Tapaktuan, 17/2 (ANTARA Aceh) - Lima pintu rumah toko (Ruko) yang berkonstruksi semi permanen di Pasar Baru Desa Pasar, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh, terbakar, Selasa (17/2).

Meskipun tidak ada korban jiwa, namun kerugian materil yang ditimbulkan akibat musibah kebakaran ini diperkirakan mencapai miliaran rupiah, karena bangunan berikut seluruh isi di dalamnya ludes terbakar tidak tersisa.

Lima Ruko yang terbakar ini masing-masing milik Ridwan alias Awen (dua pintu ruko), Alm Hasbi, Elmiadi dan Zuliadi.

Tiga pintu Ruko diantaranya masing-masing milik Awen dan Elmiadi di samping tempat jualan kelontong dan bahan sembako juga sekaligus dijadikan sebagai tempat tinggal, sedangkan sisanya dua pintu lagi, yakni milik Alm Hasbi disamping tempat tinggal juga sekaligus tempat usaha menjahit dan milik Zuliadi disamping tempat usaha warung juga sekaligus sebagai tinggal.

Keterangan yang dihimpun di lokasi, saat kebakaran terjadi tiga pintu Ruko yang selama ini dijadikan sebagai tempat usaha jualan kelontong dan sembako, dalam kondisi kosong ditinggal pemiliknya keturunan China berangkat ke Medan, Sumut, dalam rangka merayakan Imlek.

Seorang saksi mata menuturkan, pertama kali muncul gumpalan asap yang diduga sumber api berasal dari Ruko yang dalam kondisi kosong ditinggal pemiliknya tersebut.

Namun demikian, pihak Polres Aceh Selatan belum dapat memastikan dari mana berasal sumber api dan apa penyebab kebakaran tersebut.

“Terkait apa penyebab kebakaran ini dan dari mana berasal sumber api nya belum dapat kami ungkapkan sebab masih dalam proses penyelidikan,” kata Kapolres Aceh Selatan, AKBP Sigit Jatmiko SIK melalui Kapolsek Kota Tapaktuan, AKP Mustafa.

Pantauan di lapangan, kepanikan luar biasa tidak hanya di rasakan oleh pemilik 5 Ruko yang hangus terbakar, tapi puluhan pemilik Ruko lainnya yang berlokasi di sepanjang deretan Ruko itu serta di depan dan di sampingnya juga mengalami hal yang sama.

Di deretan Ruko yang hangus terbakar itu terdapat enam Ruko lainnya yang juga berkonstruksi semi permanen. Namun beruntung, di tengah-tengah deretan Ruko itu berdiri satu unit Ruko permanen milik anggota DPRK Aceh Selatan, H Helmi Karim yang dijadikan sebagai Kantor DPC Partai Demokrat, sehingga menyelamatkan deretan Ruko lainnya dari jilatan kobaran api.

Saat kobaran api sedang besar, terlihat beberapa Ruko semi permanen yang berdiri di depan Ruko yang terbakar itu, telah muncul asap dan nyaris timbul kobaran api.

Melihat kondisi itu, ratusan masyarakat yang memadati lokasi kejadian bahu membahu dengan menggunakan peralatan seadanya melakukan upaya pemadaman dengan cara menyiramkan air ke dinding kayu yang telah mengeluarkan asap.

Jika tidak cepat ditangani, dapat dipastikan puluhan Ruko semi permanen yang berdiri berderetan itu ditambah lagi di sampingnya juga ada hotel Panorama bakal hangus terbakar.

Akibat panasnya kobaran api yang membakar lima pintu Ruko di depannya, kaca jendela Hotel Panorama retak-retak sehingga terpaksa harus dirusak oleh masyarakat untuk menghindari secara tiba-tiba jatuh ke bawah dan menimba orang yang sedang melintas.

Dua unit mobil pemadam kebakaran milik Pemkab Aceh Selatan yang di erjunkan ke lokasi, satu di antaranya yakni mobil baru dalam kondisi rusak karena mesin penyemprot air tidak berfungsi. Sehingga mobil yang dapat difungsikan untuk memadamkan api hanya satu unit yakni mobil tua sehingga upaya pemadaman api melalui mobil pemadam tidak maksimal.

Kondisi itu, sempat membuat ratusan masyarakat yang memadati lokasi kejadian kecewa. Masyarakat mengeluarkan sumpah serapah terhadap armada pemadam kebakaran Aceh Selatan karena dinilai tidak mampu memberikan kontribusi maksimal memadamkan api meskipun lokasi kejadian kebakaran itu terjadi di dalam Kota Tapaktuan.

“Lokasi kejadian kebakaran dalam Kota Tapaktuan saja tidak mampu di tangani maksimal, apalagi jika lokasi kejadian di luar Kota Tapaktuan tentu lebih parah lagi. Kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi tapi tidak mampu di perbaiki oleh Pemkab Aceh Selatan,” kata Mayfendri, salah seorang warga Tapaktuan.

Menurutnya, sangat aneh di kantor Pusat Pemadam Kebakaran di Tapaktuan hanya tersedia dua unit mobil pemadam itupun mobil yang baru justru dalam kondisi rusak tidak berfungsi. Hal itu, kata Mayfendri, membuktikan armada dan personil Pemadam kebakaran Aceh Selatan tidak siap siaga dalam menghadapi setiap kali musibah kebakaran yang secara tiba-tiba terjadi.

Kecamatan senada juga di sampaikan anggota DPRK Aceh Selatan dari Partai Gerindra, Hadi Surya STP. Menurutnya, kondisi rusaknya mesin penyemprot air mobil pemadam yang baru menunjukkan bahwa personil pemadam kebakaran Aceh Selatan tidak siap dalam menghadapi musibah yang sewaktu-waktu terjadi.

“Seharusnya kondisi armada pemadam secara rutin dilakukan pengecekan, apalagi anggaran untuk biaya perawatan mobil tersebut memang ada disediakan dalam APBK. Di samping itu, seharusnya ketersediaan air disiagakan selalu dalam tangki mobil sehingga upaya pemadaman api dapat lebih maksimal,” kata Hadi Surya.

Kejadian di Tapaktuan itu, ujar Hadi, merupakan yang kedua kalinya setelah peristiwa serupa tidak maksimalnya upaya penanganan kebakaran juga telah terjadi di saat musibah kebakaran terjadi di Kecamatan Meukek beberapa waktu lalu.

“Dengan kejadian yang kedua kali ini, kami mengharapkan kepada Pemkab Aceh Selatan harus benar-benar memberikan perhatian serius terkait keberadaan personil dan armada pemadam kebakaran di daerah ini, agar tidak terulang lagi kekecewaan masyarakat,” pinta Hadi Surya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Erwiandi S Sos M Si, mengakui bahwa, dari dua armada pemadam yang ada di kantor pusat Tapaktuan satu unit di antaranya yakni mobil baru dalam kondisi rusak.

Mobil itu, kata dia, sebelumnya berada di Kecamatan Meukek dan memang dalam kondisi rusak, kemudian ditarik ke Tapaktuan.

“Mobil itu sebelumnya berada di Kecamatan Meukek, karena dalam kondisi rusak lalu kita tarik ke Tapaktuan, mobil itu memang dalam kondisi sedang kita perbaiki,” kata Erwiandi.

Dia mengatakan, jumlah mobil pemadam kebakaran seluruhnya ada 6 unit, dua di antaranya di tempat di Tapaktuan dan sisanya di tempat di beberapa Kecamatan.

“Dengan kondisi tofografi Aceh Selatan berbukit dan cukup luas, memang tidak pantas jumlah mobil hanya 6 unit, apalagi mayoritas kondisinya sudah tua,” ujarnya.

Dalam kaitan itu, lanjutnya, pihak BPBD Aceh Selatan pada tahun 2015 ini telah mengajukan proposal bantuan mobil pemadam ke Pemerintahan Urusan Umum (PUM) Kemendagri di Jakarta.

“Kita sudah ajukan permohonan bantuan mobil itu ke Pusat, semoga dalam tahun ini dapat di bantu,” tandasnya.

Pewarta:

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015