Setelah event Aceh Vespa Festival 2023 sukses digelar selama tiga hari pada akhir Juli lalu, sejumlah komunitas vespa di luar Aceh mulai melirik potensi alam dan pariwisata tanah rencong untuk dikunjungi.
Bahkan, sebagian mereka sudah ada yang mengatur jadwal untuk touring ke berbagai destinasi di Aceh seperti ke Sabang dan Banda Aceh. Umumnya mereka tidak lagi terpengaruh soal stigma tentang situasi dan kondisi keamanan di Aceh.
Seorang peturing motor vespa asal Aceh yang sudah berkeliling Indonesia, Reza Alwi Mufti alias Dekjaw mengatakan, banyak scooterist dari berbagai daerah yang berkeinginan untuk ke Aceh, tapi terhalang waktu.
Baca juga: Disbudpar agar tingkatkan inovasi untuk promosikan wisata Aceh
Dalam sepekan terakhir, kata Dekjaw, ada rekannya dari komunitas vespa dari Pulau Jawa dan Kalimantan yang sudah menjadwalkan untuk berkunjung ke Aceh. Alasan mereka, kata dia ingin ‘naik haji ala anak Vespa’ untuk riding ke Sabang.
“Kalau dikalangan anak vespa itu kita bisa menyebutnya Aceh, khususnya ke kilometer 0 Sabang itu naik hajinya anak vespa. Touring ke sana itu ibarat naik hajinya anak vespa,” kata Dekjaw, Minggu (5/8).
Di kalangan komunitas vespa se nusantara, Aceh sudah di branding sebagai salah satu tujuan utama untuk dikunjungi. Apalagi, kata Dekjaw, mereka sudah mengetahui bahwa komunitas kendaraan apapun yang masuk ke Aceh, dipastikan aman dan warganya ramah.
Belum lagi, akses ke ujung Barat Indonesia, Sabang sangat mudah untuk dilalui lewat jalur darat dari pada ujung Timur Indonesia. Hal itu yang membuat komunitas Vespa di Indonesia memiliki impian untuk bisa sampai ke Aceh.
“Saat ini mulai banyak teman-teman itu hubungi saya, rata-rata mereka sudah ambil cuti hanya untuk touring ke Aceh. Saya bisa pastikan bakal banyak komunitas vespa dari luar Aceh yang bakal touring ke sini. Pastinya teman-teman vespa dari seluruh Indonesia itu sudah buat plan ke Aceh,” ujarnya.
“Saya bisa jamin impian anak vespa dari Nusantara itu pasti ingin ke Sabang, ujungnya Indonesia, kenapa? karena Sabang itu lebih mudah diakses dan lebih banyak akses lewat darat dari pada ujung timurnya Indonesia,” lanjut Dekjaw.
Menurutnya, dari banyaknya komunitas Vespa yang berkunjung ke Aceh akan berdampak positif dari segi sektor pariwisata hingga perekonomian.
Misalnya, kata dia, pengalaman apapun yang dia dapatkan saat berkunjung ke Aceh, pasti akan disampaikan ke rekan-rekan se komunitas hingga keluarganya.
“Jadi banyak banget anak Vespa yang sudah masuk dan eksplore Aceh dari segi pariwisatanya pasti akan menyampaikan hal yang positif ke komunitas atau rekannya bagaimana situasi, adat, budaya dan pariwisata Aceh sesungguhnya. Sebenarnya inikan membantu juga untuk mempromosikan Aceh,” katanya.
Bahkan saat ini Dekjaw juga sedang riding dengan komunitas Vespa asal Jakarta untuk berkunjung ke Aceh. Kini, mereka sudah masuk ke wilayah Aceh Selatan dengan tujuan ke Sabang.
Dekjaw melanjutkan, event vespa yang digelar di Aceh beberapa waktu lalu menjadi daya tarik bagi pecinta vespa di Indonesia untuk melirik Aceh sebagai destinasi wisata yang ramah akan komunitas vespa.
Mereka tidak lagi menghiraukan soal stigma-stigma yang masih ada di luar soal kondisi Aceh. Sebab, Pemerintah membuka pintu dan mau berkolaborasi serta merangkul komunitas kendaraan apapun untuk mempromosikan destinasi wisata di Aceh.
“Sebenarnya kami bersyukur bahwa Pemerintah mau merangkul komunitas Vespa, dengan tujuan untuk mengenalkan Aceh ke luar. Jadi efek event ini ke depan untuk pariwisata itu banyak, jadi jangan hanya dilihat bentuknya,” kata Dekjaw.
Apalagi event tersebut juga pesertanya diajak untuk mengeksplorasi cagar budaya di Benteng Indra Patra. Jadi, kata dia bukan sekedar konvoi, foto-foto lalu pulang. Namun ada pengenalan soal sejarah panjang Benteng Indra Patra.
Bahkan rekan se komunitas dengan Dekjaw dari luar Aceh, juga sudah ada bertanya-tanya soal jalur menuju lokasi wisata sejarah, salah satunya makam Malahayati hingga Sultan Iskandar Muda.
“Biasanya kalau ada yang ke Aceh (anak vespa) pasti saya dikabari. Biasanya saya arahkan ke tempat wisata yang favorit. Kalau dia mau eksplore wisata sejarah saya rekom ke sini, kalau mau eksplore pantai kesini,” imbuh Dekjaw.
Seperti diketahui, Event Aceh Vespa Festival yang digelar selama tiga hari pada akhir Juli lalu bukan hanya kegiatan konvoi saja, melainkan juga terdapat unsur pelestarian budaya (eksplorasi cagar budaya), promosi pariwisata dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Aceh lewat bazar UMKM.
Dari data yang dihimpun dari panitia Event Aceh Festival, perputaran uang mencapai Rp 750 juta. Bahkan dua unit motor Vespa matic yang dipajang selama event itu laku terjual dengan harga per unitnya Rp 63 juta, ditambah tenant kuliner yang ramai dikunjungi.
Pelaksanaan event ini juga sejalan dengan target Pemerintah Aceh untuk mendatangkan 2,5 juta wisatawan domestik ke Aceh pada tahun 2023 lewat 76 event pariwisata dan kebudayaan.
Baca juga: Aceh promosikan pariwisata lewat konvoi komunitas vespa nusantara
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
Bahkan, sebagian mereka sudah ada yang mengatur jadwal untuk touring ke berbagai destinasi di Aceh seperti ke Sabang dan Banda Aceh. Umumnya mereka tidak lagi terpengaruh soal stigma tentang situasi dan kondisi keamanan di Aceh.
Seorang peturing motor vespa asal Aceh yang sudah berkeliling Indonesia, Reza Alwi Mufti alias Dekjaw mengatakan, banyak scooterist dari berbagai daerah yang berkeinginan untuk ke Aceh, tapi terhalang waktu.
Baca juga: Disbudpar agar tingkatkan inovasi untuk promosikan wisata Aceh
Dalam sepekan terakhir, kata Dekjaw, ada rekannya dari komunitas vespa dari Pulau Jawa dan Kalimantan yang sudah menjadwalkan untuk berkunjung ke Aceh. Alasan mereka, kata dia ingin ‘naik haji ala anak Vespa’ untuk riding ke Sabang.
“Kalau dikalangan anak vespa itu kita bisa menyebutnya Aceh, khususnya ke kilometer 0 Sabang itu naik hajinya anak vespa. Touring ke sana itu ibarat naik hajinya anak vespa,” kata Dekjaw, Minggu (5/8).
Di kalangan komunitas vespa se nusantara, Aceh sudah di branding sebagai salah satu tujuan utama untuk dikunjungi. Apalagi, kata Dekjaw, mereka sudah mengetahui bahwa komunitas kendaraan apapun yang masuk ke Aceh, dipastikan aman dan warganya ramah.
Belum lagi, akses ke ujung Barat Indonesia, Sabang sangat mudah untuk dilalui lewat jalur darat dari pada ujung Timur Indonesia. Hal itu yang membuat komunitas Vespa di Indonesia memiliki impian untuk bisa sampai ke Aceh.
“Saat ini mulai banyak teman-teman itu hubungi saya, rata-rata mereka sudah ambil cuti hanya untuk touring ke Aceh. Saya bisa pastikan bakal banyak komunitas vespa dari luar Aceh yang bakal touring ke sini. Pastinya teman-teman vespa dari seluruh Indonesia itu sudah buat plan ke Aceh,” ujarnya.
“Saya bisa jamin impian anak vespa dari Nusantara itu pasti ingin ke Sabang, ujungnya Indonesia, kenapa? karena Sabang itu lebih mudah diakses dan lebih banyak akses lewat darat dari pada ujung timurnya Indonesia,” lanjut Dekjaw.
Menurutnya, dari banyaknya komunitas Vespa yang berkunjung ke Aceh akan berdampak positif dari segi sektor pariwisata hingga perekonomian.
Misalnya, kata dia, pengalaman apapun yang dia dapatkan saat berkunjung ke Aceh, pasti akan disampaikan ke rekan-rekan se komunitas hingga keluarganya.
“Jadi banyak banget anak Vespa yang sudah masuk dan eksplore Aceh dari segi pariwisatanya pasti akan menyampaikan hal yang positif ke komunitas atau rekannya bagaimana situasi, adat, budaya dan pariwisata Aceh sesungguhnya. Sebenarnya inikan membantu juga untuk mempromosikan Aceh,” katanya.
Bahkan saat ini Dekjaw juga sedang riding dengan komunitas Vespa asal Jakarta untuk berkunjung ke Aceh. Kini, mereka sudah masuk ke wilayah Aceh Selatan dengan tujuan ke Sabang.
Dekjaw melanjutkan, event vespa yang digelar di Aceh beberapa waktu lalu menjadi daya tarik bagi pecinta vespa di Indonesia untuk melirik Aceh sebagai destinasi wisata yang ramah akan komunitas vespa.
Mereka tidak lagi menghiraukan soal stigma-stigma yang masih ada di luar soal kondisi Aceh. Sebab, Pemerintah membuka pintu dan mau berkolaborasi serta merangkul komunitas kendaraan apapun untuk mempromosikan destinasi wisata di Aceh.
“Sebenarnya kami bersyukur bahwa Pemerintah mau merangkul komunitas Vespa, dengan tujuan untuk mengenalkan Aceh ke luar. Jadi efek event ini ke depan untuk pariwisata itu banyak, jadi jangan hanya dilihat bentuknya,” kata Dekjaw.
Apalagi event tersebut juga pesertanya diajak untuk mengeksplorasi cagar budaya di Benteng Indra Patra. Jadi, kata dia bukan sekedar konvoi, foto-foto lalu pulang. Namun ada pengenalan soal sejarah panjang Benteng Indra Patra.
Bahkan rekan se komunitas dengan Dekjaw dari luar Aceh, juga sudah ada bertanya-tanya soal jalur menuju lokasi wisata sejarah, salah satunya makam Malahayati hingga Sultan Iskandar Muda.
“Biasanya kalau ada yang ke Aceh (anak vespa) pasti saya dikabari. Biasanya saya arahkan ke tempat wisata yang favorit. Kalau dia mau eksplore wisata sejarah saya rekom ke sini, kalau mau eksplore pantai kesini,” imbuh Dekjaw.
Seperti diketahui, Event Aceh Vespa Festival yang digelar selama tiga hari pada akhir Juli lalu bukan hanya kegiatan konvoi saja, melainkan juga terdapat unsur pelestarian budaya (eksplorasi cagar budaya), promosi pariwisata dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Aceh lewat bazar UMKM.
Dari data yang dihimpun dari panitia Event Aceh Festival, perputaran uang mencapai Rp 750 juta. Bahkan dua unit motor Vespa matic yang dipajang selama event itu laku terjual dengan harga per unitnya Rp 63 juta, ditambah tenant kuliner yang ramai dikunjungi.
Pelaksanaan event ini juga sejalan dengan target Pemerintah Aceh untuk mendatangkan 2,5 juta wisatawan domestik ke Aceh pada tahun 2023 lewat 76 event pariwisata dan kebudayaan.
Baca juga: Aceh promosikan pariwisata lewat konvoi komunitas vespa nusantara
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023