Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh merancang satu unit rakit terbuat dari bahan drum disertai tali pengait atas untuk dijadikan armada alternatif menghubungkan masyarakat yang terisolir akibat putus jembatan diterjang banjir.

Kepala Pelaksana Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat Saiful AB di Meulaboh, Rabu mengatakan bahwa daerah setempat masih dalam kondisi tangap darurat pasca banjir melanda 12 kecamatan terhitung sejak 12-25 Desember 2015.

"Kita masih terus melakukan pendataan dan terus berkoordinasi lintas sektoral terhadap penanganan masyarakat terisolir pasca banjir. Terutama di Kecamatan Woyla Timur disana kita akan membuat satu unit rakit berbahan drum untuk mobilisasi masyarakat dan anak sekolah," sebutnya.

Saiful AB menjelaskan, awalnya lintas sektoral pemkab berencana menempatkan satu unit perahu karet, namun karena dikhawatirkan rentan terjadi kecelakaan terseret arus sungai apabila tidak ditempatkan petugas operator.

Disisi lain pertimbangan karena keterbatasan personil BPBD dan besarnya biaya operasional serta kelayakan armada untuk membawa penumpang dan kendaraan masyarakat menyeberangi sungai, akhirnya diambil kesimpulan cukup menyediakan rakit dengan desain yang sedemikian rupa.

"Kebetulan hari ini juga kami ada rapat dengan DPRK terkait penanganan sementara, untuk mobilisasi mengunakan tenaga BPBD tidak mungkin, karena itu kita berpikir penanganan permanen dengan menyediakan rakit dikelola masyarakat sendiri," imbuhnya.

Lebih lanjut dikatakan, ada tiga tim teknis Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) yang masih dalam proses tangap darurat sampai beberapa hari kedepan, baik dari Bina Marga, Dinas Cipta Karya serta BPBD sendiri sesuai tugas dan fungsi (tupoksi).

BPBD sendiri kata Saiful AB, sedang berfokus pada penangulangan normalisasi sungai dengan meluruskan aliran sungan serta membuka akses baru saluran air dengan membelah muara menjadi dua bagian arah dengan alat berat di Kecamatan Arongan Lambalek.

"Kami sudah membagi tugas, berkaitan dengan longsoran jalan dilakukan Bina Marga, dan posisi saat ini kita sedang membelah muara, ada dua muara baru yang sudah kita buka di Suak Bidok dan Pante Mutia membuat air sudah lancar disana," sebutnya.

Secara umum disampaikan Saiful AB, akibat banjir yang terjadi pada Sabtu (12/12) adalah kerusakan tanaman padi masyarakat yang mencapai 4.000 hektare lebih, kemudian infrastruktur yang rusak berulang kali akibat diterjang banjir sepanjang 30 meter di Desa Seumantok, Kecamatan Pante Ceureumen.

Kemudian jembatan Alue Ie Udeung lintas kabupaten, oprid jembatan Sawang Teubee penghubung kabupaten di Kaway XVI sudah empat kali diperbaiki kemudian hancur kembali diterjang banjir pada penghujung 2015 ini.

"Secara detail angka kerugian belum dapat kami sampaikan berapa, tapi beberapa titik kejadian yang sangat-sangat terasa seperti yang saya sebutkan tadi. Untuk itu kami terus melakukan upaya penanganan sementara agar aktivitas masyarakat kembali normal," katanya menambahkan.

Pewarta: Pewarta : Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015