Banda Aceh,24/2 (ANTARA Aceh) - "Bila pedang melukai tubuh masih ada harapan sembuh, bila lidah melukai hati kemana obat hendak dicari". Sepengal kata mutiara ini adalah perasaan hati dirasakan saat ini oleh masyarakat korban tsunami di Provinsi Aceh.
     
Setelah 10 tahun lebih melewati masa sulit gempa disusul gelombang tsunami 26 Desember 2004 meluluh lantakan sebagian besar pesisir Aceh, saat ini luka itu kembali diperparah oleh pernyataan Perdana Menteri Australia Tonny Abbot yang mengungkit bantuan pernah diberikan untuk Aceh.
     
Pernyataan PM Australia Tonny Abbot sebenarnya agar Indonesia "membalas" apa yang pernah diberikan untuk korban tsunami Aceh agar pemerintah membatalkan hukuman mati terhadap duo Bali Nine yang menjadi terpidana penyelundupan narkoba.
     
Alangkah sakitnya perasaan dan hati orang Aceh yang mungkin pernah mencicipi bantuan negeri Kangguru tersebut, bila bisa masih mungkin apa yang dimasukan dalam perut dimuntahkan keluar agar puas hati yang mengungkit apa yang sudah diberikan.
     
Edi Candra salah seorang korban tsunami di Kabupaten Aceh Barat yang saat ini kembali bangkit dengan masyarakat membuat berbagai aksi mulai dari melelang batu giok Aceh dan mengalang koin untuk mengembalikan bantuan Asutralia.
     
"Kita masyarakat Aceh merasa cukup dilecehkan dan dihina, sepanjang sejarah kita tidak pernah meminta untuk dibantu, pemerintahpun kami yakin tidak mengemis pada negara luar membantu Aceh saat bencana tsunami 2004," katanya di Meulaboh.
     
Kenapa bantuan yang pernah diberikan harus diungkit lagi?, bila negara mereka tidak iklas dengan apa yang diberikan, maka korban tsunami Aceh dengan berbagai upadaya akan mengumpulkan koin untuk mengembalikan bantuan mereka senilai Rp13 triliun.
     
Hati masyarakat Aceh saat ini sudah teriris dengan pernyataan PM Australia Tonny Abbot, meskipun ada WNA mereka yang berupaya menyejukan hati akan tetapi hal itu tetap saja masih membekas karena kata yang sudah dikeluarkan tidak mungkin ditelan lagi.
     
Rakyat Aceh secara nyata mendukung kebijakan pemerintah dalam eksekusi terpidana mati, tidak mesti warga Australia akan tetapi WNA manapun yang mencoba merusak bangsa Indonesia dengan memberi racun narkoba.
     
Edi Candrra yang juga Koordinator Gerakan Pejuang Rumah Tsunami (GPRS) Aceh Barat ini menyatakan, tidak dapat mengukur kapan aksi dihentikan dampak dari rasa sakit hati dan kecewa masyarakat korban tsunami diwilayah itu.
     
Dirinya juga memintakan pemerintah harus berkomitmen atas penegakan hukum eksekusi terpidana mati dua Bali Nine Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, persoalan mengantikan bantuan mereka akan terus diupayakan, harapan besar pemerintah juga membantu mengembalikan bantuan Australia.
     
"Pemerintah jangan cegeng seperti Australia, kalau sudah bilang A untuk eksekusi segera dilakukan, jangan adalagi karena pertimbangan B, apalagi dalih bantuan kemanusiaan terpidana mati dibebaskan," tegasnya.
     
Kuburan yang sudah digali oleh belasan warga di Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, sengaja untuk mengobati rasa sakit hati masyarakat yang pernah kehilangan keluarga dihantam gelombang tsunami 2004.
     
Korban tsunami meminta dua mayat terpidana mati WNA Australia dikirimkan ke Aceh untuk dikuburkan sebagai bentuk sindiran ungkapan balas jasa masyarakat Aceh atas apa yang sudah diberikan untuk provinsi ujung barat Indonesia itu.

Harus Minta Maaf
     
Mengetahui Wakil Presiden RI Yusuf Kalla juga menyatakan siap mengantikan bantuan negara Kangguru untuk Aceh, sedikit sudah menyejukan hati, bisa saja rakyat Aceh bisa memaafkan, namun belum tentu dapat melupakan.
     
Masyarakat Aceh mendesak Perdana Menteri Australia Tonny Abbott meminta maaf kepada rakyat Indonesia terutama korban tsunami Aceh 2004, karena pernyataannya telah menyinggung perasaan mereka.
     
Korban tsunami di Aceh Barat mengungkapkan rasa penyesalan telah menerima bantuan saat itu, kata Rahmad. Bantuan negara kanguru tersebut sebagian besar adalah pakaian bekas, sarana pendidikan anak sekolah seperti buku dan alat tulis dan tenda.
Tidak ada bantuan berupa sarana infrastruktur ataupun bangunan yang kawasan itu pemberian negara Australia, sehingga masyarakat Aceh sangat merasa menyesal telah menerima bantuan yang tidak berbekas itu.
     
"Kalau ada bangunan bantuan mereka hari ini kami bongkar dan kami pulangkan. Persoalannya, bantuan mereka sudah tidak ada yang terlihat, seperti tangki air, pompa air di tempat pengungsian. Mana ada lagi semua itu sekarang," kata Rahmad Ojer, salah seorang warga yang kehilangan orang tua saa tsunami 2004 disela-sela galang koin.
     
Masyarakat Aceh Barat masih terus melakukan pengalanan koin serta mencari peluang pemasukan uang seperti lelang batu giok Aceh yang saat ini harganya bernilai jutaan rupiah, berharap dari donasi itu dapat terkumpulkan.
     
Komitmen mengembalikan bantuan Australia untuk Aceh didukung penuh oleh Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Aceh 11, Nasir Djamil, bersama rakyat Aceh langsung pada kedutaan besar Australia lewat Koin Garuda Indonesia untuk Australia.
     
Mahasiswa Aceh yang mendapatkan beasiswa belajar ke negeri Kangguru juga sudah menyatakan kepada dirinya, siap untuk mengembalikan bantuan mereka sebagai bentuk kekecewaan.
     
Menurut anggota Komisi III DPR-RI ini, wajar apabila masyarakat Aceh tersinggung dengan pernyataan PM Australia Tonny Abbout, karena apa yang diberikan mereka diungkit kembali setelah 10 tahun lamanya.
     
Gubernur Aceh Zaini Abdullah juga ikut mengomentari pernyataan resmi disampaikan PM Australia ini, menurut dia tidak etis bila mengaitkan bantuan diberikan untuk Aceh untuk membatalkan eksekusi terpidana mati warganya yang menyelundupkan heroin ke Indonesia.
     
Zaini Abdullah juga memintakan PM Australia segera meralat apa yang sudah disampaikan karena hal itu menyakiti hati serta persaan korban tsunami bahkan bangsa Indonesia yang telah menerima bantuan mereka itu.
     
Dirinya juga menyatakan, bantuan kemanusiaan negeri Kangguru untuk Aceh saat itu hanya senilai 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp13 triliun pada saat tanggap darurat dan rehab-rekons Aceh pascatsunami 26 Desember 2004.
     
Jadi, Pemerintah Australia harus minta maaf kepada masyarakat Aceh, bila perlu PM Tonny Abbot datang langsung ke daerah "Sermbi Mekkah", sehingga bisa mengobati luka hati rakyat.

Pewarta:

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015