Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyampaikan kekagumannya terhadap nasionalisme para dokter Indonesia sejak era perjuangan kemerdekaan hingga kondisi sekarang yang masih dilanda pandemi COVID-19.
"Terus terang saya bangga, berbicara di depan para pejuang kesehatan Indonesia. Yang selama dua tahun pandemi COVID-19 telah berjibaku, hingga tidak sedikit dokter dan petugas medis yang mendahului kita dalam masa penanganan pandemi. Insya Allah mereka mendapat tempat yang layak," kata LaNyalla di Banda Aceh, Jumat.
Ungkapan itu disampaikan LaNyalla saat saat mengisi kuliah umum dengan tema Nasionalisme Dalam Tubuh Dokter Indonesia Sebagai Dasar Ketahanan Nasional pada Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke 31 dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IID) ke 22 di Banda Aceh.
LaNyalla mengatakan nasionalisme dokter tidak perlu untuk diragukan. Sebab, sejarah lahirnya negara ini juga mencatat keterlibatan aktif dokter-dokter pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia. Setidaknya ada lima nama besar dokter Indonesia yang terlibat dalam sejarah perjuangan itu.
"Pasti kita sudah tahu, kelima nama dokter yang tercatat dalam tinta emas sejarah kemerdekaan kita yaitu dokter Wahidin Soedirohoesodo, dokter Tjipto Mangoenkoesoemo, dokter Soetomo, dokter Radjiman Wedyodiningrat dan dokter Moestopo,” katanya.
Beberapa dokter nama lain yang tercatat dalam sejarah mereka seperti dokter Sun Yat Sen asal China, dokter Jose Rizal asal Filipina, dokter Frantz Fanon asal Aljazair, dokter George Habbash asal Palestina, dan dokter Ramon Betances asal Puerto Rico, serta nama-nama lain di belahan dunia.
“Melalui fakta sejarah itu, kita melihat bahwa para dokter turut berperan dalam menjawab persoalan bangsa di zamannya. Seperti yang dilakukan dokter-dokter Stovia di Indonesia saat itu,” katanya.
Para dokter Stovia, lanjut dia, muncul sebagai kelompok pertama yang mengharapkan perubahan dibanding kelompok-kelompok profesi lainnya.
Karena mereka melihat bahwa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada saat itu tidak menyelenggarakan sistem pelayanan kesehatan, sehingga mengakibatkan penderitaan rakyat.
"Dari kondisi itu mereka membayangkan terbentuknya sebuah negara baru yang sehat dan merdeka. Cikal bakal pengendapan pemikiran tersebut adalah cikal bakal semangat revolusioner yang menjadikan kelompok Stovia menjadi kelompok profesi pertama yang mengharapkan perubahan dengan semangat kemerdekaan bangsa ini," katanya.
Oleh karenanya, LaNyalla mengajak para dokter saat ini untuk kilas balik (flashback) saat Indonesia menghadapi puncak pandemi COVID-19 pada 2020 dan 2021.
“Perjuangan dokter dan tenaga medis sangat luar biasa. Tidak hanya berkorban tenaga dan waktu, tetapi juga mempertaruhkan nyawa. Saya sangat apresiasi,” katanya.
Belajar dari wabah pandemi, kata dia, bahwa ketahanan bangsa ini di sektor kesehatan sangat rentan. Hal itu yang kini harus menjadi perhatian para dokter dengan menyiapkan roadmap ketahanan nasional di sektor kesehatan.
"DPD RI dengan senang hati akan ikut memperjuangkan roadmap yang disusun oleh para dokter yang saya yakini masih memiliki jiwa nasionalisme, seperti nama besar dokter-dokter Indonesia di era perjuangan pergerakan kemerdekaan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Terus terang saya bangga, berbicara di depan para pejuang kesehatan Indonesia. Yang selama dua tahun pandemi COVID-19 telah berjibaku, hingga tidak sedikit dokter dan petugas medis yang mendahului kita dalam masa penanganan pandemi. Insya Allah mereka mendapat tempat yang layak," kata LaNyalla di Banda Aceh, Jumat.
Ungkapan itu disampaikan LaNyalla saat saat mengisi kuliah umum dengan tema Nasionalisme Dalam Tubuh Dokter Indonesia Sebagai Dasar Ketahanan Nasional pada Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke 31 dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IID) ke 22 di Banda Aceh.
LaNyalla mengatakan nasionalisme dokter tidak perlu untuk diragukan. Sebab, sejarah lahirnya negara ini juga mencatat keterlibatan aktif dokter-dokter pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia. Setidaknya ada lima nama besar dokter Indonesia yang terlibat dalam sejarah perjuangan itu.
"Pasti kita sudah tahu, kelima nama dokter yang tercatat dalam tinta emas sejarah kemerdekaan kita yaitu dokter Wahidin Soedirohoesodo, dokter Tjipto Mangoenkoesoemo, dokter Soetomo, dokter Radjiman Wedyodiningrat dan dokter Moestopo,” katanya.
Beberapa dokter nama lain yang tercatat dalam sejarah mereka seperti dokter Sun Yat Sen asal China, dokter Jose Rizal asal Filipina, dokter Frantz Fanon asal Aljazair, dokter George Habbash asal Palestina, dan dokter Ramon Betances asal Puerto Rico, serta nama-nama lain di belahan dunia.
“Melalui fakta sejarah itu, kita melihat bahwa para dokter turut berperan dalam menjawab persoalan bangsa di zamannya. Seperti yang dilakukan dokter-dokter Stovia di Indonesia saat itu,” katanya.
Para dokter Stovia, lanjut dia, muncul sebagai kelompok pertama yang mengharapkan perubahan dibanding kelompok-kelompok profesi lainnya.
Karena mereka melihat bahwa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada saat itu tidak menyelenggarakan sistem pelayanan kesehatan, sehingga mengakibatkan penderitaan rakyat.
"Dari kondisi itu mereka membayangkan terbentuknya sebuah negara baru yang sehat dan merdeka. Cikal bakal pengendapan pemikiran tersebut adalah cikal bakal semangat revolusioner yang menjadikan kelompok Stovia menjadi kelompok profesi pertama yang mengharapkan perubahan dengan semangat kemerdekaan bangsa ini," katanya.
Oleh karenanya, LaNyalla mengajak para dokter saat ini untuk kilas balik (flashback) saat Indonesia menghadapi puncak pandemi COVID-19 pada 2020 dan 2021.
“Perjuangan dokter dan tenaga medis sangat luar biasa. Tidak hanya berkorban tenaga dan waktu, tetapi juga mempertaruhkan nyawa. Saya sangat apresiasi,” katanya.
Belajar dari wabah pandemi, kata dia, bahwa ketahanan bangsa ini di sektor kesehatan sangat rentan. Hal itu yang kini harus menjadi perhatian para dokter dengan menyiapkan roadmap ketahanan nasional di sektor kesehatan.
"DPD RI dengan senang hati akan ikut memperjuangkan roadmap yang disusun oleh para dokter yang saya yakini masih memiliki jiwa nasionalisme, seperti nama besar dokter-dokter Indonesia di era perjuangan pergerakan kemerdekaan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022