Organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia mengirim bantuan tim bedah berikut obat-obatan menuju jalur Gaza, Palestina, untuk membantu para korban agresi Israel.
"Kita kirimkan tim bedah ke jalur Gaza sekitar lima hingga enam orang. Kita juga bawa obat-obatan dan instrumen bedah, sebab di sana lagi berkurang obat, instrumen kurang, dokter kelelahan. Kita bisa bantu walau itu sedikit," kata Ketua Presidium MER-C Indonesia, dr Sarbini Abdul Murad di Gedung MER-C, Jalan Kramat Lontar, Senen, Jakarta Pusat, Selasa.
Ia mengatakan tim bedah yang diutus merupakan spesialis di bidang benah ortopedi, bedah anestesi, bedah umum, bedah plastik dan perawat bedah.
Mereka berasal dari seluruh kantor cabang MER-C di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya dari Surabaya.
"Kalau untuk waktu keberangkatannya kita upayakan secepatnya. Sebab kondisi sekarang sulit diprediksi karena harus mengurus registrasi di sana dan di sini," kata dokter Indonesia pertama yang berhasil masuk ke garis terdepan Gaza saat konflik Palestina-Israel pada 2008-2009 itu.
Ia menjelaskan tenaga bedah tersebut rencananya akan berada di Gaza selama dua hingga empat pekan. "Kita lihat kondisinya, kalau memungkinkan kita ada pergantian. Tapi kondisi di sana agak susah untuk keluar masuk," katanya.
Dikemukannya sejumlah fasilitas bantuan Indonesia juga dilaporkan mengalami kerusakan sebagai imbas perang. Salah satunya adalah Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Jalur Gaza.
"Ada kerusakan akibat getaran bom. Di sana juga ada Wisma Indonesia yang satu kompleks dengan rumah sakit. Tapi yang krusial saat ini adalah kebutuhan obat-obatan, seperti alkohol, betadine dan lainnya. Kita bawa dari Indonesia sebagian," demikian Sarbini Abdul Murad.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Kita kirimkan tim bedah ke jalur Gaza sekitar lima hingga enam orang. Kita juga bawa obat-obatan dan instrumen bedah, sebab di sana lagi berkurang obat, instrumen kurang, dokter kelelahan. Kita bisa bantu walau itu sedikit," kata Ketua Presidium MER-C Indonesia, dr Sarbini Abdul Murad di Gedung MER-C, Jalan Kramat Lontar, Senen, Jakarta Pusat, Selasa.
Ia mengatakan tim bedah yang diutus merupakan spesialis di bidang benah ortopedi, bedah anestesi, bedah umum, bedah plastik dan perawat bedah.
Mereka berasal dari seluruh kantor cabang MER-C di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya dari Surabaya.
"Kalau untuk waktu keberangkatannya kita upayakan secepatnya. Sebab kondisi sekarang sulit diprediksi karena harus mengurus registrasi di sana dan di sini," kata dokter Indonesia pertama yang berhasil masuk ke garis terdepan Gaza saat konflik Palestina-Israel pada 2008-2009 itu.
Ia menjelaskan tenaga bedah tersebut rencananya akan berada di Gaza selama dua hingga empat pekan. "Kita lihat kondisinya, kalau memungkinkan kita ada pergantian. Tapi kondisi di sana agak susah untuk keluar masuk," katanya.
Dikemukannya sejumlah fasilitas bantuan Indonesia juga dilaporkan mengalami kerusakan sebagai imbas perang. Salah satunya adalah Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Jalur Gaza.
"Ada kerusakan akibat getaran bom. Di sana juga ada Wisma Indonesia yang satu kompleks dengan rumah sakit. Tapi yang krusial saat ini adalah kebutuhan obat-obatan, seperti alkohol, betadine dan lainnya. Kita bawa dari Indonesia sebagian," demikian Sarbini Abdul Murad.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021