Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh Hendri Yono meminta Pemerintah Provinsi Aceh dan pemerintah kabupaten untuk memperbaiki kerusakan saluran irigasi sawah yang menyebabkan petani gagal tanam di Gampong (Desa) Panton Pawoh dan Rubek, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kabupaten Aceh Selatan.

"Kita berharap agar pemerintah bisa menyelesaikan persoalan ini dalam waktu dekat, agar masyarakat bisa kembali turun ke sawah," kata Hendri Yono dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Banda Aceh, Minggu.

Hendri Yono mengatakan sudah meninjau kerusakan irigasi di Gampong Panton Pawoh san Rubek bersama Camat Labuhan Haji Barat Tahta Amrullah pada pertengahan Mei 2023.


Baca juga: Pemkab Aceh Barat siap kerahkan mesin air antisipasi ancaman kekeringan dampak El Nino

Ia menilai kerusakan irigasi itu harus segera ditangani mengingat dampak yang cukup besar dirasakan masyarakat tani yaitu sudah tujuh kali gagal tanam akibat kekeringan. Apabila terus dibiarkan, lanjutnya, dikhawatirkan berdampak luas pada gangguan ketahanan pangan di Aceh.

Kontributor ANTARA di Aceh Selatan pada Sabtu (13/5) melakukan penelusuran untuk menemui petani di Gampong Panton Pawoh dan Panton Rubek, Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kabupaten Aceh Selatan. Mereka mengaku sudah tujuh kali mengalami gagal tanam karena kekeringan, akibat irigasi di daerah itu sudah lama tidak berfungsi.

Nasri, warga Gampong Pawoh, di Aceh Selatan, mengatakan irigasi tersebut sudah sekitar 3,5 tahun tidak berfungsi atau tujuh kali masa tanam padi. .

"Pada 2022 ada pembangunan irigasi disini, namun hanya bisa dipakai selama dua minggu, selanjutnya tidak bisa berfungsi. Untuk sekarang jarak antara air sungai dengan bagian depan irigasi lebih dari satu meter," kata Nasri.

Nasri menjelaskan, luas lahan yang ada di Gampong Panton Pawoh sekitar 27 hektare, namun hanya sekitar  14 hektare yang terpenuhi kebutuhan air, sedangkan sisanya kekeringan akibat irigasi tidak berfungsi.

Hal senada disampaikan Zaidi, warga Gampong Panton Rubek, bahwa daerah itu memiliki luas lahan sekitar 37 hektare, namun yang dapat dialiri air hanya 20 hektare, sedangkan sisanya 17 hektare jadi lahan terbengkalai.

"Harapan kami agar ada perhatian khusus dari Pemerintah dalam menyelesaikan masalah irigasi, mengingat banyaknya masyarakat yang tidak bisa bercocok tanam akibat kekeringan," kata Zaidi.


Baca juga: Mata Ie kekeringan, warga mulai kesulitan air bersih

Pewarta: Risky Hardian Saputra

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023