Subulussalam (ANTARA Aceh) - Kepala Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam Netap Ginting mengatakan penurunan harga tanda buah segar (TBS) tidak terlalu berpengaruh terhadap ekonomi petani sawit di daerah itu.

"Penurunan TBS terjadi sejak sebulan terakhir namun bertahap seperti turun Rp10 per kilogram, lalu turun Rp20 dan Rp30 totalnya ada sekitar Rp200 selama sebulan ini," kata Netap Ginting di Subulussalam, Jumat.

Ia mengatakan harga TBS tingkat petani masih tergolong lumayan yakni Rp1.400 per kilogram dari sebelumnya Rp1.600 per kilogram. Produksi buah sawit juga semakin membaik seiring dengan adanya perawatan selama ini, sehingga menambah pendapatan petani.

"Saya melihat penurunan ini tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap ekonomi petani, apalagi turunnya bertahap," kata Netap.

Netap menjelaskan penyebab turunnya TBS lantaran harga CPO di pasaran dunia juga mengalami penurunan dari Rp8.900 menjadi Rp8.100/Kg atau turun Rp800/Kg.

Ia mengatakan penurunan CPO disebabkan Amerika Latin saat ini sedang panen raya kedelai, jagung dan bunga matahari, sehingga harga minyak sawit mentah anjlok di pasar internasional akibat banyaknya minyak kedelai, jagung dan bunga matahari.

"Karena saingan CPO selama ini minyak jagung, kedelai dan bunga matahari," ungkapnya.

Netap Ginting yakin penurunan ini tidak berlangsung lama dan akan segera naik kembali menyusul adanya rencana Pemerintah Indonesia untuk mengekspor CPO ke Rusia.

"Jika CPO kembali naik maka harga TBS juga ikut naik, petani tidak perlu khawatir dengan penurunan ini, karena pemerintah akan segera melakukan kerja sama dengan Rusia terkait ekspor CPO ke sana," demikian Netap Ginting.

Pewarta: Pewarta : Sudirman

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016