Sekitar 1.000 imigran berbondong-bondong ke stadion olahraga di Meksiko selatan pada Selasa untuk memenuhi janji temu untuk permintaan suaka di negara itu.
Antrean panjang terjadi akibat lonjakan permohonan suaka yang melebihi kapasitas di badan pengungsi nasional Meksiko.
Ribuan imigran lain telah berkumpul di kota Tapachula yang berbatasan dengan Guatemala.
Para imigran itu sering kali menunggu berbulan-bulan sebelum mendapat respons atas permohonan suaka mereka.
Kondisi itu menimbulkan ketidakpastian dan tidak dapat ditoleransi oleh banyak imigran yang tidak memiliki pekerjaan atau uang.
Sejumlah besar imigran Haiti pergi ke Del Rio, Texas, pada September dan membentuk tempat pengungsian darurat bagi 14.000 orang di sebelah utara perbatasan dengan Meksiko.
Para pejabat Meksiko kini mendesak imigran Haiti, yang kembali ke Meksiko dari AS karena takut dideportasi ke negaranya, untuk melengkapi permohonan suaka mereka di kota Tapachula.
Beberapa ratus imigran sudah mengantre sejak pukul 05.00 pagi pada Selasa. Beberapa ratus lainnya bergabung pada siang hari untuk memastikan mereka mendapatkan janji temu yang dipesan lewat sistem hingga akhir tahun.
Komisi Bantuan Pengungsi Meksiko (COMAR) mengatakan para imigran, yang sudah mempunyai janji temu sampai 20 Oktober namun tidak muncul antara Selasa dan Kamis, akan kehilangan kesempatan mereka.
Kebanyakan pencari suaka yang berkerumun di stadion berasal dari Haiti, terbanyak kedua setelah Honduras dalam permohonan suaka di Meksiko pada 2021.
Seorang perwakilan dari badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan kepada para imigran bahwa proses verifikasi janji temu akan memberi ruang bagi orang lain.
Para imigran itu menunggu dalam antrean yang mengular di tempat parkir stadion.
"Tidak ada tempat baru. Begitu ada ruang, mereka akan memberikan informasi yang sesuai," kata perwakilan UNHCR itu.
Namun, beberapa orang telah ditolak permohonannya.
Chenet (38 tahun), seorang imigran Haiti yang enggan menyebut nama belakangnya, mengatakan bahwa dia membayar 6.000 peso (sekitar Rp4,3 juta) kepada seseorang di kota Tapachula untuk mendapatkan janji temu permohonan suaka.
Saat itu dia tidak menyadari bahwa itu adalah penipuan.
"Mereka bilang sekarang ini tidak ada apa-apa, tidak ada janji temu," kata Chenet.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
Antrean panjang terjadi akibat lonjakan permohonan suaka yang melebihi kapasitas di badan pengungsi nasional Meksiko.
Ribuan imigran lain telah berkumpul di kota Tapachula yang berbatasan dengan Guatemala.
Para imigran itu sering kali menunggu berbulan-bulan sebelum mendapat respons atas permohonan suaka mereka.
Kondisi itu menimbulkan ketidakpastian dan tidak dapat ditoleransi oleh banyak imigran yang tidak memiliki pekerjaan atau uang.
Sejumlah besar imigran Haiti pergi ke Del Rio, Texas, pada September dan membentuk tempat pengungsian darurat bagi 14.000 orang di sebelah utara perbatasan dengan Meksiko.
Para pejabat Meksiko kini mendesak imigran Haiti, yang kembali ke Meksiko dari AS karena takut dideportasi ke negaranya, untuk melengkapi permohonan suaka mereka di kota Tapachula.
Beberapa ratus imigran sudah mengantre sejak pukul 05.00 pagi pada Selasa. Beberapa ratus lainnya bergabung pada siang hari untuk memastikan mereka mendapatkan janji temu yang dipesan lewat sistem hingga akhir tahun.
Komisi Bantuan Pengungsi Meksiko (COMAR) mengatakan para imigran, yang sudah mempunyai janji temu sampai 20 Oktober namun tidak muncul antara Selasa dan Kamis, akan kehilangan kesempatan mereka.
Kebanyakan pencari suaka yang berkerumun di stadion berasal dari Haiti, terbanyak kedua setelah Honduras dalam permohonan suaka di Meksiko pada 2021.
Seorang perwakilan dari badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan kepada para imigran bahwa proses verifikasi janji temu akan memberi ruang bagi orang lain.
Para imigran itu menunggu dalam antrean yang mengular di tempat parkir stadion.
"Tidak ada tempat baru. Begitu ada ruang, mereka akan memberikan informasi yang sesuai," kata perwakilan UNHCR itu.
Namun, beberapa orang telah ditolak permohonannya.
Chenet (38 tahun), seorang imigran Haiti yang enggan menyebut nama belakangnya, mengatakan bahwa dia membayar 6.000 peso (sekitar Rp4,3 juta) kepada seseorang di kota Tapachula untuk mendapatkan janji temu permohonan suaka.
Saat itu dia tidak menyadari bahwa itu adalah penipuan.
"Mereka bilang sekarang ini tidak ada apa-apa, tidak ada janji temu," kata Chenet.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021