Pemerintah Kota Lhokseumawe berhasil mengangkut sebanyak 5 ton sampah dari sungai Blang Buloh, Kecamatan Blang Mangat, kota setempat, melalui aksi membersihkan sungai yang menjadi titik rawan banjir saat musim penghujan di Aceh.

 Pj Wali Kota Lhokseumawe Imran, Kamis, mengatakan aksi tersebut sebagai contoh bagi masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan sekitar. Apalagi sungai ini menjadi salah satu titik rawan banjir saat musim hujan dikarenakan kondisinya yang dangkal dan terjadi sedimentasi.

“Saya memperkirakan kita berhasil mengumpulkan tiga hingga lima ton sampah. Ini baru awal yang sangat kecil dari upaya pembersihan ini. Belum lagi tugas berikutnya, seperti mengangkat endapan pasir dan sedimentasi, serta kayu yang telah lama terbenam di dasar sungai," katanya di Lhokseumawe.

Baca juga: Gelar wisuda 20 anak sekolah pesisir Lhokseumawe, begini harapan Pj wali kota

Petugas gabungan mulai melakukan aksi pembersihan sungai sejak dua hari terakhir, dengan menggunakan dua unit perahu milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Lhokseumawe. 

Dalam aksinya, petugas mengumpulkan limbah rumah tangga hingga sampah kayu dan ranting yang terperangkap di sungai. Hasilnya, sebanyak lima ton sampah berhasil dikumpulkan selama kegiatan tersebut. 
 

Kata Imran, pemerintah juga mengajak Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh untuk bekerja sama dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah rumah tangga.

Termasuk, kata dia, upaya dalam pengurangan penggunaan plastik, penanganan popok bayi, dan pembalut agar tidak dibuang ke daerah aliran sungai.

“Kita tidak bisa melakukan ini sendirian. Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Pemerintah daerah, organisasi lingkungan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menjaga lingkungan kita," ujarnya.

Imran juga berharap kolaborasi yang erat antara pemerintah, organisasi lingkungan, dan masyarakat dapat menghasilkan perubahan positif dalam mengatasi masalah banjir di Kota Lhokseumawe. 

“Dengan membersihkan sungai dan mengedukasi masyarakat, kami berupaya mencegah banjir dan melindungi lingkungan hidup kita untuk generasi mendatang," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut saat ini Aceh masih dalam musim peralihan, yang dapat memicu terjadinya potensi bencana hidrometeorologi.

“Untuk wilayah Aceh, musim peralihan diprakirakan hingga akhir September sampai awal Oktober dan berlanjut memasuki musim penghujan pada awal Oktober,” kata Prakirawan BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Faqih Musyaffa.

Baca juga: Pj wali kota instruksikan pelaksanaan lelang di Lhokseumawe secara terbuka

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023