Pola hidup masyarakat era sekarang yang cenderung menyukai makanan cepat saji menjadi salah satu penyebab dibalik kasus stunting di Aceh yang tinggi kata pejabat Dinas Kesehatan Aceh.

"Sumber ada, sanggup beli, ada di meja makan, tetapi tidak masuk ke mulut bayi dan balita kita," kata Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh, Sulasmi di Banda Aceh, Senin.

Berdasarkan laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), pada tahun 2021 di Provinsi Aceh rata-rata terdapat 33,2 persen anak usia di bawah lima tahun (balita) yang mengalami stunting. Sementara prevalensi stunting secara nasional  berada di 24,4 persen. 

Dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Aceh menempati posisi ketiga tertinggi setelah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Barat di posisi pertama dan kedua.  

Ia menjelaskan penyebab tingginya angka tersebut anak-anak era sekarang juga tidak suka makan ikan yang merupakan sumber protein hewani yang paling mudah ditemukan di Aceh karena mereka dibiasakan mengonsumsi makanan cepat saji. 

"Kalau sebuah keluarga atau anak sudah mulai suka jajanan di luar yang biasanya banyak mengandung penyedap rasa (MSG), pemanis, dan pewarna kecenderungannya tidak menyukai lagi makan sehat atau makanan rumah tangga," katanya.

Di tambah lagi, banyak orang tua tidak lagi menyiapkan bekal untuk anaknya pergi ke sekolah dan hanya diberi uang jajan untuk membeli sarapan di sekolah. 

"Otomatis uang tersebut akan dibelanjakan untuk makanan yang dia suka yang pastinya mengandung pewarna, ada penyedap rasa, sekali dia suka makanan itu akan adiksi, dia tidak akan suka lagi makanan rumah," katanya. 

Sulasmi juga menuturkan bahwa tingginya stunting di Aceh disebabkan kurangnya asupan gizi yang kronis (untuk jangka waktu panjang). 

Maksudnya ialah bayi dengan kondisi stunting tidak terjadi secara kebetulan, tetapi disebabkan karena kurangnya asupan gizi dari sang Ibu sejak dalam kandungan.

"Saat hamil ibunya kurang gizi, saat melahirkan juga masih kurang asupan gizi yang diperoleh dari makanan," katanya.

Pewarta: Nurul Hasanah

Editor : M Ifdhal


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022