Ekspor ikan tuna olahan dari Aceh ke Jepang dan Cina terjadi penurunan sejak pandemi COVID-19, tetapi terjadi peningkatan ke pulau Jawa. 

"Sejak Maret 2020 permintaan untuk olahan tuna menurun, apalagi permintaan di Cina dan Jepang juga menurun karena itu untuk konsumsi restoran," kata Direktur PT Yakin Pasifik Tuna, Almer Havis, di Banda Aceh, Selasa. 

Namun, kata Almer, permintaan ikan itu malah terjadi peningkatan untuk domestik khususnya di pulau Jawa seperti Jakarta dan Surabaya. 

"Mungkin selama lockdown permintaan market di Jawa ini meningkat untuk konsumsi rumah tangga, bahkan harga beli di Jawa dan Jepang juga relatif sama," ujarnya. 

Almer menyampaikan, penurunan ekspor ini paling besar terjadi sejak Agustus 2020, tetapi dalam waktu yang sama mengalami peningkatan untuk pengiriman domestik. 

Bahkan, pihaknya baru memenuhi sekitar 15 persen dari target delapan sampai sepuluh kontainer jenis ikan beku, dan dua hingga tiga ton untuk tuna olahan. 

"Permintaan ikan tuna ke Jawa itu mencapai tiga kontainer per minggu. Tapi kita baru bisa penuhi satu kontainer," kata Almer. 

Meskipun di tengah pandemi, lanjut Almer, pihaknya tidak mengurangi aktivitas pengolahan selama tersedianya ikan dari para nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo Banda Aceh. 

"Kita bekerja berdasarkan dari produksi nelayan, sehingga kami terapkan protokol kesehatan COVID-19 dalam beraktivitas," katanya. 

Almer menjelaskan, proses pengolahan ikan tuna di perusahaan miliknya itu terlebih dahulu dilihat dari kualitas dan ukurannya, serta juga tergantung permintaan pasar. 

"Alur proses pengolahan berbeda-beda tergantung dengan jenis ikan dan spesifikasi dari pasarnya. Tapi pastinya disortir dulu, masuk tahap pencucian, penimbangan, penyusunan, pembekuan hingga persiapan ekspor," ujar Almer. 
 

Pewarta: Rahmat Fajri

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020