Subulussalam (ANTARA Aceh) - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menilai  perekonomian petani sawit di Kota Subulussalam, Aceh, segera pulih kembali menyusul kenaikan harga tanda buah segar (TBS) yang saat ini menembus Rp1.700 per kilogram di tingkat pabrik.

"Dengan naiknya harga sawit perekonomian petani sawit segera pulih setelah begitu lama menderita akibat sawit anjlok hampir sepanjang tahun 2015," kata Ketua Apkasindo Kota Subulussalam, Netap Ginting di Subulussalam, Rabu.

Ia mengatakan kenaikan harga TBS ini disambut gembira oleh ribuan petani sawit di Kota Subulussalam, karena selama ini mereka sangat berharap harga TBS di tingkat petani mencapai Rp1.500 per kilogram dan hal itu sudah terwujud sejak tiga hari terakhir.

Netap Ginting menceritakan pahitnya perjuangan petani sawit disaat harga anjlok mencapai titik terendah Rp600 per kilogram. Sementara mereka harus merawat kebun dan membeli pupuk, sehingga hasil jual sawit tidak cukup untuk biaya perawatan kebun, apalagi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Namun secara perlahan harga sawit mulai membaik sejak November 2015 dengan harga Rp800 per kilogram di tingkat petani. Lalu pada Februari 2016 harga TBS sawit semakin meningkat menjadi Rp1.200 per kilogram.

Kemudian pada Maret harga sawit kembali naik berkisar antara Rp1.300 hingga Rp1.400 per kilogram. Kenaikan TBS kelapa sawit berlanjut pada bulan April yang menembus angka Rp1.500 per kilogram di tingkat agen pengumpul atau petani.

"Harga sawit makin naik terus, ini kesempatan petani sawit memulihkan ekonomi mereka," ucap Netap Ginting.

Melihat harga sawit yang terus melonjak dalam beberapa bulan belakangan ini, Netap Ginting memprediksi harga TBS kelapa sawit bakal sampai Rp2.000 per kilogram di tingkat petani.

Ia mengatakan kenaikan TBS kelapa sawit ini disebabkan harga crude palm oil atau minyak sawit mentah di pasaran dunia juga mengalami kenaikan yakni Rp7.600 per kilogram, menyusul tingginya permintaan CPO dari Indonesia.  
    
Selain itu, kebijakan pemerintah melalui program biodiesel B-20 juga turut mempengaruhi harga sawit di Indonesia, sehingga menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya.

Menurut Netap Ginting dari total produksi seluruh Indonesia, 30 persen diantaranya dijadikan bahan bakar yang dicampur solar.

Selebihnya 70 persen lagi diekspor, sehingga CPO menjadi terbatas, menyebabkan harga melonjak di pasaran dunia. Akibatnya, harga sawit di tingkat petani pun ikut mengalami kenaikan.

Pewarta: Pewarta : Sudirman

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016