Ketua DPRK Aceh Tamiang Suprianto meninjau korban banjir di beberapa desa wilayah hilir kabupaten itu yang nyaris terisolir.

Mengenakan topi bintang tiga kebesaran partai, Suprianto tampak memanggul karung beras sendiri saat mendistribusikan bantuan sembako dari posko pengungsian satu ke tenda pengungsian lainnya.

“Banyak warga mengungsi tapi mereka tidak tahu mau mengadu kemana, karena ruas jalan poros kabupaten juga banyak tergenang. Kondisinya sudah dikepung banjir,” kata Suprianto di Aceh Tamiang, Rabu.

Baca juga: Akses Aceh-Sumut terputus banjir, pengendara dari Medan bertumpuk di SPBU

Pimpinan dewan ini meninjau banjir seorang diri hanya ditemani sopir pribadi. Dia menyalurkan bantuan logistik ke sejumlah desa terdampak banjir terparah di Kecamatan Bendahara yang terdapat tanggul sungai jebol.

Adapun desa yang didatangi yakni Desa Balai, Marlempang dan Desa Perkebunan Sungai Iyu. Ketiga desa ini sudah dilanda banjir sejak dua hari lalu. Hampir seluruh rumah warga dan lahan pertanian ikut terendam. 

Baca juga: 1.413 warga Aceh Tamiang bertahan di posko pengungsian

Menurutnya faktor utama yang menyebabkan desa di Kemukiman Tengah Kecamatan Bendahara ini banjir adalah tanggul jebol berlokasi di Desa Marlempang. Ketika sungai meluap maka ada sekitar tujuh desa akan terimbas. Bencana kali ini merupakan banjir yang terparah sepanjang tahun 2022.
 
Ketua DPRK Suprianto memanggul beras untuk disalurkan kepada korban banjir yang 100 persen rumah penduduknya terendam di Desa Balai, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, Rabu (3/11/2022). ANTARA/Dede Harison

“Kami minta pemda Aceh Tamiang serius melobi pemprov Aceh untuk anggaran perbaikan tanggul sungai yang jebol di pesisir Bandahara belum ada perhatian sampai saat ini,” tegas legislator Gerindra ini.

Baca juga: Pj Bupati Aceh Timur dihadang banjir saat hendak tinjau banjir

Sebab, lanjut Suprianto lazimnya wilayah hilir selalu menerima banjir kiriman dari hulu. Namun kondisi itu diperparah oleh tanggul sungai yang sudah kritis dan jebol.

“Saya sudah pernah tinjau tanggul di Marlempang ini, cukup parah kalau banjir air sungai seperti tumpah ke kampung,” katanya.

Sekretaris Desa Marlempang Dayat membenarkan banjir di pesisir Bendahara diperparah oleh tanggul sungai yang jebol. Akibat sering diterjang banjir badan tanggul yang rusak kini bertambah parah.

“Awalnya tanggul yang jebol bekas pintu air hanya lima meter saja, sekarang makin luas lagi jebolnya sekitar 30 meter, sudah seperti anak sungai,” ungkapnya.

Imbas dari tanggul jebol tidak hanya Desa Marlempang yang menjadi korban, tapi desa di satu Kemukiman. “Kalau untuk usaha perbaikan tanggul itu sudah sampai Jakarta kami usulkan, tapi ya, gitulah tak mampu berbuat lagi kami,” keluhnya.     

Datok Penghulu (Kepala Desa) Balai M Nuh mengatakan rumah penduduk di desanya 100 persen terendam tidak ada lokasi yang aman dari banjir. Pria yang akrab disapa Tok Nuh ini menyatakan, banjir kali ini terparah sepanjang sejarah Desa Balai selain banjir bandang 2006. Selama banjir mayoritas warga mengungsi di posko, makan dapur umum dan tidur tidak tentu tempat.

Warga mendirikan tiga titik posko pengungsian di tepi jalan utama dan saat ini mereka sangat mengharapkan bantuan logistik dari pemda.

“Untung Ketua DPRK datang, stok logistik sudah tipis, hari ini saja kami makan kolak ubi kayu bersama warga,” ucap M Nuh.
 

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022