Pengusaha Kabupaten Aceh Tengah sudah mengekspor kopi gayo hingga ke 15 negara, yang tersebar dia Asia, Eropa hingga Amerika Serikat sejak 2012.
"Ekspor pertama itu ke Amerika, dan sekarang sudah ada sekitar 15 negara," kata Bambang Arie Nugroho, pemilik Ketiara Coffee, di Aceh Tengah, Jumat.
Arie menjelaskan Ketiara sudah memulai bisnis kopi sejak 2003 untuk memenuhi pasar lokal saja hingga 2008. Kemudian, tahun ini mereka baru memikirkan untuk mencari pasar yang lebih luas.
Selanjutnya, kata Arie, pada 2008 melakukan pengurusan izin ekspor. Namun, di awal itu mereka masih kesulitan mendapatkan pembeli luar negeri.
Kemudian, ia berkenalan dengan eksportir di Medan, hingga akhirnya mereka mendapatkan pembeli dari Amerika, dan datang langsung melihat kopi di Ketiara.
"Akhirnya kami memulai ekspor pada 2012. Ekspor pertama itu sebanyak sembilan ton ke Amerika," ujarnya.
Setelah itu, mereka terus mendapatkan pembeli dari berbagai negara, dari awalnya hanya sembilan ton, kini produk kopi mereka sudah dikirim ke 15 negara dengan rata-rata total 100 ton per bulan.
Adapun pengiriman terbesar mereka dari 100 ton per bulan itu yakni 70 persen nya ke Amerika, selebihnya ke Eropa seperti Jerman, Swiss, Perancis dan lainnya.
"Ekspor juga dilakukan ke negara di Asia seperti Cina, Korea, Jepang, Singapura dan Malaysia. Kalau dalam sebulan itu ada 7 kali ekspor ke semua negara tujuan," kata Arie.
Arie menuturkan, dalam mempertahankan pasar, selama ini pihaknya terus menjaga kualitas rasa kopi ekspor mereka.
Bahkan, mereka tidak asal mengambil kopi petani, melainkan harus melalui proses penyortiran, penjemuran, hingga pengolahan mesin, sehingga benar-benar menghasilkan kopi terbaik.
Dirinya menambahkan, kopi ekspor ke Amerika itu harus bebas pestisida sesuai permintaan, sedangkan untuk negara lain memiliki standar pestisida rata-rata 0,3 persen.
"Maka kita harus memilih kopi terbaik dari petani dan penyortiran. Saat ini kita ada 17 orang staf dan 2.000 petani binaan," kata Arie.
Sebelumnya, Kepala Kantor WIlayah Direktorat Bea Cukai Provinsi Aceh Safuadi mengatakan permintaan dunia untuk kopi dari Aceh mengalami peningkatan, maka sudah seharusnya potensi yang ada di Aceh dapat dikembangkan.
Produk kopi Aceh, kata Safuadi, sudah banyak di ekspor ke berbagai negara, dan lazimnya sejauh ini ke Amerika dan negara di Eropa, terutama Belanda.
Sekarang, kopi Aceh semakin banyak diminati, dan terbukti sudah ada permintaan baru secara khusus ke Italia sebanyak 60 ribu ton kopi Aceh.
"Permintaan Italia ini prospek dan pasr baru yang harus disambut oleh Aceh (pemerintah), karena mereka sengaja datang ke Aceh untuk mencari komoditi kopi," kata Safuadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Ekspor pertama itu ke Amerika, dan sekarang sudah ada sekitar 15 negara," kata Bambang Arie Nugroho, pemilik Ketiara Coffee, di Aceh Tengah, Jumat.
Arie menjelaskan Ketiara sudah memulai bisnis kopi sejak 2003 untuk memenuhi pasar lokal saja hingga 2008. Kemudian, tahun ini mereka baru memikirkan untuk mencari pasar yang lebih luas.
Selanjutnya, kata Arie, pada 2008 melakukan pengurusan izin ekspor. Namun, di awal itu mereka masih kesulitan mendapatkan pembeli luar negeri.
Kemudian, ia berkenalan dengan eksportir di Medan, hingga akhirnya mereka mendapatkan pembeli dari Amerika, dan datang langsung melihat kopi di Ketiara.
"Akhirnya kami memulai ekspor pada 2012. Ekspor pertama itu sebanyak sembilan ton ke Amerika," ujarnya.
Setelah itu, mereka terus mendapatkan pembeli dari berbagai negara, dari awalnya hanya sembilan ton, kini produk kopi mereka sudah dikirim ke 15 negara dengan rata-rata total 100 ton per bulan.
Adapun pengiriman terbesar mereka dari 100 ton per bulan itu yakni 70 persen nya ke Amerika, selebihnya ke Eropa seperti Jerman, Swiss, Perancis dan lainnya.
"Ekspor juga dilakukan ke negara di Asia seperti Cina, Korea, Jepang, Singapura dan Malaysia. Kalau dalam sebulan itu ada 7 kali ekspor ke semua negara tujuan," kata Arie.
Arie menuturkan, dalam mempertahankan pasar, selama ini pihaknya terus menjaga kualitas rasa kopi ekspor mereka.
Bahkan, mereka tidak asal mengambil kopi petani, melainkan harus melalui proses penyortiran, penjemuran, hingga pengolahan mesin, sehingga benar-benar menghasilkan kopi terbaik.
Dirinya menambahkan, kopi ekspor ke Amerika itu harus bebas pestisida sesuai permintaan, sedangkan untuk negara lain memiliki standar pestisida rata-rata 0,3 persen.
"Maka kita harus memilih kopi terbaik dari petani dan penyortiran. Saat ini kita ada 17 orang staf dan 2.000 petani binaan," kata Arie.
Sebelumnya, Kepala Kantor WIlayah Direktorat Bea Cukai Provinsi Aceh Safuadi mengatakan permintaan dunia untuk kopi dari Aceh mengalami peningkatan, maka sudah seharusnya potensi yang ada di Aceh dapat dikembangkan.
Produk kopi Aceh, kata Safuadi, sudah banyak di ekspor ke berbagai negara, dan lazimnya sejauh ini ke Amerika dan negara di Eropa, terutama Belanda.
Sekarang, kopi Aceh semakin banyak diminati, dan terbukti sudah ada permintaan baru secara khusus ke Italia sebanyak 60 ribu ton kopi Aceh.
"Permintaan Italia ini prospek dan pasr baru yang harus disambut oleh Aceh (pemerintah), karena mereka sengaja datang ke Aceh untuk mencari komoditi kopi," kata Safuadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023