilakukan melalui sidang keenam Komite Antar-Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda. Unesco melalui sidang tersebut mengamanahkan perlindungan terhadap Tari Saman. Sidang ini dihadiri lebih dari 500 anggota delegasi dari 69 negara.
Merujuk catatan sejarah, Tari Saman sudah berkembang di Gayo Lues, Aceh, sejak abad ke-13. Tari dengan akurasi gerakan dalam tempo tinggi ini dikembangkan oleh Syeh Saman, seorang ulama yang menyebarkan Islam ke dataran tinggi Gayo tersebut.
Buniyamin menyatakan, melalui tarian itu Syeh Saman menyampaikan syiar Islam. Awalnya tarian ini merupakan permainan rakyat yang bernama Pok Ane. Syeh Saman kemudian menambah syair-syair religi yang berisi pujian kepada Allah SWT. Syair-syair itu diiringi dengan kombinasi tepukan tangan para penari.
Seiring perkembangannya, gerakan Tari Saman kemudian bertambah dengan kecepatan dan ketepatan gerakan tangan, katanya.

Pewarta:

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014