Fenomena gerhana bulan total tidak terlihat di langit wilayah Aceh karena faktor cuaca mendung sehingga tertutup awan, demikian pemantauan yang dilakukan tim Falakiyah Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Aceh.

"Hari ini kita melakukan pemantauan gerhana bulan, cuma karena situasi mendung sehingga tidak terlihat. Kalau di daerah lain fenomena ini terlihat dengan jelas," kata Kepala Kanwil Kemenag Aceh Iqbal di Banda Aceh, Rabu.

Pakar Falakiyah Kanwil Kemenag Aceh Alfirdaus Putra menjelaskan sebenarnya gerhana bulan kali ini terjadi secara total, namun untuk Aceh hanya terlihat parsial karena pada posisi matahari terbenam, serta bulan mulai terbit, maka posisi gerhana bulan total tersebut sudah selesai tepat di daerah Provinsi Riau.

"Tetapi kita hanya terlihat gerhana bulan parsial. Tetapi dengan catatan kalau  kondisi cuaca tidak mendung," kata Alfirdaus.

Hingga pemantauan gerhana selesai, fenomena gerhana bulan tersebut sama sekali tidak terlihat di langit daerah berjulukan Serambi Mekkah itu, karena faktor cuaca mendung sekaligus hujan deras usai shalat Magrib.
Warga melakukan shalat gerhana atau shalat sunnah khusuf di Kanwil Kemenag Aceh, Banda Aceh, Rabu (26/5/2021). (ANTARA/Khalis)


Alfirdaus menjelaskan jika dalam kondisi normal, cuaca tidak mendung, maka gerhana bulan parsial di langit Aceh cukup tinggi yakni mencapai pada posisi 84 persen bulan ditutupi oleh cahaya matahari sehingga terlihat bayangan kemerah-merahan.

"Maka bulan yang seharusnya malam ini purnama, itu hanya terlihat sabit, dimulai pada pukul 18.50 WIB dengan catatan suasana tidak mendung. Dan kita bisa melihatnya sampai dengan durasi 1 jam 2 menit," katanya.

Kanwil Kemenag Aceh, kata dia, turut menyediakan lima teleskop astronomi untuk melakukan pemantauan gerhana bulan di wilayah Tanah Rencong itu. Pemantauan dilakukan secara internal, tidak terbuka untuk umum karena di tengah wabah pandemi COVID-19.

Usai melakukan pengamatan, warga dan pegawai Kemenag Aceh juga melakukan shalat gerhana bulan atau shalat sunnah khusuf, tepat setelah selesai melakukan shalat magrib berjamaah.

Selain itu, Iqbal mengatakan gerhana bulan tidak ada kaitannya dengan bencana alam maupun kejadian mistis. Fenomena itu merupakan bukti kekuasaan Allah SWT.

"Gerhana merupakan bukti kekuasaan Allah SWT, sehingga saat terjadi fenomena tersebut, umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan ibadah shalat khusuf," ujarnya.

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021