Meulaboh (ANTARA Aceh) - Raden Ajeng (RA) Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan, yang kemudian banyak menginspirasi perempuan Indonesia lainnya untuk melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak-haknya.

Provinsi Aceh juga memiliki pahlawan nasional wanita, Cut Nyak Dhien, yang juga istri pahlawan nasional Teuku Umar, yang turut berjuang dengan penuh keberanian mengusir penjajah Belanda.

Pada momentum peringatan Hari Kartini 21 April 2017 di Kabupaten Aceh Barat, tidak ada kegiatan unik yang dilakukan kaum perempuan di daeerah tersebut  Mereka lebih memilih menyibukkan diri dengan kegiatan usaha yang digelutinya.

Kaum perempuan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) Beudoh Beusare itu terus sibuk dengan kegiatannya di Desa Peulante, Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.

Seirama dengan slogan nama kelompok mereka, UKM Beudoh Beusare (bahasa Aceh) yang berarti "UKM bangun bersama", dipundak mereka saat ini kawasan itu dijadikan percontohan dan sentra produk kerajinan berbahan tanaman Eceng Gondok daerah.

Kegiatan usaha mereka bukan hanya dikerjakan pada siang hari, tapi terkadang saat malam. Pada fase pertama belajar, mereka mendapat pendampingan dari mahasiswi UIN Ar-Raniry yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa itu.

Ketua Kelompok UKM Beudoh Beusare, Safia (49) mengatakan, selama ini sudah berhasil memproduksi produk ekonomi kreatif terbuat dari bahan baku tanaman eceng gondok. Namun, mereka mengakui masih banyak kendala yang mesti dihadapi.

"Produksi kami sudah lumayan, kalau soal bahan baku eceng gondok di kawasan kami cukup banyak dan eceng gondok menjadi masalah lingkungan bagi masyarakat nelayan. Kendala kami adalah pasar, bahan baku pendukung serta peralatan lebih modern," katanya.

Kelompok kaum perempuan itu menekuni kerajinan tangan dari bahan baku eceng gondok telah mampu menganyam produk seperti tas, kotak tisu, sandal, bakul, tas laptop, sandaran sofa, hiasan dinding dan sebagainya dengan harga Rp75.000 per unit.

Ada lima kelompok UKM dalam tiga desa di Kecamatan Arongan Lambalek, mereka memiliki bahan baku yang cukup banyak hingga hitungan ton. Bahkan, tanaman yang masih tersedia padat menutupi sekitar 35 kilometer sepanjang sungai Arongan.

Demikian juga dengan jumlah sumber daya manusia pekerjanya yang terhitung maksimal dan mereka berharap produk kerajinan tangan mereka terjual dengan harga yang memihak kepada pelaku usaha ini.

Seiring tuntutan hidup kaum wanita saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan dunia kerja yang membutuhkan sebuah kreativitas dan imajinasi cukup tinggi untuk menghasilkan suatu karya agar mendapat pengakuan.

Kaum perempuan di Kabupaten Aceh Barat ini selalu mendapat dorongan dari berbagai pihak untuk kreatif menciptakan karya inovasi menarik dalam produk kerajinan tangan yang lebih berkualitas.

Pemerintah cukup peduli dan menempatkan posisi kaum perempuan sama dalam berbagai sektor pembangunan dengan memberikan ruang khusus mereka mengusulkan apapun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

"Kita selalu melibatkan perempuan dalam stiap Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), dengan ada ruang khusus, mereka bisa menyampaikan aspirasinya dalam membangun daerah,"kata Kepala Bappeda Aceh Barat H T Ahmad Dadek.


Siap Bantu
   
Seiring dengan meningkatnya dorongan pemerintah pusat terhadap pengembangan industri di level terendah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hal itu disikapi Pemkab Aceh Barat dengan berbagai terobosan.

Pemerintah Daerah Aceh Barat menaruh harapan kegiatan usaha seperti yang dikerjakan kaum perempuan tersebut terus berlanjut, tidak terhenti setelah mendapat pendampingan mahasiswi, sebab pemerintah juga akan membantu akses pasar.

Kepala Bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) pada Dinas Perdagangan dan Koperasi UKM Aceh Barat, Cut Teti Herawati Rahmah, mengatakan usaha tersebut belum ada campur tangan kaum laki-laki, semua pelaku usaha adalah kaum perempuan.

Dalam waktu dekat pihaknya akan membawa produk eceng gondok ke Pulau Jawa, kemudian juga pada kegiatan Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) di Banda Aceh untuk dipromosikan secara nasional.

"Setiap ada kesempatan ekspo, pameran baik lokal maupun nasional kita ikutsertakan produk kerajinan masyarakat ini. Untuk peningkatan kualitas tetap menjadi perhatian pemda, kita berikan pelatihan agar mereka benar-benar mampu," sebutnya.

Setiap "event" di lokal sudah pasti akan di ekspo untuk diperkenalkan, demikian juga untuk kegiatan tingkat provinsi bahkan ke nasional, semua itu telah direncanakan bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Aceh Barat.

Terhadap pembangunan sumber daya manusia yang bergerak di sektor ekonomi kreatif itu saat ini terus dipacu, hadirinya kegiatan Universitas Masuk Desa (UMD) mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh baru-baru ini sangat membantu daerah tersebut.

"Sekarang ini tantangannya, apakah mereka kaum perempuan akan mampu dan bisa bekerja berkelanjutan. Untuk pemasaran sudah sangat mudah, tapi lagi-lagi kita dan produsen ditantang dengan kualitas produk" tegasnya.

Beberapa tahun terakhir di daerah itu telah terbentuk beberapa kelompok perajin produk ekonomi kreatif dari bahan baku eceng gondok, namun tidak sedikit diantaranya telah bubar karena kegiatan itu bukan menjadi pekerjaan tetap.

Seperti di Kecamatan Samatiga, di sana juga sebelumnya ada beberapa kelompok perajin yang terlatih, namun pengelolaan produknya masih di bawah standar sehingga tidak bisa dipasarkan dan akhirnya usaha kelompok masyarakat itupun bubar.

Sekuat apapun pembinaan dan pemantapan terhadap kerajinan tersebut tidak akan berhasil untuk jangka panjang apabila pelaku usaha hanya menjadikan pekerjaan itu sebagai sampingan, bukan pekerjaan utama.

"Saat ini kerajinan itu telah tumbuh di Kecamatan Arongan Lambalek, kita harapkan kegiatan itu janganlah dijadikan kerjaan sampingan, bila itu terjadi maka usaha tidak akan berjalan untuk jangka panjang,"imbuhnya.

Pemerintah daerah melalui instansi teknis terus mendorong kreativitas masyarakat itu bisa merambah pasar dan memberikan suntikan dana yang memadai.

Sebelumnya mereka didampingi oleh LSM dan mahasiswa KKN dari Banda Aceh. Untuk ke depan pemerintah mengalokasikan Rp200 juta per desa untuk pengembangan ekonomi kreatif demikian, khusus pada tiga desa itu.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG) Teuku Fadil menambahkan, pihaknya mengupayakan produk ekonomi kreatif itu bisa terjual di dalam dan luar negeri, saat ini Pemkab Aceh Barat telah mengupayakan pemasaran produk itu lewat jejaring sosial dan ekspo di tingkat lokal.

Lima kelompok usaha kerajinan tangan anyaman berbahan baku eceng gondok menjadi produk ekonomi kreatif, selama ini UKM itu mendapat pembinaan dari LSM Kompak dan mahasiswa UIN Ar-Raniri yang melaksanakan KKN di kawasan itu.

Teuku Fadil menyampaikan, setelah LSM dan mahasiswa menyelesaikan kegiatan mereka, diharapkan usaha yang telah berhasil dibangun itu bisa berkelanjutan, pemda tentunya akan memprioritaskan pendanaan dari berbagai sumber yang bisa digunakan.

"Kita mendorong bukan hanya lima desa yang sudah bisa ini, tapi kita harapkan harusnya setiap warga desa Aceh Barat memiliki kemampuan produksi, apalagi dengan memanfaatkan eceng gondok yang selama ini menjadi hama," tegasnya.

Terhadap pemasaran produk hasil kerajinan masyarakat desa itu juga dimulai dengan instansi terkait memanfaatkan produk lokal tersebut agar usaha masyarakat dapat berlanjut dan meningkatkan pemasaran produk itu ke luar daerah.

Apabila kualitas bagus maka tidak menutup kemungkinan produk lokal Aceh Barat ini bisa merambah pasar domestik dan luar negeri dengan keterlibatan semua pihak berkepentingan mempromosikan produksi masyarakat itu.


Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017