Blangpidie (ANTARA Aceh) - Harga komoditi perkebunan di tingkat agen, yakni biji pala dan pinang bervariasi karena permintaan dan persediaannya tidak berimbang.

Adi, salah seorang agen di Blangpidie, Kamis menyatakan, harga biji pala kering ditingkat petani saat ini sudah mengalami kenaikkan dari Rp45 ribu menjadi Rp60 ribu/Kg, sementara harga pinang kering turun dari Rp19 ribu menjadi Rp17 ribu/Kg.

Harga biji kakao kering masih tetap stabil yakni Rp36 ribu/Kg.

Menurut Adi, kenaikan harga komoditas andalan petani di Aceh barat selatan tersebut sudah berlangsung sejak sebulan terakhir, tepatnya setelah Hari Raya Idul Adha permintaan minyak pala dunia semakin meningkat, sementara hasil panen di tingkat petani kian hari semakin berkurang.

Buah pala semakin berkurang karena pohon pala di pedesaan sudah banyak yang mati akibat diserang hama penyakit. Jadi, kalau buah kakao dan pinang itu masih banyak di masyarakat desa, cuma harga pinang kering sudah mulai turun, katanya.

Turunnya harga pinang mungkin masyarakat petani tidak begitu menghiraukan asalkan hasil produksi tanaman mereka dapat dipetik dengan lancar untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, kata H Mustafa, pengusaha penyulingan pala warga Alu Seulaseh, Kecamatan Jumpa.   
    
"Yang paling sedih, ketika harga pala mahal, hama penyakit pun terus menyerang tanaman andalan petani tanpa adanya upaya pemerintah untuk mencari obat guna mengantisipasi kepunahan tanaman ini," katanya.

Dulu, tambah dia, dua kabupaten di wilayah pantai selatan Aceh ini terkenal dengan buah pala yang begitu melimpah dimiliki oleh petani.

Namun, sejak lima tahun terakhir tanaman andalan tersebut sudah hampir 90 persen mati secara mendadak akibat di serang hama, ujar dia.

"Hama pengerek batang terus menyerang pohon pala petani. Produktifitas buah pala pun terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Bukan saja petani yang mengalami kerugian, akan tetapi juga berefek pada kami selaku pengusaha penyulingan," katanya.

Kata dia, ketel penyulingan pala di Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kabupaten Aceh Selatan kini sudah cukup banyak yang tutup karena kekurangan bahan baku buah.

"Dulu kebutuhan tenaga kerja pada penyulingan cukup banyak karena tiap hari ada kegiatan. Sekarang dalam satu bulan cuma tiga hari ketel penyulingan beroperasi," katanya.

Pewarta: Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016