Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh terus berupaya peningkatan nilai tambah produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di provinsi paling barat Indonesia itu, dengan fokus pengembangan pada hilirisasi sektor pangan dan UMKM potensial ekspor.
“Karena UMKM mendapat tantangan tidak hanya dari jumlahnya tapi juga bagaimana dari nilai tambahnya. Jadi kita bersama-sama melakukan proses untuk meningkatkan UMKM naik kelas,” kata Kepala Bank Indonesia Aceh Rony Widijarto di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan, pengembangan dilakukan berdasarkan tiga pilar strategi yaitu peningkatan kapasitas (capacity building), penguatan kelembagaan, dan akses pembiayaan bagi pelaku UMKM di daerah Tanah Rencong itu.
“Fokus pengembangan pada sektor hilirisasi pangan dan UMKM potensial ekspor seperti kopi, coklat, nilam dan wastra, yang bertujuan untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk capacity building, Bank Indonesia melakukan lewat program Wirausaha Unggulan Bank Indonesia (WUBI) serta pelatihan dan pendampingan on-boarding UMKM, termasuk aktivasi e-commerce dan optimalisasi pemasaran digital.
“Strategi digitalisasi, baik dari hulu maupun hilir, juga menjadi kunci akselerasi kinerja sektor UMKM,” ujarnya.
Selanjutnya penguatan kelembagaan, lanjut dia, bentuk intervensi yang dilakukan meliputi fasilitasi perizinan usaha termasuk sertifikasi halal produk UMKM. Serta korporatisiasi vertikal dari berbagai jenis usaha yang saling berkaitan dalam suatu rangkaian rantai nilai bisnis untuk menciptakan produk dengan nilai tambah lebih.
“Pengajuan sertifikasi halal produk UMKM di Aceh selama semester I 2023 sudah sebanyak 5.491 UMKM,” ujarnya.
Untuk korporatisasi vertikal seperti yang dilakukan Pesantren Al-Kamal yang memasok cabai ke UMKM Capli sebesar 2 ton dalam satu musim tanam dengan nilai Rp50 juta. Begitu juga yang dilakukan petani dari Saban Tabina yang memasok bawang merah untuk UMKM Bitata mencapai 3,7 ton selama Januari - Juli 2023 dengan nilai Rp129 juta.
Sementara akses pembiayaan, kata dia, Bank Indonesia melakukan business matching pembiayaan, yang telah dilakukan terhadap 37 UMKM ke empat perbankan dengan nilai Rp10,5 miliar pembiayaan UMKM.
Selain itu juga melakukan pelatihan pencatatan keuangan dan optimalisasi Bank Indonesia Sistem Aplikasi Input Database UMKM Potensial Dibiayai (BISAID).
Baca juga: BI minta Aceh kurangi impor komoditas pangan antardaerah
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
“Karena UMKM mendapat tantangan tidak hanya dari jumlahnya tapi juga bagaimana dari nilai tambahnya. Jadi kita bersama-sama melakukan proses untuk meningkatkan UMKM naik kelas,” kata Kepala Bank Indonesia Aceh Rony Widijarto di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan, pengembangan dilakukan berdasarkan tiga pilar strategi yaitu peningkatan kapasitas (capacity building), penguatan kelembagaan, dan akses pembiayaan bagi pelaku UMKM di daerah Tanah Rencong itu.
“Fokus pengembangan pada sektor hilirisasi pangan dan UMKM potensial ekspor seperti kopi, coklat, nilam dan wastra, yang bertujuan untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk capacity building, Bank Indonesia melakukan lewat program Wirausaha Unggulan Bank Indonesia (WUBI) serta pelatihan dan pendampingan on-boarding UMKM, termasuk aktivasi e-commerce dan optimalisasi pemasaran digital.
“Strategi digitalisasi, baik dari hulu maupun hilir, juga menjadi kunci akselerasi kinerja sektor UMKM,” ujarnya.
Selanjutnya penguatan kelembagaan, lanjut dia, bentuk intervensi yang dilakukan meliputi fasilitasi perizinan usaha termasuk sertifikasi halal produk UMKM. Serta korporatisiasi vertikal dari berbagai jenis usaha yang saling berkaitan dalam suatu rangkaian rantai nilai bisnis untuk menciptakan produk dengan nilai tambah lebih.
“Pengajuan sertifikasi halal produk UMKM di Aceh selama semester I 2023 sudah sebanyak 5.491 UMKM,” ujarnya.
Untuk korporatisasi vertikal seperti yang dilakukan Pesantren Al-Kamal yang memasok cabai ke UMKM Capli sebesar 2 ton dalam satu musim tanam dengan nilai Rp50 juta. Begitu juga yang dilakukan petani dari Saban Tabina yang memasok bawang merah untuk UMKM Bitata mencapai 3,7 ton selama Januari - Juli 2023 dengan nilai Rp129 juta.
Sementara akses pembiayaan, kata dia, Bank Indonesia melakukan business matching pembiayaan, yang telah dilakukan terhadap 37 UMKM ke empat perbankan dengan nilai Rp10,5 miliar pembiayaan UMKM.
Selain itu juga melakukan pelatihan pencatatan keuangan dan optimalisasi Bank Indonesia Sistem Aplikasi Input Database UMKM Potensial Dibiayai (BISAID).
Baca juga: BI minta Aceh kurangi impor komoditas pangan antardaerah
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023