Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengemukakan rumah sakit pelayanan pasien COVID-19 membutuhkan tambahan alat oksigen serta Instalasi Gawat Darurat untuk menghadapi lonjakan kasus.
"Instalasi Gawat Darurat (IGD) perlu ditambah, sebab kan pasien pertama datang pasti di IGD," katanya dalam acara konferensi pers pernyataan sikap PDPI untuk mencegah peningkatan kasus COVID-19 yang disiarkan secara virtual, Rabu.
Dikatakan Erlina penambahan fasilitas IGD diharapkan bisa mengantisipasi penumpukan pasien di rumah sakit.
Belajar dari pengalaman gelombang pertama COVID-19 pada kurun Maret hingga Desember 2020, kata Erlina, pengelola rumah sakit menyiasati keterbatasan ruang pelayanan IGD dengan cara menggunakan ruangan lain untuk pasien di luar COVID-19.
"Waktu kasusnya banyak seperti dulu, rumah sakit menambah kapasitas dengan cara menggunakan ruang-ruang pelayanan non-COVID-19. Sepertinya pola ini akan diulang lagi seperti itu jika kebutuhan IGD belum terpenuhi," katanya.
Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur itu mengatakan antrean pasien di IGD ibarat malapetaka untuk tenaga medis.
"Buat kami, para petugas bekerja di ruangan terbatas itu malapetaka. Kami kerja tidak nyaman. Kerja di bawah tekanan karena situasi pasien yang terus menerus berdatangan, malah bikin stres dan capek," katanya.
Peralatan kesehatan lainnya yang juga penting untuk ditambah adalah perangkat oksigen.
"Sebab pasien datang biasanya dalam kondisi sesak napas. Titik-titik oksigen juga harus ditambah, khususnya pada IGD tradisional. Pemerintah perlu diingatkan ini melalui Dirjen Pelayanan Kesehatan untuk memantau kesiapan oksigen dan titik-titik oksigen di rumah sakit sakit," katanya.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi mengatakan dokter spesialis paru di Indonesia secara umum telah siap menangani kasus dari varian baru SARS-CoV-2 seperti B117, B1617, dan P1.
"Namun pemerintah juga harus siap dan mampu mendeteksi dan diinformasikan kepada tenaga medis. Namun dari tata laksana COVID-19 di rumah sakit belum ada perubahan signifikan dari varian lama dan baru yang penting kesiapan SDM, finansial serta kesiapan obat," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Instalasi Gawat Darurat (IGD) perlu ditambah, sebab kan pasien pertama datang pasti di IGD," katanya dalam acara konferensi pers pernyataan sikap PDPI untuk mencegah peningkatan kasus COVID-19 yang disiarkan secara virtual, Rabu.
Dikatakan Erlina penambahan fasilitas IGD diharapkan bisa mengantisipasi penumpukan pasien di rumah sakit.
Belajar dari pengalaman gelombang pertama COVID-19 pada kurun Maret hingga Desember 2020, kata Erlina, pengelola rumah sakit menyiasati keterbatasan ruang pelayanan IGD dengan cara menggunakan ruangan lain untuk pasien di luar COVID-19.
"Waktu kasusnya banyak seperti dulu, rumah sakit menambah kapasitas dengan cara menggunakan ruang-ruang pelayanan non-COVID-19. Sepertinya pola ini akan diulang lagi seperti itu jika kebutuhan IGD belum terpenuhi," katanya.
Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur itu mengatakan antrean pasien di IGD ibarat malapetaka untuk tenaga medis.
"Buat kami, para petugas bekerja di ruangan terbatas itu malapetaka. Kami kerja tidak nyaman. Kerja di bawah tekanan karena situasi pasien yang terus menerus berdatangan, malah bikin stres dan capek," katanya.
Peralatan kesehatan lainnya yang juga penting untuk ditambah adalah perangkat oksigen.
"Sebab pasien datang biasanya dalam kondisi sesak napas. Titik-titik oksigen juga harus ditambah, khususnya pada IGD tradisional. Pemerintah perlu diingatkan ini melalui Dirjen Pelayanan Kesehatan untuk memantau kesiapan oksigen dan titik-titik oksigen di rumah sakit sakit," katanya.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi mengatakan dokter spesialis paru di Indonesia secara umum telah siap menangani kasus dari varian baru SARS-CoV-2 seperti B117, B1617, dan P1.
"Namun pemerintah juga harus siap dan mampu mendeteksi dan diinformasikan kepada tenaga medis. Namun dari tata laksana COVID-19 di rumah sakit belum ada perubahan signifikan dari varian lama dan baru yang penting kesiapan SDM, finansial serta kesiapan obat," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021