Pemerintah Kota Sabang memperkenalkan motif bungong ue (bunga kelapa) saat perlombaan tradisi boh gaca (melukis inai) pengantin dalam pergelaran Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 8 sebagai upaya melestarikan tradisi kebudayaan di provinsi berjulukan Tanah Rencong itu.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kota Sabang Murdiana di Banda Aceh, Selasa, mengatakan boh gaca tersebut merupakan atraksi warisan budaya di Aceh yang sudah ada sejak lama secara turun temurun, sehingga sangat penting untuk dilestarikan.

“Dalam perlombaan boh gaca di PKA 8 ini kita tetap mengangkat tema motif bungong ue, yang merupakan khas Sabang,” kata Murdiana.

Ia menjelaskan prosesi adat boh gaca itu memang masih terus berlangsung di tengah masyarakat Pulau Weh itu. Biasanya, tradisi ini dijumpai saat upacara perkawinan dan sunat Rasul, lazimnya di Aceh secara umum.

Namun saat ini, dia menilai tradisi boh gaca terancam tergerus zaman karena karena semakin banyak generasi muda Aceh menggunakan inai atau henna instan, yang bukan berasal dari daun pacar seperti dalam tradisi boh gaca.

Boh gaca ini dapat dijumpai saat acara perkawinan dan juga sunat, cuma untuk sunat hanya satu di jempol, prosesinya tidak semeriah seperti di perkawinan yang selama tiga malam berturut-turut,” ujarnya.

Pihaknya, kata Murdiana, terus berupaya mensosialisasi kepada generasi muda agar tradisi boh gaca itu terus terawat di tengah masyarakat supaya tidak ditinggalkan sebagai warisan budaya Aceh.
Gaca atau inai yang berukiran motif Bungong Ue sebagai khas Kota Sabang saat perlombaan boh gaca Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) 8 di Banda Aceh, Selasa (7/11/2023). (ANTARA/Khalis Surry)


Sementara itu, Koordinator Tim Boh Gaca Kontingen Sabang Cut Mutia Aswanis mengatakan tradisi boh gaca di Sabang sama seperti tradisi yang dilakukan masyarakat Aceh lainnya. 

Tujuannya untuk memberikan kekhasan dan menambah pesona kepada setiap pengantin yang melangsungkan pernikahan.

“Tentunya tradisi ini sudah berlangsung turun temurun sejak dulu dan tradisi ini juga terus dilestarikan oleh masyarakat,” ujarnya.

Gaca atau inai yang dihias pada pengantin tersebut berasal dari sari daun pacar yang telah digiling halus. Dalam perlombaan itu, Sabang menampilkan motif bungong ue, yang merupakan khas Sabang, disertai ukiran rangkaian bungong ue dan rantai ombak di laut Sabang.

“Tradisi boh gaca sama dengan daerah lain, karena budaya dan tradisi Aceh tetap dasarnya Islam, jadi diawali dengan shalawat, kemudian tepung tawar (peusijuek), baru diakhiri dengan boh gaca,” ujarnya.

Pada 2019 silam, Sabang sudah sudah mendapatkan hak cipta (HAKI) dari Kementerian hukum dan HAM terhadap motif bungong ue, sehingga pemerintah kota terus berupaya mempromosikan di tengah masyarakat.

“Motif bungong ue sudah dipatenkan sebagai milik Kota Sabang. Makanya kita munculkan bungong ue dan ditambah ukiran ombak laut,” ujarnya.
 

Pewarta: Khalis Surry

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023