Erosi sungai Aceh Tamiang di kawasan jembatan/titi kuning Rantau, Desa Alur Manis, Kecamatan Rantau, semakin meluas pascabanjir awal November 2022.

Sahrul (50), warga setempat mengatakan dampak erosi sungai sudah sepanjang ratusan meter mengancam fondasi jembatan dan bangunan di daerah aliran sungai (DAS) itu.

"Perlu sekali penanganan erosi, kalau tidak titi ini tidak selamat nanti. Erosi ini lama-lama terus melebar, salah-salah air sungai itu tembusnya kemari (ujung jembatan) nanti karena tidak ada tebing penahan lagi," kata Sahrul di Aceh Tamiang, Minggu.

Dijelaskan Sahrul erosi sungai di kawasan itu makin parah setelah tergerus arus banjir besar akhir tahun 2022. Tepi sungai di area titi kuning Rantau itu sudah pernah dua kali di bangun bronjong dan turap tapi sudah jebol. Jika terus dibiarkan erosi sungai Rantau dapat mengancam tanah dan bangunan warga. 

"Beberapa tahun lalu sudah pernah di pasang sheet pile beton penahan tebing tapi runtuh. Sebenarnya untuk mencegah erosi yang perlu di bangun sheet pile di bagian atasnya bukan bawah. Erosi terparah di depan pintu alur dekat pabrik pakan udang," ujarnya.

Warga pribumi ini menceritakan erosi kali ini merupakan yang paling parah selama 10 tahun terakhir. Jaraknya sudah jauh menjangkau lahan warga. Hal itu dapat dibuktikan dengan keberadaan rumpun pohon bambu yang hidup di tepi sungai tapi kini sudah hilang/hanyut.

Sementara itu, lanjut Sahrul tepi sungai di kolong jembatan juga kian mengkhawatirkan. Bibir sungai nyaris menyentuh abutment jembatan 11 pilar tersebut. Konon jembatan kuning Rantau ini sudah berumur hampir setengah abad (48 tahun), diresmikan oleh Direktur Utama P.N Pertamina Let Djen H Dr. Ibnu Soetong pada 17 April 1970.

"Dulu pinggir sungai ini di tiang/pilar jembatan nomor dua yang ada betonnya itu. Nah, di situ lah pinggiran sungai tanah kita," ulasnya.

"Kalau ini tidak cepat diselamatkan maka kalau terjadi banjir sekali lagi air sungai akan naik ke atas. Solusinya harus dibangun benteng turap memanjang ke atas," tukas Sahrul.

Anggota DPR Aceh Nora Idah Nita menanggapi akan melihat langsung bagaimana kondisi ketahanan jembatan Rantau akibat dampak abrasi tersebut. Diakui pascabanjir semua kerusakan infrastruktur sangat memprihatinkan.

"Mudah-mudahan nanti kita lihat kalau ada anggaran ke depan bisa kita bantu untuk penanganan erosi sungai terlebih lagi kita upayakan penahan fondasi jembatan breakwater fender-nya," ucap anggota DPRA asal Dapil 7 Aceh Tamiang-Langsa ini.

Sejauh ini Nora telah memperjuangkan perbaikan tanggul di pesisir Aceh Tamiang yang jebol diterjang banjir. Menurutnya pada anggaran tanggap darurat pertama sudah terealisasi Rp1,9 miliar pada 2022 untuk pembangunan tanggul di Kampung Teluk Halban, Kecamatan Bendahara.

"Ke depan Insya Allah kalau tidak ada perubahan Rp5 miliar kita kawal lagi untuk 2023 sudah masuk itu perbaikan tanggul jebol di beberapa titik di hilir Aceh Tamiang," kata politisi Partai Demokrat ini.

Pj Bupati Aceh Tamiang Meurah Budiman saat mengawali tugasnya di Aceh Tamiang juga menyatakan fokus terhadap penanganan banjir yang selalu menjadi momok setiap tahun.

Hal itu disampaikan Meurah Budiman saat melakukan pertemuan dengan unsur Kepala SKPK khusus membahas program kerja dan penanganan pascabanjir yang terjadi pada akhir tahun 2022 terkait rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Perbaikan tanggul sungai yang jebol menjadi fokus kita karena menjadi penyebab utama banjir merendam pemukiman penduduk di wilayah kecamatan hilir Aceh Tamiang," kata Meurah Budiman.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023