Harga kopi Arabika asal Gayo (Aceh Tengah dan bener Meriah) diprediksi akan naik pada musim panen mendatang akibat dampak dari cuaca ekstrim yang melanda Brasil saat ini sebagai negara produsen kopi terbesar di dunia.
Ketua Asosiasi Produser Fairtrade Indonesia (APFI) Armiyadi di Takengon, Senin mengatakan Brasil saat ini mengalami cuaca ekstrim hujan salju yang berdampak buruk pada perkebunan kopi di negara tersebut.
Baca juga: UMKM Aceh Tengah didorong pasarkan produk melalui online
"Jadi di Brasil sekarang kopi mereka terdampak cuaca ektrim, sudah bukan salju lagi tapi es, daun kopi mereka gosong akibat membeku," kata Armiyadi.
"Jadi diprediksi harga kopi global akan naik, karena dampaknya cuaca ekstrim di Brasil ini untuk kopi mereka paling cepat 3 bulan, paling lambat 6 bulan, dan bisa sampai 2 tahun harga kopi kemungkinan akan naik, kalau tidak dipengaruhi oleh COVID-19," tuturnya.
Baca juga: Bupati Shabela resmikan pusat jajanan kuliner Gayo
Armiyadi mengatakan saat ini harga kopi Gayo sudah kembali menyentuh harga standar di kisaran Rp55.000 per kilogram untuk katagori biji hijau asalan.
Harga tersebut kata dia sudah meningkat naik dari harga terendah sebelumnya akibat dampak pandemi COVID-19 hingga pernah anjlok di harga Rp35.000 per kilogram.
"Harga paling jatuh kemarin kan Rp35.000 untuk asalan dan DP (Dry Process) Rp42.000. Sekarang sudah standar Rp55.000 untuk hijau asalan dan Rp60.000 untuk DP," sebutnya.
Baca juga: Mahasiswa internasional dijadwalkan kuliah tentang kopi di Gayo
Menurut Armiyadi harga kopi Gayo mulai membaik sejak April 2021. Saat itu kata dia harga jual kopi dari petani untuk katagori kopi gelondong sudah mencapai Rp11.000 per bambu (sekitar 1,5 kg).
Harga tersebut naik dari harga teranjlok akibat dampak dari pandemi COVID-19 yaitu di kisaran Rp6.000 per bambu.
"Sejak April harga kopi sudah naik. Kopi gelondongan dari petani naik Rp11.000 per bambu. Tapi sekarang karena kopi belum panen, harga sedikit turun lagi untuk gelondongan Rp8.000 per bambu. Itu karena kualitas kopi belum bagus, belum layak petik, karena belum masa panen," ujarnya.
Lanjutnya terkait kemungkinan harga kopi Gayo akan naik pada musim panen mendatang, Armiyadi mengimbau agar para petani tetap menjaga budidaya kopi Gayo untuk mendapatkan hasil panen kopi yang meningkat.
Selain itu kata dia agar petani juga memastikan harga kopi sudah naik sebelum menjualnya.
"Pertama jaga budidaya agar hasil kopi meningkat, kedua kalau ada hasil panen tunggu harga naik baru dijual. Jadi kalau bisa simpan dulu kopinya, dalam bentuk kopi hijau kering dengan kadar air 11-12 persen, jangan takut," kata Armiyadi.
"Jadi strategi dalam penyimpanan kopi, kadar airnya harus kering, 11-12 persen itu kadar air mati. Tapi kalau kopi disimpan dengan kadar air masih tinggi, kopi rawan rusak, biji kopi bisa menguning atau lapuk".
"Jadi jangan takut kadar airnya terlalu kering, kita paling hanya rugi di kilogram, tapi kalau kopi basah kita bisa rugi lebih banyak karena kopi rusak," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Ketua Asosiasi Produser Fairtrade Indonesia (APFI) Armiyadi di Takengon, Senin mengatakan Brasil saat ini mengalami cuaca ekstrim hujan salju yang berdampak buruk pada perkebunan kopi di negara tersebut.
Baca juga: UMKM Aceh Tengah didorong pasarkan produk melalui online
"Jadi di Brasil sekarang kopi mereka terdampak cuaca ektrim, sudah bukan salju lagi tapi es, daun kopi mereka gosong akibat membeku," kata Armiyadi.
"Jadi diprediksi harga kopi global akan naik, karena dampaknya cuaca ekstrim di Brasil ini untuk kopi mereka paling cepat 3 bulan, paling lambat 6 bulan, dan bisa sampai 2 tahun harga kopi kemungkinan akan naik, kalau tidak dipengaruhi oleh COVID-19," tuturnya.
Baca juga: Bupati Shabela resmikan pusat jajanan kuliner Gayo
Armiyadi mengatakan saat ini harga kopi Gayo sudah kembali menyentuh harga standar di kisaran Rp55.000 per kilogram untuk katagori biji hijau asalan.
Harga tersebut kata dia sudah meningkat naik dari harga terendah sebelumnya akibat dampak pandemi COVID-19 hingga pernah anjlok di harga Rp35.000 per kilogram.
"Harga paling jatuh kemarin kan Rp35.000 untuk asalan dan DP (Dry Process) Rp42.000. Sekarang sudah standar Rp55.000 untuk hijau asalan dan Rp60.000 untuk DP," sebutnya.
Baca juga: Mahasiswa internasional dijadwalkan kuliah tentang kopi di Gayo
Menurut Armiyadi harga kopi Gayo mulai membaik sejak April 2021. Saat itu kata dia harga jual kopi dari petani untuk katagori kopi gelondong sudah mencapai Rp11.000 per bambu (sekitar 1,5 kg).
Harga tersebut naik dari harga teranjlok akibat dampak dari pandemi COVID-19 yaitu di kisaran Rp6.000 per bambu.
"Sejak April harga kopi sudah naik. Kopi gelondongan dari petani naik Rp11.000 per bambu. Tapi sekarang karena kopi belum panen, harga sedikit turun lagi untuk gelondongan Rp8.000 per bambu. Itu karena kualitas kopi belum bagus, belum layak petik, karena belum masa panen," ujarnya.
Lanjutnya terkait kemungkinan harga kopi Gayo akan naik pada musim panen mendatang, Armiyadi mengimbau agar para petani tetap menjaga budidaya kopi Gayo untuk mendapatkan hasil panen kopi yang meningkat.
Selain itu kata dia agar petani juga memastikan harga kopi sudah naik sebelum menjualnya.
"Pertama jaga budidaya agar hasil kopi meningkat, kedua kalau ada hasil panen tunggu harga naik baru dijual. Jadi kalau bisa simpan dulu kopinya, dalam bentuk kopi hijau kering dengan kadar air 11-12 persen, jangan takut," kata Armiyadi.
"Jadi strategi dalam penyimpanan kopi, kadar airnya harus kering, 11-12 persen itu kadar air mati. Tapi kalau kopi disimpan dengan kadar air masih tinggi, kopi rawan rusak, biji kopi bisa menguning atau lapuk".
"Jadi jangan takut kadar airnya terlalu kering, kita paling hanya rugi di kilogram, tapi kalau kopi basah kita bisa rugi lebih banyak karena kopi rusak," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021