Kabupaten Pidie Jaya yang beberapa minggu yang lalu dilanda Bencana Gempa yang berkekuatan 6,4 SR, sehingga beberapa wilayah sekitarnya seperti Pidie dan Bireuen, telah menimbulkan korban Jiwa, harta dan benda di tiga wilayah tersebut. 

Secara historis Kabupaten Pidie Jaya dengan ibu kota Meureudu, dulu pada masa Kerajaan Aceh Darussalam daerah ini dipetakan oleh Sultan Aceh sebagai wilayah inti kerajaan yang disebut dengan wilayah Bibeuh (bebas) , yaitu wilayah atau daerah yang tunduk langsung kepada Kerajaan Aceh yang berpusat di Trial Aceh (Aceh Besar). 

Sehingga di masa kesultanan Aceh, wilayah Meureudu tidak ada pemerintahan Ulee Balang, karena wilayah ini dikendalikan langsung oleh Sultan Aceh Darussalam.

Pada dasarnya Sultan Aceh saat itu sangat berkepentingan dengan wilayah Meureudu karena disini selain terdapat seorang ulama besar Aceh yang sekaligus sebagai penasehat perang dalam jajaran Kesultanan Sultan Iskandara Muda yang bernama Faqih Jalaluddin atau lebih populer dengan nama Teungku Japakeh, juga wilayah Meureudu saat itu merupakan daerah lumbung Logistik Kerajaan Aceh Darussalam. 

Sebagai lumbung ketahanan pangan Kesultanan Aceh, Sultan Aceh terutama pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) membangun istana kedua didekat dengan benteng pertahanan di Blang Awe Meureudu, yang peninggalannya masih dapat dilihat sampai sekarang ini. 

Masyarakat yang tegas dan cerdas dan memiliki gaya hidup yang terbuka baik kepada siapa saja. Sikap tegas diwariskan oleh Teungku Japakeh artinya masyarakat Meureudu tidak bisa dipermainkan seperti yang terjadi pada masa Kesultanan Aceh.

Ketika Sultan Iskandar Muda hendak menyerang Johor dan singgah di Meureudu, dimana pada hari yang telah dijanjikan oleh Sultan Aceh Iskandar Muda untuk menemui  Teungku Japakeh di Meureudu sebagai penasehat perang. 

Namun setelah beberapa hari ditunggu, Sultan belum juga datang, sehingga Teungku Japakeh memerintahkan masyarakatnya untuk kembali ke kampungnya masing masing dengan membawa kembali pembekalan logistik yang akan dipersembahkan kepada Sultan saat itu. 

Ketika itulah (1613 M) Teungku Japakeh mengeluarkan kata-kata ketegasannya, "Ka cok boh gadong ngon boh birah, ureung peumutah darah bek ka peumulia." Artinya : itulah sikap karakter ketegasan Teungku Japakeh terhadap Sultan Iskandar Muda pada waktu itu.

Kata-kata ini bisa mengartikan bahwa kekecewaan seorang ulama Aceh kepada Sultan yang telah menginkari janjinya kepada Teungku Japakeh. 

Dengan kejadian itu, Sultan Iskandar Muda yang terkenal dengan keperkasaanya, terpaksa harus minta maaf pada Ulama Penasehat Perangnya Teungku Japakeh tersebut. 

Nah, berdasarkan historis tersebut diatas, maka wilayah yang tidak hanya terkenal dengan lumbung logistik pangan Aceh dan nasional saat ini, juga masyarakat yang memiliki karakter yang sangat tegas. 

Masyarakat Meureudu saat ini sedang ditimpa cobaan oleh Allah SWT dengan bencana gempa bumi, maka semua pihak agar bersikap tegas baik itu janji-janjinya membangun kembali Pidie Jaya maupun dalam menyalurkan segala bantuan kepada korban sesuai dengan kebutuhannya. 

Pewarta: Tarmizi A Hamid

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016