Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Aceh mendorong pemerintah memasukkan mitigasi kebencanaan dalam kurikulum sekolah karena Indonesia merupakan wilayah rawan bencana.
"Mitigasi bencana penting diajarkan kepada peserta didik karena Indonesia merupakan wilayah rawan bencana. Karena itu, kami mendorong mitigasi bencana masuk dalam kurikulum sekolah," kata Ketua FPRB Aceh Hasan Dibangka di Banda Aceh, Rabu.
Menurut dia, dengan masuknya mitigasi kebencanaan dalam kurikulum, maka menjadi keharusan lembaga pendidikan, mulai pendidikan usia dini, sekolah dasar hingga menengah maupun perguruan tinggi menjadikannya mata pelajaran wajib.
Baca juga: Banda Aceh diprakirakan berawan pada Kamis
Selama ini, katanya, mitigasi kebencanaan terbatas diajarkan di lembaga pendidikan. Pembelajarannya masih diluar kurikulum atau hanya menjadi ekstra kurikuler. Padahal, mitigasi ini penting bagaimana peserta didik memahami dan mencegah dampak negatif saat terjadi bencana.
"Selama ini, mitigasi bencana hanya diajarkan saat simulasi di sekolah. Itupun tidak rutin dan tidak semua sekolah melakukannya. Kondisi ini menyebabkan rendahnya pemahaman peserta didik terhadap mitigasi bencana," katanya.
Di Aceh, kata Hasan Dibangka, termasuk wilayah rawan bencana seperti gempa, banjir, tanah longsor, dan lainnya. Bencana tidak dapat diprediksi kapan terjadi, namun pengurangan risiko dampak dari bencana tersebut dapat dicegah.
Oleh karena itu, FPRB Aceh terus menyuarakan agar mitigasi kebencanaan masuk dalam kurikulum sekolah, sehingga anak-anak sebagai generasi penerus bangsa mampu mengurangi dampak risiko apabila terjadi bencana.
"Mitigasi bencana ini bagaimana mengurangi risiko seperti banyaknya jatuh korban saat bencana terjadi serta lainnya. Tentunya, kita tidak ingin banyak jatuh korban jiwa saat bencana terjadi seperti gempa disusul tsunami 26 Desember 2004 di Aceh," kata Hasan Dibangka.
Baca juga: BMKG prakirakan hujan lebat berpeluang mengguyur sejumlah provinsi
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Mitigasi bencana penting diajarkan kepada peserta didik karena Indonesia merupakan wilayah rawan bencana. Karena itu, kami mendorong mitigasi bencana masuk dalam kurikulum sekolah," kata Ketua FPRB Aceh Hasan Dibangka di Banda Aceh, Rabu.
Menurut dia, dengan masuknya mitigasi kebencanaan dalam kurikulum, maka menjadi keharusan lembaga pendidikan, mulai pendidikan usia dini, sekolah dasar hingga menengah maupun perguruan tinggi menjadikannya mata pelajaran wajib.
Baca juga: Banda Aceh diprakirakan berawan pada Kamis
Selama ini, katanya, mitigasi kebencanaan terbatas diajarkan di lembaga pendidikan. Pembelajarannya masih diluar kurikulum atau hanya menjadi ekstra kurikuler. Padahal, mitigasi ini penting bagaimana peserta didik memahami dan mencegah dampak negatif saat terjadi bencana.
"Selama ini, mitigasi bencana hanya diajarkan saat simulasi di sekolah. Itupun tidak rutin dan tidak semua sekolah melakukannya. Kondisi ini menyebabkan rendahnya pemahaman peserta didik terhadap mitigasi bencana," katanya.
Di Aceh, kata Hasan Dibangka, termasuk wilayah rawan bencana seperti gempa, banjir, tanah longsor, dan lainnya. Bencana tidak dapat diprediksi kapan terjadi, namun pengurangan risiko dampak dari bencana tersebut dapat dicegah.
Oleh karena itu, FPRB Aceh terus menyuarakan agar mitigasi kebencanaan masuk dalam kurikulum sekolah, sehingga anak-anak sebagai generasi penerus bangsa mampu mengurangi dampak risiko apabila terjadi bencana.
"Mitigasi bencana ini bagaimana mengurangi risiko seperti banyaknya jatuh korban saat bencana terjadi serta lainnya. Tentunya, kita tidak ingin banyak jatuh korban jiwa saat bencana terjadi seperti gempa disusul tsunami 26 Desember 2004 di Aceh," kata Hasan Dibangka.
Baca juga: BMKG prakirakan hujan lebat berpeluang mengguyur sejumlah provinsi
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023