Lembaga Panglima Laot (laut) Aceh menerima banyak keluhan dari para nelayan tentang kedangkalan muara (tempat keluar masuk boat nelayan), akibatnya mereka baru bisa melaut ketika air pasang laut naik. 

"Jadi semua muara di Aceh sudah dangkal semua, dan masalah kedangkalan muara ini sebenarnya sudah cukup lama," kata Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftach Cut Adek, di Banda Aceh, Jumat. 

Miftach menyampaikan, berdasarkan laporan yang diterima dari para nelayan hampir 80 persen muara di Aceh dangkal, karena itu dibutuhkan sebuah kebijakan dari pemerintah sebagai solusi terhadap permasalahan ini. 

"Masalah muara ini urgen sekali, ini perlu satu kebijakan dari pemerintah untuk menghidupkan kembali muara dengan normal," ujarnya. 

Miftach mengatakan, selama ini nelayan baru bisa berangkat mencari ikan ketika air pasang naik, karena jika airnya rendah maka boat mereka tidak bisa bergerak. 

"Bahkan ada yang tidak bisa bergerak sama sekali seperti di kawasan Kuala Gigieng Kabupaten Pidie," kata Miftach. 

Miftach menuturkan, kondisi dangkalnya muara persinggahan boat sudah lama dirasakan para nelayan di Aceh. Pemerintah pernah mengambil tindakan pengerukan muara, namun belum optimal.

"Setelah dibuat, baru sebulan sudah dangkal lagi, bisa jadi karena kesalahan teknisnya," ujarnya. 

Selain itu, dalam momen hari nelayan ini, Miftach juga berharap adanya bantuan peralatan bagi nelayan di Aceh seperti alat tangkap untuk nelayan tradisional di bawah 10 GT, serta subsidi BBM. 

"Kita berharap pemerintah membantu nelayan dengan memberikan bantuan berupa alat tangkap dan jenis lainnya," demikian Miftach.


 

Pewarta: Rahmat Fajri

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021