Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Aceh Safuadi meminta Pemerintah Aceh membangun refinery (pabrik) untuk mengolah hasil alam Aceh baik itu kelapa sawit Aceh, kayu, pinang dan lainnya.
"Kita ingin pemerintah daerah punya kegiatan industri yang bisa membuat kualitas produk hasil alam Aceh itu berada di great paling tinggi," kata Safuadi, di Banda Aceh, Rabu.
Safuadi menyampaikan, seharusnya turunan hasil alam Aceh bisa diolah sendiri jika memiliki pabrik refinery, sehingga tidak terus-terusan mengirim bahan baku keluar daerah.
"Kalau turunannya bisa dibuat di Aceh, maka produk yang dihasilkan juga lebih murah karena biaya logistik turun. Sehingga masyarakat bisa membeli barang lebih murah," ujarnya.
Safuadi menuturkan, pembangunan refinery khususnya untuk mengolah hasil kelapa sawit Pemerintah Aceh tidak mesti menggunakan anggaran daerah, tetapi bagaimana membangun kerjasama dengan para pengusaha yang beraktivitas di tanah rencong.
Dengan adanya refinery, kata Safuadi, minimal sekali Aceh bisa lebih mandiri dan tidak bergantung pada provinsi lain, terutama dari Sumatera Utara.
"Jangan kemudian untuk pabrik pembuatan minyak goreng atau tissue saja kita tidak punya. Ini kita dorong agar bisa melakukan sendiri yang menjadi kebutuhan kita," katanya.
Dorongan ini, lanjut Safuadi, pihaknya juga sudah menyampaikan kepada Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki untuk membangun PKS (pabrik kelapa sawit) rakyat yang selanjutnya diintegrasikan dengan pembangunan refinery.
Bahkan, pihaknya juga sudah membicarakan hal itu dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Aceh agar membuat konsorsium PKS se Aceh untuk membangun pabrik tersebut.
Langkah ini, tambah Safuadi, penting dilakukan mengingat semua provinsi di Indonesia yang memiliki kebun kelapa punya pabrik refinery, kecuali Aceh.
"Jadi kalau refinery ada di Aceh insyaallah ada kemudahan, maka Aceh bisa memproduksi minyak goreng sendiri, serta bahan turunan lainnya dari sawit," demikian Safuadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
"Kita ingin pemerintah daerah punya kegiatan industri yang bisa membuat kualitas produk hasil alam Aceh itu berada di great paling tinggi," kata Safuadi, di Banda Aceh, Rabu.
Safuadi menyampaikan, seharusnya turunan hasil alam Aceh bisa diolah sendiri jika memiliki pabrik refinery, sehingga tidak terus-terusan mengirim bahan baku keluar daerah.
"Kalau turunannya bisa dibuat di Aceh, maka produk yang dihasilkan juga lebih murah karena biaya logistik turun. Sehingga masyarakat bisa membeli barang lebih murah," ujarnya.
Safuadi menuturkan, pembangunan refinery khususnya untuk mengolah hasil kelapa sawit Pemerintah Aceh tidak mesti menggunakan anggaran daerah, tetapi bagaimana membangun kerjasama dengan para pengusaha yang beraktivitas di tanah rencong.
Dengan adanya refinery, kata Safuadi, minimal sekali Aceh bisa lebih mandiri dan tidak bergantung pada provinsi lain, terutama dari Sumatera Utara.
"Jangan kemudian untuk pabrik pembuatan minyak goreng atau tissue saja kita tidak punya. Ini kita dorong agar bisa melakukan sendiri yang menjadi kebutuhan kita," katanya.
Dorongan ini, lanjut Safuadi, pihaknya juga sudah menyampaikan kepada Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki untuk membangun PKS (pabrik kelapa sawit) rakyat yang selanjutnya diintegrasikan dengan pembangunan refinery.
Bahkan, pihaknya juga sudah membicarakan hal itu dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Aceh agar membuat konsorsium PKS se Aceh untuk membangun pabrik tersebut.
Langkah ini, tambah Safuadi, penting dilakukan mengingat semua provinsi di Indonesia yang memiliki kebun kelapa punya pabrik refinery, kecuali Aceh.
"Jadi kalau refinery ada di Aceh insyaallah ada kemudahan, maka Aceh bisa memproduksi minyak goreng sendiri, serta bahan turunan lainnya dari sawit," demikian Safuadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022