Korban tewas akibat serangan terhadap warga sipil dan militer di Burkina Faso utara bertambah menjadi 80 orang, demikian pernyataan pemerintah pada Kamis (19/8).

Serangan terjadi pada Rabu (18/8) ketika kelompok ekstremis menyerbu konvoi warga sipil yang dikawal oleh polisi militer di dekat Kota Arbinda, terbaru dalam serentetan serangan di seluruh kawasan Sahel Afrika Barat Agustus ini.

Sebanyak 59 warga sipil, enam milisi pro pemerintah dan 15 polisi militer tewas, kata pemerintah dan militer, Kamis. Sebelumnya pada Rabu jumlah korban tewas hanya 47 orang.

Menurut pasukan keamanan, 80 ekstremis juga ikut tewas.

Kekerasan di Sahel, lahan gersang yang berbatasan dengan ujung selatan Gurun Sahara, kian marak dalam beberapa tahun terakhir meski terdapat ribuan pasukan PBB, regional dan Barat.

Kekerasan yang berpusat di perbatasan Mali, Niger dan Burkina Daso, telah menewaskan ribuan warga sipil dan membuat jutaan orang mengungsi sejak 2018.

Pada Senin kelompok bersenjata menewaskan 37 warga sipil, termasuk 14 anak, dalam serangan di sebuah desa di Niger. Sementara itu, serangan di Mali pada Kamis menyebabkan 15 tentara tewas.

Sahel menjadi kacau akibat pengambilalihan oleh anggota yang terkait al Qaeda pada 2012 di Mali utara.

Setahun kemudian Prancis melakukan intervensi untuk memukul mundur mereka. Namun, kelompok ekstremis bersenjata sudah berkumpul kembali dan memperluas operasinya, sehingga membuat wilayah Sahel yang luas tak terkendalikan.

Sumber: Reuters
 

Pewarta: Asri Mayang Sari

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021