Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Pimpinan pesantren di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh menyatakan ketertarikan dan ingin mengadopsi kurikulum dan sistem pendidikan di pondok pesantren milik Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang dinilai efektif menyiapkan  mubaligh atau penyampai ilmu agama bagi umat Islam.

"Kami tertarik sistem pendidikan dan kurikulum yang diajarkan para santri di pondok LDII karena dinilai sangat efektif untuk melahir ulama pemula untuk mengajari umat Islam yang butuh ilmu agama," kata pemimpin pondok pesantren modern Al Zahra dan Pesantren Salafi Darul Sa'adah Bireuen, Tgk Sudirman di Jakarta, Sabtu.

Tgk Sudirman yang juga Wakil Ketua Marjelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Bireuen bersama pengurus lainnya berkunjung ke Ponpes Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gading Mangu, Perak, Kabupaten Jombang, Jawa Timur,  dan Ponpes Yayasan Minhaajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, yang semuanya itu dikelola LDII.

Pengurus MPU Bireuen yang ikut serta adalah Tgk Hamdani, Tgk Muhajir, dan Tgk Marzuki pimpinan Dayah Abu Tanoh Mirah, Peusangan, Bireuen, tokoh masyarakat.

"Kami merasa bangga bisa melihat dari dekat pondok-pondok yang dikelola oleh LDII dan ini merupakan proses pendidikan agama yang bagus dalam mencetak generasi penerus yang religius dan propesional," kata Tgk Hamdani.

Selanjutnya, Sudirman menyatakan, dari segi kurikulum, Ponpes yang dikelola LDII memang lebih mudah dan cepat untuk menghasilkan da'i atau mubaligh dan mubalighat untuk menyampaikan ilmu-ilmu dasar tentang ibadah wajib dan sunah bagi umat Islam, seperti tauhid, salat, puasa, zakat, dan kehidupan bermasyarakat.

Disebutkan, bagi Aceh perlu dilakukan untuk mencetak da'i dalam jumlah besar, karena perkembangan zaman yang begitu cepat perlu untuk mengantisipasi pendangkalan akidah, khususnya di daerah-daerah perbatasan dengan provinsi tetangga.

Dikatakan, Pemerintah Aceh sudah melakukan pengkaderan ulama (PKU) dan guru di daerah terpencil dan perbatasan.

Selanjutnya, Tgk Sudirman menyatakan, pada dasarnya ilmu yang diajarkan di pesantren LDII dan di Aceh sumbernya adalah sama, Al Quran dan Hadist, hanya saja metodanya yang berbeda.  
    
Sementara itu, guru Ponpes Wali Barokah Kediri Syech Aziz Mukhtar menyampaikan, ilmu yang diajarkan adalah ilmu syariat yang terdiri dari pokok yang bersumber dari Alquran dan Hadist serta ilmu cabang-cabang.  Ilmu pokok tersebut dipadukan menjadi ilmu fiqih yang terdiri dari fiqih tauhid dan hukum-hukum syariat.

Azis menyatakan, kurikulum yang ada pondok tersebut kemudian disampaikan kepada para santri dengan sistem ada empat tahapan yakni peningkatan kemampuan, pelatihan atau penerapan, pembekalan, dan persiapan.

Dikatakan, dengan sistem dan kurikulum yang diterapkan tersebut Ponpes Wali Barokah yang santrinya mencapai 3.000 orang tersebut setiap bulannya menghasilkan 400 lulusan yang akan bertugas di Pimpinan Cabang (tingkat kecamatan) atau Pimpinan Anak Cabang (desa) LDII di seluruh pelosok Tanah Air.

Para mubaligh dan mubalighot yang sudah selesai tugas minimal 1,5 tahun di luar Pulau Jawa dan 1 tahun di Pulau Jawa bisa kembali lagi ke pondok untuk memperdalam ilmu, seperti hadist-hadist besar (Kutubussitah) dan Ilmu Nahu Saraf (Bahasa Arab).

"Kami juga menyediakan beasiswa bagi mubaligh dan mubalighat yang ingin memperdalam ilmu agama ke Mekah dan Madinah, sehingga diharapkan mereka menjadi ulama," kata Syech Aziz. 

Pewarta: Pewarta : Heru Dwi S

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015