Subulussalam (ANTARA Aceh) - Rencana pemekaran Provinsi Aceh Leuser Antara Barat Selatan (ALA BAS) bukan memecah belah Aceh, melainkan untuk mewujudkan keistimewaan daerah, dengan terciptanya pembangunan secara adil dan mereta sehingga tidak ada lagi kabupaten/kota di serambi mekkah ini yang tertinggal.
''Selama ini asumsi yang dibangun bahwa pemekaran ALA BAS untuk memecah belah Aceh, sehingga Provinsi Aceh belum mengizinkan. Padahal tidak, lihat saja dari namanya masih menggunakan nama Aceh, kerena ini suatu kebanggaan bagi kita yang terus membesarkan nama Aceh itu sendiri,†kata Ketua Komite Percepatan Pemekaran Provinsi Aceh Leuser Antara Barat Selatan (KP3ALA BAS) Pusat, Armen Desky di Subulussalam, Sabtu malam.
Kehadiran Armen Desky ke Subulussalam dalam rangka pelantikan pengurus KP3ALA BAS Kota Subulussalam yang diketuai Suparman dan Andong Maha sebagai sekretaris. Dalam diskusi yang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat Subulussalam itu, Mantan Bupati Aceh Tenggara ini mengatakan, bahwa usulah pemerakan provinsi ALA BAS sudah hampir rampung dibahs dan tinggal finishing lagi.
''Semangat pemekaran ini harus kembali kita suarakan, usaha kita sudah mendekati, mudah-mudahan dalam waktu yang tidak begitu lama lagi ALA BAS segera terwujud, apalagi perjuangan ini telah mendapat restu sejumlah elit yang berada di pusat,'' katanya.
Ia menambahkan, Kota Subulussalam merupakan yang paling berpotensi untuk menjadi ibukota Provinsi ALA ABAS dari 12 kabupaten/kota lainya. Hal ini disebabkan letak daerah sangat strategis, sehingga daerah lain merasa dekat dengan Subulussalam.
Dukung Penuh
Rencana pemekaran ini mendapat dukungan penuh dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Subulussalam, Usman Kahar. Menurutnya, sudah saatnya ALA ABAS dimekarkan mengingat rentan kendali jarak ke ibukota provinsi saat ini sangat jauh memakan waktu lebih dari sembilan jam perjalanan atau sekitar 500 kilometer lebih.
''Saya sangat mendukung supaya pemekaran ALA BAS dapat segera teralisasi, mungkin harus dengan car ini supaya program pembangunan tidak hanya mengalir ke wilayah timur saja seperti yang selama ini terjadi,'' kata politisi partai Golkar ini saat dimintai tanggapan terkait rencana pemekaran ALA BAS di Subulussalam, Senin.
Ia mengatakan alasan partai Golkar mendukung terbentuknya ALA BAS karena kesenjangan yang terjadi selama ini, seperti pembagian dana otsus yang paling terkecil diseluruh Aceh, akibatnya program pembangunan yang dilakukan hanya terbatas karena kekurangan anggaran. Pembangunan justru tertuju di wilayah timur saja sementara barat selatan terabaikan seperti bukan dalam lingkup provinsi Aceh saat ini.
''Andai air kutaraja bisa diminum bersama maka haram hukumnya berpisah, tapi selama ini air itu selalu diberikan ke mereka wilayah timur saja, maka halahlah kita minta pisah,'' kata Usman Kahar.
Usman Kahar mengatakan, jika Provinsi ALA BAS terwujud dan berpisah dengan Provinsi Aceh saat ini, merupakan awal kebangkitan dan kemajuan 12 kabupaten/kota yang tergabung dalam lingkup Aceh Leuser Antara Barat Selatan. Meski berpisah, tapi tidak menghilangkan nama Aceh, apalagi penduduk Aceh memiliki beragam suku dan bahasa, sehingga akan membuat Aceh lebih maju dan berjaya untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
''Kalau Aceh ini dijuluki serambi mekkah, nanti setelah pisah ALA BAS dijuluki serambinya madinah,'' katanya.
PA Tanggapi Dingin
Sekretaris Partai Aceh (PA) Kota Subulussalam, Ardyianto Ujang menanggapi dingin terkait rencana pemekaran ALA BAS seperti yang disampaikan oleh Ketua (KP3ALA) Pusat, Armen Desky dan sejumlah tokoh di daerah itu. Menurutnya, Kota Subulussalam saat ini masih membutuhkan kerjasama dengan semua pihak, karena itu PA tetap fokus pada pembangunan Subulussalam untuk mensejahterakan masyarakat, dari pada membahas isu pemekaran.
''Kami tidak menanggapinya secara berlebihan, karena kami yakin pemerintah provinsi dan pusat memiliki grand design tersendiri dalam memajukan sebuah daerah. Pemekaran itu hal yang biasa, jangankan bergabung dengan ALA BAS, bergabung sama Sumatera Utara juga sah-sah saja, sehingga tidak perlu stres dalam masalah ini,'' kata Ardyanto.
''Selama ini asumsi yang dibangun bahwa pemekaran ALA BAS untuk memecah belah Aceh, sehingga Provinsi Aceh belum mengizinkan. Padahal tidak, lihat saja dari namanya masih menggunakan nama Aceh, kerena ini suatu kebanggaan bagi kita yang terus membesarkan nama Aceh itu sendiri,†kata Ketua Komite Percepatan Pemekaran Provinsi Aceh Leuser Antara Barat Selatan (KP3ALA BAS) Pusat, Armen Desky di Subulussalam, Sabtu malam.
Kehadiran Armen Desky ke Subulussalam dalam rangka pelantikan pengurus KP3ALA BAS Kota Subulussalam yang diketuai Suparman dan Andong Maha sebagai sekretaris. Dalam diskusi yang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat Subulussalam itu, Mantan Bupati Aceh Tenggara ini mengatakan, bahwa usulah pemerakan provinsi ALA BAS sudah hampir rampung dibahs dan tinggal finishing lagi.
''Semangat pemekaran ini harus kembali kita suarakan, usaha kita sudah mendekati, mudah-mudahan dalam waktu yang tidak begitu lama lagi ALA BAS segera terwujud, apalagi perjuangan ini telah mendapat restu sejumlah elit yang berada di pusat,'' katanya.
Ia menambahkan, Kota Subulussalam merupakan yang paling berpotensi untuk menjadi ibukota Provinsi ALA ABAS dari 12 kabupaten/kota lainya. Hal ini disebabkan letak daerah sangat strategis, sehingga daerah lain merasa dekat dengan Subulussalam.
Dukung Penuh
Rencana pemekaran ini mendapat dukungan penuh dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Subulussalam, Usman Kahar. Menurutnya, sudah saatnya ALA ABAS dimekarkan mengingat rentan kendali jarak ke ibukota provinsi saat ini sangat jauh memakan waktu lebih dari sembilan jam perjalanan atau sekitar 500 kilometer lebih.
''Saya sangat mendukung supaya pemekaran ALA BAS dapat segera teralisasi, mungkin harus dengan car ini supaya program pembangunan tidak hanya mengalir ke wilayah timur saja seperti yang selama ini terjadi,'' kata politisi partai Golkar ini saat dimintai tanggapan terkait rencana pemekaran ALA BAS di Subulussalam, Senin.
Ia mengatakan alasan partai Golkar mendukung terbentuknya ALA BAS karena kesenjangan yang terjadi selama ini, seperti pembagian dana otsus yang paling terkecil diseluruh Aceh, akibatnya program pembangunan yang dilakukan hanya terbatas karena kekurangan anggaran. Pembangunan justru tertuju di wilayah timur saja sementara barat selatan terabaikan seperti bukan dalam lingkup provinsi Aceh saat ini.
''Andai air kutaraja bisa diminum bersama maka haram hukumnya berpisah, tapi selama ini air itu selalu diberikan ke mereka wilayah timur saja, maka halahlah kita minta pisah,'' kata Usman Kahar.
Usman Kahar mengatakan, jika Provinsi ALA BAS terwujud dan berpisah dengan Provinsi Aceh saat ini, merupakan awal kebangkitan dan kemajuan 12 kabupaten/kota yang tergabung dalam lingkup Aceh Leuser Antara Barat Selatan. Meski berpisah, tapi tidak menghilangkan nama Aceh, apalagi penduduk Aceh memiliki beragam suku dan bahasa, sehingga akan membuat Aceh lebih maju dan berjaya untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
''Kalau Aceh ini dijuluki serambi mekkah, nanti setelah pisah ALA BAS dijuluki serambinya madinah,'' katanya.
PA Tanggapi Dingin
Sekretaris Partai Aceh (PA) Kota Subulussalam, Ardyianto Ujang menanggapi dingin terkait rencana pemekaran ALA BAS seperti yang disampaikan oleh Ketua (KP3ALA) Pusat, Armen Desky dan sejumlah tokoh di daerah itu. Menurutnya, Kota Subulussalam saat ini masih membutuhkan kerjasama dengan semua pihak, karena itu PA tetap fokus pada pembangunan Subulussalam untuk mensejahterakan masyarakat, dari pada membahas isu pemekaran.
''Kami tidak menanggapinya secara berlebihan, karena kami yakin pemerintah provinsi dan pusat memiliki grand design tersendiri dalam memajukan sebuah daerah. Pemekaran itu hal yang biasa, jangankan bergabung dengan ALA BAS, bergabung sama Sumatera Utara juga sah-sah saja, sehingga tidak perlu stres dalam masalah ini,'' kata Ardyanto.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015