Children and Youth Disabilities for Change (CYDC) Aceh berharap dilibatkan dalam pembangunan rumah ibadah, mengingat selama ini mereka belum bisa shalat di masjid akibat fasilitas yang tidak memadai.
"Saya tidak pernah shalat ke masjid sebab tidak ada akses untuk kursi roda, kita harap diberikan akses diskusi soal pembangunan masjid," kata Program Manager CYDC Erlinda Marlinda, di Banda Aceh, Rabu.
Erlinda menyampaikan, selama ini pihaknya belum merasakan adanya masjid maupun musala yang memiliki ruang atau tempat khusus untuk dapat diakses pengguna kursi roda seperti dirinya.
"Kalau pun ada, siapa yang bisa memindahkannya dari kursi roda jika dia tidak bisa berdiri. Kalau tidak perlu pindah kursi roda, bagaimana cara membersihkan ban kursi roda karena masjid harus bersih," ujarnya.
Erlin mengaku, untuk pembangunan masjid di Aceh sejauh ini belum ada perancang yang mengajak kaum difabel berdiskusi bagaimana membangun fasilitas ibadah yang ramah inklusi.
"Maka, kami berharap agar diberikan akses berdiskusi dalam proses pembangunan masjid," katanya.
Selain itu, Elin juga menyoroti ketiadaan layanan untuk teman-teman tuli dan penyandang disabilitas lainnya. Mereka tidak bisa turut serta mendengarkan ceramah ketika khutbah salat tarawih karena tidak ada bahasa isyarat.
"Maunya ada bahasa isyarat yang bisa ditampilkan kepada mereka agar bisa juga mendengarkan ceramah," ujarnya.
Karena itu, ia berharap pemerintah dapat menghadirkan pembangunan masjid yang lebih inklusi ke depannya. Di samping itu, petugas masjid serta masyarakat juga lebih peduli kepada disabilitas.
"Sebab walaupun ada layanan, perlu juga kepedulian kepada disabilitas. Misalnya, kepada tunanetra. Bagaimana nanti dia mengetahui arah kiblat jika tidak ada yang memberi tahunya," demikian kata Erlinda.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Saya tidak pernah shalat ke masjid sebab tidak ada akses untuk kursi roda, kita harap diberikan akses diskusi soal pembangunan masjid," kata Program Manager CYDC Erlinda Marlinda, di Banda Aceh, Rabu.
Erlinda menyampaikan, selama ini pihaknya belum merasakan adanya masjid maupun musala yang memiliki ruang atau tempat khusus untuk dapat diakses pengguna kursi roda seperti dirinya.
"Kalau pun ada, siapa yang bisa memindahkannya dari kursi roda jika dia tidak bisa berdiri. Kalau tidak perlu pindah kursi roda, bagaimana cara membersihkan ban kursi roda karena masjid harus bersih," ujarnya.
Erlin mengaku, untuk pembangunan masjid di Aceh sejauh ini belum ada perancang yang mengajak kaum difabel berdiskusi bagaimana membangun fasilitas ibadah yang ramah inklusi.
"Maka, kami berharap agar diberikan akses berdiskusi dalam proses pembangunan masjid," katanya.
Selain itu, Elin juga menyoroti ketiadaan layanan untuk teman-teman tuli dan penyandang disabilitas lainnya. Mereka tidak bisa turut serta mendengarkan ceramah ketika khutbah salat tarawih karena tidak ada bahasa isyarat.
"Maunya ada bahasa isyarat yang bisa ditampilkan kepada mereka agar bisa juga mendengarkan ceramah," ujarnya.
Karena itu, ia berharap pemerintah dapat menghadirkan pembangunan masjid yang lebih inklusi ke depannya. Di samping itu, petugas masjid serta masyarakat juga lebih peduli kepada disabilitas.
"Sebab walaupun ada layanan, perlu juga kepedulian kepada disabilitas. Misalnya, kepada tunanetra. Bagaimana nanti dia mengetahui arah kiblat jika tidak ada yang memberi tahunya," demikian kata Erlinda.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024