Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Aceh Tamiang masih tinggi, yakni nyaris tembus Rp3.000/kg, tapi harga pupuk yang juga ikut naik.

Haji Samuri, salah seorang penampung TBS sawit di wilayah hulu Aceh Tamiang, Selasa, mengatakan harga TBS di pabrik kelapa sawit sepekan terakhir mengalami penurunan tipis dari Rp3.360/kg menjadi Rp3.210/kg.

"Alhamdulillah saat ini harga sawit masih tinggi. Tapi kemarin di PKS sudah turun Rp150 perak per kilogramnya. Di PKS PT Perasawita Rp3.210 per kilogram dan harga di PKS PTPN 1 Rp3.170 per kilogram. Tadinya di PKS hampir Rp3.400 per kilogram," kata Samuri.

Samuri yang juga anggota DPRK Aceh Tamiang ini memiliki dua peron (Ram) sawit terbesar di wilayah Tenggulun dan Jambo Rambong, Bandar Pusaka. 

Baca juga: Harga sawit di Aceh Utara naik jadi Rp3.100 per kilogram

Peron tersebut untuk menampung hasil produksi sawit rakyat dengan harga hanya selisih tipis dari pabrik. Petani sawit di Aceh Tamiang sendiri, harap Samuri bisa semakin tersenyum sumringah dengan harga jual saat ini.

"Kalau harga TBS ditingkat petani masih tinggi kita beli Rp2.850 per kilogram. Tapi kendalanya harga pupuk juga mahal," ungkap Samuri.

Petani sekaligus pemegang surat pengantar (SP) TBS di pabrik Riyanto Waris mengatakan harga sawit di PKS wilayah Aceh Tamiang bervariasi di atas Rp3.000/kg, sedangkan harga di lapangan (masyarakat) hari ini mencapai Rp2.700-Rp2.800/kg.

Baca juga: Pemerintah diminta awasi PKS beli kelapa sawit dengan harga rendah

“Harga sawit kali ini lumayan bagus. Ya, mungkin ini harga tertinggi, bisa dikatakan melebihi ekspetasi petani,” kata Riyanto Waris.

Nemun meski harga sawit mahal, kata Anto Waris tapi produksinya rata-rata merosot karena sudah memasuki masa trek. Disamping itu ketika harga sawit naik mampu membuat para petani tersenyum dan di saat bersamaan harga pupuk juga melambung.

“Tapi pupuk mahal juga itu. Pupuk lengkap seperti NPK Rp580 ribu/zak, kalau pupuk Urea nonsubsidi Rp500 ribu/zak,” sebut Anto Waris.

Baca juga: Kebun sawit Aceh 535 ribu ha, pemerintah didesak bangun pelabuhan ekspor

Hal serupa dikatakan Sunarno (48), petani sawit di Kampung Wonosari, Kecamatan Tamiang Hulu. Menurutnya dampak dari sawit mahal diimbangi pupuk juga mahal. Dia berharap harga sawit terus bertahan mahal agar semua petani bisa menabung untuk masa tua.

“Saat ini untuk biaya perawatan kebun sudah bisa disisihkan dari hasil sawit. Selain itu uang sawit bisa diputar untuk modal usaha dan biaya kebutuhan pendidikan anak,” ujar Nanok.

Di kampugnya Wonosari sekitar 25 kilometer dari ibu kota Kabupaten Aceh Tamiang, harga TBS di TPH (tumpukan hasil buah/langsung di kebun petani) merata diambil oleh agen sawit Rp2.760/kg.

Nanok sendiri memiliki kebun sawit seluas tujuh hektare. Dalam sebulan bisa dua kali panen. Namun kendalanya sekarang ini sedang musim buah trek. Diperkirakan pohon kelapa sawit akan mengalami buah puncak/normal kembali antara bulan Juni ke depan.

“Biasa sekali panen (15 hari) mampu keluar produksi 6-8 ton atau dalam sebulan hasil panen bisa 15 ton. Sekarang masa trek hanya 6-7 ton per bulan. Separuh sendiri susut, tapi ya, begitulah kalau sawit ini,” tutur Nanok.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022